Emas Terakhir Dijhey Lexsie, Pelatih Kenang Banyak Kejuaraan Sudah Ditaklukan

- Dijhey Lexsie meraih emas terakhir dalam ajang Shukaido Karate Open 2025 di Sumatera Barat
- Karateka muda ini telah menyabet banyak gelar bergengsi di kejuaraan internasional sejak usia dini
- Pelatih Dijhey Lexsie, Zeffry Nico, sangat terpukul mendengar kabar meninggalnya muridnya dalam kecelakaan tragis
Deli Serdang, IDN Times - Bak bintang kejora yang bersinar terang di antara bintang lainnya, begitulah Dijhey Lexsie, Karateka asal Sumut yang meninggal dalam kecelakaan tragis Bus ALS. Padahal baru saja Dijhey Lexsie memborong medali emas dalam event Shukaido Karate Open 2025.
Euforia para Karateka kontingen Sumut redam seketika bersama dengan olengnya bus di tikungan Padang Pariaman, Minggu (7/9/2025) lalu. Dijhey dan teman sebangkunya bernama Fahri Akbar merupakan korban tewas dalam insiden ini.
1. Jawara ajang Shukaido Karate Open di Sumbar jadi emas terakhir Dijhey Lexsie

"Didi" begitulah keluarga dan kerabat dekat memanggil Muhammad Dijhey Lexsie. Ia merupakan salah satu karateka muda Sumut yang telah melanglang buana menyabet gelar-gelar bergengsi, baik skala regional, nasional, hingga internasional.
"Sebelum berangkat, Didi izin ke saya mau pergi kompetisi. Dia pamit. Saya pun tahu dia menyabet gelar. Saya gak nyangka bahwa selepas euforia itu, tiba-tiba tengah malam saat ingin balik ke Medan, saya dapat kabar kecelakaan dan Didi meninggal dunia," cerita Zeffry Nico, pelatih Dijhey Lexsie di Dojo SR 2000.
Tak disangka Nico bahwa kejuaraan Shukaido Karate Open 2025 di Sumatera Barat jadi ajang terakhir Didi. Bahkan ia membawa pulang 3 emas sekaligus!
"Kejuaraan dia terakhir ini, kejuaraan Shukaido. Dia juara 1 Kumite, juara 1 Beregu Putra, dan juara 1 Best of the Best Junior. Ada 3 kelas yang diambil, dan Didi bawa pulang emas semua. Ini adalah emas terakhirnya," lanjutnya.
2. Dijhey Lexsie banyak sabet gelar bergengsi di kejuaraan internasional

Seperti bunga udumbara yang harum baunya, begitu juga nama Dijhey Lexsie di dunia karate. Meski usianya masih sangat belia, namun prestasinya begitu banyak di event nasional dan internasional.
"Yang paling bergengsi waktu tingkat SD. Dia juara nasional dan dikirim ke Belgia. Saat itu Didi kelas 5, sekitar tahun 2019. Dan di Belgia itu, Didi meraih juara 1 Kumite dan juara 2. Tahun berikutnya, di tingkat SMP Didi pernah meraih juara 1 Sumut, lalu dikirim ke Kejurnas Forki di Padang tahun 2022. Di sana dia juara 1. Lewat Kejurnas itulah dia lalu masuk ke Pelatnas dan dikirim ke Uzbekistan mengikuti kejuaraan Asia," aku Zeffry Nico.
Sejak saat itulah nama Dijhey Lexsie sebagai karateka junior diperhitungkan. Ia kembali menyabet banyak gelar bergengsi. Beragam raihan itu sama derasnya dengan semangat dan skill Dijhey Lexsie yang terus diasah.
"Tahun 2024 pernah mengikuti Kejurnas lagi tingkat junior. Dia juara 1 juga di Kejurnas Forki lalu masuk tim Pelatnas lagi dan dikirim ke tingkat Asia Tenggara di Bangkok, Thailand. Di event se-Asia Tenggara ini dia juara 2. Dia kemudian dikirim ke Filiphina untuk tingkat Asianya," bebernya.
3. Pelatih terpukul mendengar kabar karateka muda mereka meninggal dalam kecelakaan bus ALS

Zeffry Nico tentu sangat mengenal bagaimana sosok Dijhey Lexsie. Sebab sejak kelas 2 SD, Dijhey kecil sudah dilatihnya.
"Didi anak paling baik di tempat latihan, penurut, dan rajin latihan. Dia juga cepat nangkap saat saya memberinya teknik karate. Dia dari kelas 2 SD (sekitar tahun 2014) latihan sama saya sampai sekarang ini," akunya.
Zeffry Nico datang ke rumah duka sembari menunggu kedatangan jenazah muridnya itu. Dijhey Lexsie bersama Fahri Akbar diantar menggunakan ambulans dari Padang Pariaman.
"Kalau mendengar kabar ini ya saya sangat terpukul lah. Bahkan kami sudah buat planning. Tahun depan, kan, dia sudah naik senior. Kami sudah planning untuk dia mengikuti event Porkab, Porprov, Prapon, sudah ada planning. Kini, ketika saya lihat foto-foto lawasnya di hp, saya sedih, gak kuat saya," pungkasnya.