Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Dandim 0211 Tapteng Seputar Hari-hari Awal Bencana Banjir Bandang

IMG-20251226-WA0021.jpg
Suasana prajurit TNI dalam mengevakuasi banjir bandang di Tapanuli Tengah (Dok. Letkol Inf Bayu Hanuranto Wicaksono)

Medan, IDN Times - Komandan Kodim (Dandim) 0211/Tapanuli Tengah Letkol Inf Bayu Hanuranto Wicaksono menceritakan pengalamannya selama menangani banjir bandang di wilayah Tapanuli Tengah. Menariknya, ia baru lima hari serah terima jabatan (Sertijab) sebagai Komandan Kodim 0211/Tapanuli Tengah langsung dihadapkan kepada situasi bencana banjir bandang yang menimpa kabupaten di Sumatera Utara itu pada 25 November 2025.

Dalam ceritanya, peristiwa dan tugas yang telah dilakukannya ini merupakan suatu pengalaman yang luar biasa. Meskipun, kurang lebih seminggu setelah Sertijab terjadi bencana alam di wilayah Tapanuli Tengah, dan kota madya Sibolga.

"Kebetulan Kodim kami wilayahnya teritorial kami di kota madya Sibolga dan Tapanuli Tengah dan hampir seluruh wilayahnya terdampak terkait dengan bencana alam ini terutama banjir dan tanah longsor," kata Bayu saat bertemu Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis di posko Komando Terpadu Gedung Olah Raga (GOR) Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, pada Kamis (25/12/2025).

Menurutnya, kendala pada saat itu adalah alat komunikasi yang padam dikarenakan tidak ada sinyal. Sehingga, berinisiatif untuk mengoperasionalkan stafnya yang berada di Kodim sebagai bentuk upaya.

"Komunikasi lumpuh total kami menggunakan sistem Caraka Kodim Militer. Jadi, kami mengirim orang untuk mencari pejabat instansi yang terkait kebetulan memang saat itu sangat sulit karena kondisinya seluruhnya terdampak bencana. Hari ke 2 itu baru bisa menghubungi pejabat terkait, untuk kita berkumpul bersama terkait penanganan bencana baik di Sibolga maupun di Tapanuli tengah," jelasnya.

1. Sinyal padam menjadi kendala pada saat koordinasi dan evakuasi

IMG-20251226-WA0035.jpg
Komandan Kodim 0211/Tapanuli Tengah, Letkol Inf Bayu Hanuranto Wicaksono saat berada di pos komando terpadu Gor Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah (IDN Times/Uni Lubis)

Hal pertama pada saat listrik mati dan komunikasi tidak ada, Letkol Bayu berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan menetapkan status darurat penanggulangan bencana, kemudian bergerak sesuai dengan tugas masing-masing dan fokus pada evakuasi korban di titik-titik penanganab bencana yang ada di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Dia menyebutkan akses yang tertutup pada saat itu, dari Tarutung menuju ke Sibolga, ada dua poros. Baik itu menggunakan poros Batu Lobang maupun ke Poriaha seluruhnya tertutup longsor dan beberapa titik jalan amblas total.

Kemudian, arah ke Tapsel dan di sungai Anggoli diketahui jembatan tersebut jebol, meskipun saat ini sudah bisa dilewati dengan bantuan terpasangnya jembatan dari Angkatan Darat walaupun kembali lagi di akses ke Rugaya saat ini juga terputus kembali.

Selanjutnya, akses menuju Aceh Singkil melalui Barus juga waktu itu terendam banjir, ada juga jembatan putus ada juga yang tertimbun longsor, kemudian akses dari Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan juga terdapat longsor sehingga seluruh akses menuju Tapanuli tengah dan Sibolga itu benar-benar terisolir.

Sehingga dari akses putus ini, pasokan sembako untuk masyarakat sudah tidak ada. Fenomena yang terjadi adalah masyarakat menggeruduk gudang Bulog dan minimarket, dikarenakan masyarakat panic buying. Hal ini dikatakan Letkol inf Bayu sudah di luar dugaannya.

"Kami tidak bisa menyalahkan seluruhnya kepada masyarakat karena memang kondisinya itu sudah hari ketiga atau keempat, mungkin memang stok logistik juga memang sudah terbatas. Harapannya adalah ke gudang Bulog. Saat itu, memang kami sebagai aparat apapun itu judulnya Bulog adalah salah satu objek vital nasional, kami berupaya untuk menenangkan masyarakat, mempertahankan gudang Bulog," jelas Letkol Inf Bayu.

Namun, menurutnya karena situasi yang tidak memungkinkan akhirnya ada hasil diskusi dengan pimpinan daerah bersama manager Bulog yang ada di Sibolga ini, demi kelangsungan juga dan demi kebaikan masyarakat untuk mendistribusikan dengan tertib dan terhindar dari desakan-desakan.

"Memang sempat hari pertama kondisi sangat luar biasa, sempat sulit dikendalikan, saat itu kekuatan pasukan kami juga sangat terbatas. Sehingga, terjadi desakan-desakan akhirnya memang sempat jatuh korban saat itu sehingga kami harus tindak lebih tegas untuk menghindari tambahnya korban yang berada di gudang Bulog tersebut. Akhirnya bisa kami atur, hari kedua dan hari ketiga bisa kami atur untuk pembagian logistik itu daripada istilahnya statusnya adalah menjarah lebih bagus distribusi, kemudian kedatangan Kementan dan Direktur Bulog juga menyampaikan hal yang sama. Sehingga, kami secara legalitas stok Bulog yang digudang tersebut bisa diberikan untuk kebutuhan masyarakat," ucapnya dalam cerita.

2. Akses Hutanabolon dibuka pertama kali oleh prajurit TNI

IMG-20251226-WA0029.jpg
Suasana prajurit TNI dalam mengevakuasi banjir bandang di Tapanuli Tengah (Dok. Letkol Inf Bayu Hanuranto Wicaksono)

Pimpinan Redaksi IDN Times juga sempat ke Hutanabolon sampai ke PLTA Sipan Sipahoras. Lokasi ini penuh tumpukan kayu dan lumpur. Akses lokasi ini dibuka pertama kali oleh TNI bersama dengan Pemerintah Daerah. Namun, dikhawatirkan jika hujan deras maka akan menutup akses hingga rumah penduduk.

Letkol Inf Bayu menjelaskan, pembukaan akses di Hutanabolon ini memiliki kendala dan keterbatasan pada alat berat saat itu, apalagi ditambah dengan seluruh akses yang tertutup. Sehingga, alat berat yang ada diupayakan dapat beroperasi di beberapa titik dengan skala prioritas.

Karena saat itu, para prajurit TNI juga harus membantu evakuasi, kemudian secara perlahan membuka akses di Hutanabolon. Tidak hanya membuka jalan dan evakuasi, pihaknya juga bergerak pada tantangan genangan air dilokasi.

Dalam ceritanya, genangan air memang butuh kesabaran beberapa hari, tumpukan-tumpukan kayu yang awalnya menghambat aliran air di sungai utamanya secara perlahan bisa terangkat sehingga aliran sungai sudah mulai normal. Sehingga, genangan air menuju hutan Nabolon untuk saat ini memang masih ada namun hanya dibeberapa titik sedikit saja.

Diharapkan dalam beberapa Minggu ini bisa kering total. Sehingga, akses menuju Hutanabolon juga sudah bisa terakses dengan lancar.

3. Terdapat tiga desa yang masih terisolir di daerah atas

IMG-20251226-WA0031.jpg
Suasana prajurit TNI dalam mengevakuasi banjir bandang di Tapanuli Tengah (Dok. Letkol Inf Bayu Hanuranto Wicaksono)

Kini, di lokasi utamanya Hutanabolon juga sedang diproses dan digarap oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas terkait.

"TNI tentunya memberikan pendampingan apabila membutuhkan tenaga secara manual, kami juga siap mendukung secara manual. Mengembalikan normalisasi arus aliran air, kemudian di atas dari Hutanabolon itu memang masih terdapat akses jalan yang terputus, masih terdapat 3 desa di atasnya dimana terdapat desa Sigiring-giring, Desa Sait Kalangan II, dan Desa Saormanggita," ungkap Letkol Inf Bayu.

Baginya, lokasi ini merupakan tantangan yang luar biasa di Desa Sigiring-giring meski letaknya tidak terlalu jauh dari Desa Hutanabolon sehingga penduduknya mayoritas sudah bisa mengungsi. Namun, tantangannya saat ini adalah ke desa Sait Kalangan II, dan desa Saormanggita, dijalur utama itu bukan hanya longsor tetapi jalan amblas di beberapa titik.

"Kami sudah melakukan pencitraan satelit kemarin kerjasama juga dengan Dinas Kehutanan memang cukup luar biasa tantangan dilihat dari citra satelit. Kemudian kemarin ada harapan dari masyarakat apabila mungkin terdapat akses alternatif untuk bisa kita buka alat berat, kami juga membentuk tim assessment sebelum melakukan pembukaan jalan tetapi memang dijalan alternatif tersebut pun kendalanya juga tidak mudah sehingga saat ini sedang dikaji ulang oleh dinas terkait yang mungkin membidangi hal tersebut mana yang lebih memiliki peluang untuk membuka akses menuju Sait Kalangan II, maupun desa Saormanggita," tambahnya.

4. Masyarakat bekerjasama untuk turun mengambil logistik

IMG-20251226-WA0021.jpg
Suasana prajurit TNI dalam mengevakuasi banjir bandang di Tapanuli Tengah (Dok. Letkol Inf Bayu Hanuranto Wicaksono)

Saat ini, di 2 desa tersebut untuk pendorongan logistik yang pertama pihaknya masih mendorong dengan menggunakan jalur udara dan prajurit TNI menyusun tim membawa pasukan untuk mengirim logistik menuju lokasi. Bahkan, masyarakat juga bekerjasama untuk turun dititik temu mengambil logistik yang diberikan.

"Akhirnya bisa tersalurkan keatas, karena memang berjalan dari titik hutan Nabolon menuju Saormanggita yang paling atas itu jalan kaki dengan Medan yang tidak mudah itu 8 jam. Kemudian ke Sait Kalangan II selisih 2 atau 3 jam lebih cepat tapi memang cukup tantangannya luar biasa. Tapi masyarakat disana kami apresiasi mau turun kebawah kita bisa ketemu dititik tengah mau mengambil distribusi logistik untuk masyarakat yang berada di atas," jelasnya.

Untuk daerah yang terisolir, dalam pelayanan kesehatan, Letkol Inf Bayu juga mengungkapkan pihaknya telah menggunakan heli untuk dropping personil kesehatan.

Ada beberapa dusun yang terisolir, bersama Kepala Dusun serta rumah dusunnya yang sudah didistribusikan. Dari pemerintah daerah memberikan Starlink, sehingga misalnya terjadi hal-hal yang membutuhkan kesehatan dapat berkomunikasi pada pihaknya.

"Kemarin kami sempat juga evakuasi menggunakan heli Basarnas untuk mengevakuasi warga yang sakit yang berada disana. Memang untuk kita dalam artian mengajak masyarakat untuk seluruhnya mengungsi kemungkinan juga cukup berat karena disana juga warganya banyak,disana juga tidak semua fit kondisinya ada anak-anak, ada yang mungkin usianya tidak memungkinkan perjalanan jauh, mata pencaharian disana juga tidak mungkin ditinggalkan disana. Sehingga mereka tetap bertahan. Rata-rata berkebun. Memiliki kebun durian, dan karet," terangnya.

5. Aceh Tamiang dikenal dengan siklus 10 tahunan

IMG-20251226-WA0025.jpg
Suasana prajurit TNI dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat terdampak banjir bandang di Tapanuli Tengah (Dok. Istimewa)

Sementara itu, berdasarkan pengalamannya yang sempat bertugas 9 tahun di Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Langsa. Menurutnya, Aceh Tamiang memiliki skala yang luar biasa pada kejadian banjir bandang kemarin.

"Memang dulu di Aceh Tamiang itu kita bisa mengenalnya siklus 10 tahunan. 10 tahun itu pasti terjadi banjir bandang di Tamiang tetapi tidak sampai menyentuh jembatan paling atas. Biasanya terdampak itu kota linta bawah kalau di jembatan tersebut," ungkapnya.

Kemudian, ada juga terdapat kompi Kuala Simpang itu dengan maksimal banjir biasanya sampai lutut. Namun saat ini kompi yang berada diatas itu pun, menurutnya sudah sampai atap saat dilihatnya melalui video banjir. Dampak tersebut sangat luar biasa, khususnya pada sungai Tamiang, sungai yang sangat besar, apabila terdapat aliran air dari atas yang sangat besar. Sebab, menurutnya itu merupakan tikungan-tikungan air arusnya akan bisa untuk meratakan kampung yang berada ditepian sungai atau aliran daerah sungai Tamiang.

"Mohon doanya selalu untuk anggota TNI yang bekerja dilapangan, semoga dampak bencana ini bisa teratasi," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

AHM dan Indako Jangkau Pelosok Tapteng untuk Serahkan Bantuan Korban Bencana

26 Des 2025, 22:15 WIBNews