Diprediksi Kesejahteraan Petani Sumut Belum Pulih, Waspadai Inflasi

- Kenaikan NTP petani Sumut dipicu oleh naiknya harga tanaman pangan dan hortikultura, namun penurunan terjadi pada peternakan dan perikanan.
- Masuk musim panen raya padi, harga gabah diproyeksikan tidak turun di bawah Rp6.500 per Kg, sementara komoditas hortikultura berpeluang turun.
- Penurunan NTP akan memicu kekecewaan petani hortikultura dan potensi lompatan inflasi signifikan pada kuartal keempat tahun 2025 perlu diwaspadai oleh pemerintah.
Medan, IDN Times - Nilai Tukar Petani (NTP) Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Juli mengalami kenaikan sebesar 0.71 persen di level 139.78. kenaikan nilai tukar petani di Sumut ditopang oleh sejumlah sub sektor seperti tanaman pangan naik 1.13 persen, hortikultura naik 2.46 persen, perkebunan rakyat naik 0.63 persen.
Sementara, peternakan dan perikanan masing-masing alami penurunan. Sedangkan untuk tanaman pangan, kenaikan harga gabah (GKP) yang sempat menyentuh Rp8.300 per Kg di Sumut, menjadi pemicu kenaikan NTP petani.
1. Kini tengah memasuki musim panen raya padi yang bisa mendorong penurunan harga GKP di tingkat petani

Benjamin Gunawan sebagai pengamat ekonomi menyoroti hal tersebut, bahwa saat ini tengah memasuki musim panen raya padi yang bisa mendorong penurunan harga GKP di tingkat petani. Meski demikian, harga GKP diproyeksikan tidak akan berada dibawah Rp6.500 per Kg, selama pemerintah masih menjaga harga.
"Kalaupun harga GKP alami penurunan, diproyeksikan NTP untuk tanaman pangan masih akan berada diatas 101. Artinya, petani padi masih mendapatkan keuntungan dari tanamannya, yang paling miris adalah sekalipun terjadi kenaikan NTP untuk tanaman hortikultura di bulan Juli, namun NTP tanaman hortikultura masih jauh dibawah 100, atau tepatnya di angka 88," ucapnya.
2. Sejumlah komoditas hortikultura berpeluang turun dan menjadi masalah besar bagi petani di Sumut

Tepatnya pada bulan Agustus ini, sejumlah komoditas hortikultura seperti cabai merah, cabai rawit, cabai hijau, bawang merah hingga tomat berpeluang turun. Hal ini akan menjadi masalah besar bagi petani di Sumut. Sebab, kenaikan harga pada bulan Juli tidak mampu mengembalikan daya beli para petani.
"Untuk komoditas karet dan sawit diproyeksikan masih berpeluang membaik di bulan Agustus," kata Benjamin.
3. Penurunan NTP akan memicu kekecewaan petani hortikultura

Dikatakan Benjamin, NTP perkebunan rakyat diproyeksikan stabil cenderung naik dibulan Agustus. Selanjutnya, untuk NTP peternakan diproyeksikan stabil.
"Pasokan ayam potong, telur ayam, daging sapi maupun sumber protein lain diproyeksikan cukup untuk tidak memicu terjadinya gejolak harga. Saya memperkirakan NTP petani dibulan agustus ini berpeluang alami penurunan," tuturnya.
Penurunan NTP akan memicu kekecewaan petani hortikultura. Bahkan, kemampuan finansial mereka melemah, dan modal untuk bercocok tanam tergerus dan berpotensi membuat produksi tanaman hortikultura seperti cabai mengalami penurunan.
"Saya menghitung ada potensi terjadinya lompatan inflasi yang signifikan pada kuartal keempat tahun 2025. Ini yang perlu diwaspadai oleh pemerintah. Karena lompatan inflasi tanpa dibarengi dengan pemulihan daya beli akan kian melemahkan kemampuan belanja masyarakat di Sumatera Utara," tandasnya.