Kisah Ustaz Abdul Aziz Tarigan Ajarkan Agama hingga Bangun Sekolah di Kutalimbaru

- Sejarah penjajahan di Dusun 7 Namo Keling menyebabkan banyak masyarakat memeluk agama tanpa pembinaan, akhirnya lari dari keyakinan dan pernikahan beda keyakinan.
- Ustaz Abdul Tarigan mendirikan masjid dan sekolah karena keluhan tidak adanya tempat binaan anak-anak kecil untuk bersekolah di TK, namun terkendala pada Sumber Daya Manusia (SDM).
- Pembangunan sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Nurul Iman terkendala pada tenaga pengajar (guru) dan transportasi murid ke sekolah.
Deli Serdang, IDN Times - Seorang ustaz bernama Abdul Aziz Tarigan, memiliki niat dan rasa kepedulian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa kepada masyarakat dalam dunia pendidikan. Khususnya untuk anak-anak di sekitaran wilayah Dusun 7 Namo Keling, Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
Keturunan Tuan Guru Syekh Sulaiman Tarigan ini menjelaskan bahwa, pada dasarnya desa ini dahulu di zaman penjajahan tak ada pendidikan bahkan agama.
1. Ustaz Abdul diminta masyarakat sekitar untuk masuk ke wilayah ini karena dibutuhkan sebagai pendakwah

Berdasar cerita sejarah, saat itu zaman penjajahan, para masyarakat disurvei dan ditanya untuk menetapkan keyakinan agama. Sebab, dahulu yang paling penting ada status agama. Akhirnya, banyak yang memeluk agama Islam dan Kristen namun tanpa pembinaan.
Tahun 1970-an tercatat sebanyak 125 Kartu Keluarga (KK) kini 30 KK yang memeluk agama Islam, dan selebihnya memeluk agama Kristen.
Dikarenakan, tidak ada pembinaan dalam agama akhirnya banyak masyarakat yang lari dari keyakinannya masing-masing dan faktor pernikahan beda keyakinan.
Kemudian, tahun 2019 dikatakan ustaz Abdul dirinya diminta masyarakat sekitar untuk masuk ke wilayah ini karena dibutuhkan untuk mengisi pendakwah dalam membina warga yang memeluk agama Islam.
"Ada beberapa Dai (pendakwah) di sini yang tidak betah karena kondisi lapangan, seperti tidak ada sinyal. Maka kemudian, dari lembaga dakwah kita gerakan peduli dakwah Islam mencoba ingin membantu," jelasnya.
2. Muncul keluhan tidak adanya tempat binaan anak-anak kecil mereka untuk bersekolah

Kemudian seorang ustaz yang menjadi dai di sini berniat baik untuk membantu dan kemudian dia tinggal di dusun ini. Dia mengajari ngaji, dan dirinya bertugas seminggu sekali untuk memperkuat akidah umat.
"Kembalikan yang murtad selamatkan akhirat. Kita menjalani proses, serahkan sama Allah SWT yang penting ada sebuah kekuatan pondasi tempat mereka bertanya," ucapnya sebagai pendakwah untuk warga di sekitar.
Kemudian, muncul keluhan tidak adanya tempat binaan anak-anak kecil mereka bersekolah di TK.
"Dengan permintaan masyarakat buat sekolahan untuk anak-anak kami. Berdasarkan inisiatif itu, maka lembaga dakwah kita mulailah menggalang dana dan membebaskan anak-anak untuk belajar," tuturnya.
3. Kurangnya SDM untuk tenaga pengajar di sekolah

Di sini ada dua tapak lahan tanah dengan ukuran 20x20 meter dibeli seharga Rp103 juta dari dana dinasi masyarakat lembaga dakwah. Lahan ini didirkan dengan hadirnya masjid dan sekolah .Berawal dari didirikan masjid dari BKM Amaliyah Citra Wisata, Medan Johor, Kota Medan.
"Status tanah jelasnya dalam pengawasan Lembaga Dakwah kita, tapi berikrar wakaf cumansuratnya belum kita wakafkan karena kita lihat maslahat seperti apa perjalanannya," ungkap Ustaz Abdul.
Namun, rasa kepedulian ustaz Abdul yang besar untuk wilayah ini terkedala pada Sumber Daya Manusia (SDM), seperti Dai (pendakwah) dan untuk mendirikan sekolah terkendala pada tenaga pengajar (guru). Meskipun, sudah beberapa kali Dai sempat mencoba datang ke sini tapi tidak bertahan lama karena menghadapi suasana atau keadaan di sini. Salah satunya tidak adanya sinyal.
Ustaz Abdul juga menceritakan proses dibangunnya sekolah ini sudah berjalan dua tahun lamanya. Kemudiandiberi nama Taman Kanak-kanak (TK) Nurul Iman, berlokasi tepat di seberang atau depan Masjid Nurul Iman.
"Anggaran bangun sekolah ini habis Rp450 jutaan dengan tanah dan lain-lain. Namun, sekarang kendala kita di sini kalau mau ambil prosedur pengambilan surat izzin harus ada guru tamatan TK yang bersedia untuk mengajar di sini. Maka kita membutuhkan para relawan yang mau turun sementara dalam mengelola ini, untuk sementara karena gak ada ya apa adanya," jelasnya.
Tidak hanya itu, dikatakannya bahwa jumlah anak yang ingin diajarkan untuk sekolah juga hanya 1 dan 2 orang saja. Kesadaran untuk dunia pendidikan di wilayah ini belum terlalu berkembang. Padahal, sekolah ini dibuka untuk umum, baik yang beragama Islam dan Kristen dan tak dipungut biaya.
Dia juga berharap agar bisa bersinergi dengan berbagai pihak yang ingin memiliki rasa kepedulian. Apalagi, para kawula muda yang sedang melakukan Kulia Kerja Nyata (KKN) atau aktivis kepemudaan dan kewanitaan dalam mengisi dan memberikan informasi positif kepada masyarakat sekitar.
"Harapan kita jangkauannya itu dari Kutalimbaru sampai Kecamatan lain, tapi kendala juga ada dikendaraan. Maka, kemarin berpikir kalau ada kendaraan antar jemput maka kita bisa ambil murid yang jauh," harapan ustaz Abdul untuk memudahkan transportasi murid ke sekolah.

















