Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hutan Mangrove Indonesia: Benteng Alami yang Kini Kian Terancam

Kondisi kawasan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Suhaery Faiz for IDN Times)
Kondisi kawasan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Suhaery Faiz for IDN Times)
Intinya sih...
  • Mangrove kaya akan keanekaragaman hayati
  • Peran vital mangrove bagi manusia Melindungi pesisir dari ancaman alam, menyerap karbon, serta memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir.
  • Ancaman serius dan harapan untuk masa depan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Hutan mangrove hanya mencakup 1 persen dari seluruh hutan tropis dunia, tetapi perannya sangat besar. Indonesia sendiri memiliki hutan mangrove terluas di dunia, yaitu 3,36 juta hektare (Peta Mangrove Nasional, 2021). Luasan terbesar berada di Papua, Kalimantan, dan Sumatera.

Namun, di balik potensi yang luar biasa, ekosistem ini menghadapi ancaman serius akibat alih fungsi lahan, perubahan iklim, hingga praktik pembangunan yang tidak berkelanjutan.

Grace Yanti Panjaitan dari Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) menegaskan bahwa menjaga hutan mangrove lebih penting dibandingkan terus-menerus mengandalkan restorasi.

“Memulihkan 1 hektare mangrove bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, penting untuk menjaga hutan mangrove yang ada agar tidak dialihfungsikan untuk peruntukan lain,” jelas Grace dalam artikel yang diunggah laman resmi Biodiversity Warriors Kehati, Juli 2024 lalu.

1. Mangrove kaya akan keanekaragaman hayati

Seorang nelayan menyempatkan diri salat di atas perahunya di tengah hutan mangrove, Kabupaten Langkat. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Seorang nelayan menyempatkan diri salat di atas perahunya di tengah hutan mangrove, Kabupaten Langkat. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Mangrove bukan hanya sekadar deretan pohon di pesisir. Ekosistem ini mencakup badan air, hutan inti, daratan lumpur, hingga padang lamun dan terumbu karang. Tak heran jika mangrove disebut salah satu ekosistem paling produktif di dunia.

Penelitian mencatat ada 240 jenis mangrove, termasuk 48 mangrove sejati dan 192 jenis berasosiasi. Keanekaragaman fauna juga tak kalah menakjubkan, mulai dari 125 jenis ikan, 169 makrozoobentos, hingga 161 fauna daratan seperti burung, buaya, dan mamalia.

2. Peran vital mangrove bagi manusia

[Foto Udara] potret perubahan kawasan mangrove menjadi perkebunan sawit di kawasan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Suhaery Faiz for IDN Times)
[Foto Udara] potret perubahan kawasan mangrove menjadi perkebunan sawit di kawasan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Suhaery Faiz for IDN Times)

Hutan mangrove adalah “benteng alami” yang mampu melindungi pesisir dari ancaman badai, abrasi, hingga tsunami. Akar mangrove yang rapat juga berfungsi menahan sedimen, mencegah erosi, sekaligus mengendalikan banjir.

Bahkan, mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon lima kali lebih besar dibandingkan hutan tropis daratan. Sebanyak 78% karbon tersimpan di tanah, sementara sisanya berada di biomassa pohon dan serasah (Murdiyarso et al., 2015).

Manfaatnya juga nyata untuk masyarakat pesisir: sumber pangan seperti ikan, udang, kepiting, hingga potensi ekowisata yang menjanjikan.

 

3. Ancaman serius dan harapan untuk masa depan

Perkebunan sawit mengambil andil serius dalam kerusakan kawasan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Perkebunan sawit mengambil andil serius dalam kerusakan kawasan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Meski kaya manfaat, mangrove hilang lima kali lebih cepat dibandingkan hutan lainnya. Di Indonesia, penyusutan mencapai 637 ribu hektar, menjadikan banyak kawasan dalam kondisi kritis (Peta Mangrove Nasional, 2021).

Di Jawa, kerusakan mencapai 80%, sementara di Sumatera penyebab utama adalah alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit dan tambak. Penelitian Onrizal (2010) bahkan mencatat tutupan mangrove dari Aceh Timur hingga Deli Serdang hilang hingga 59,6% dalam 30 tahun terakhir.

Meski demikian, upaya pemulihan terus dilakukan. Pemerintah Norwegia dan Bank Dunia turut menggelontorkan dana besar untuk restorasi. Namun menurut Grace Yanti Panjaitan, keberhasilan program rehabilitasi masih jauh dari harapan.

"Tingkat keberhasilan program restorasi dan reforestasi mangrove belum signifikan dibandingkan dengan jumlah dana yang dihabiskan. Inilah pentingnya komitmen pemerintah, penegakan hukum, dan keterlibatan masyarakat,” tegasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Karateka Fahri Meninggal Kecelakaan Bus, Sang Ibu juga Jadi Korban Luka

08 Sep 2025, 20:36 WIBNews