Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Produksi CPO Diprediksi Turun karena Banjir, Bagaimana Harga Migor?

Ilustrasi minyak goreng (pexels.com/Lucy Pat)
Ilustrasi minyak goreng (pexels.com/Lucy Pat)
Intinya sih...
  • Prediksi penurunan produktivitas CPO sebanyak 40% di wilayah banjir
  • Proyeksi pengolahan PKS di bulan ini hanya akan mengolah dibawah 10 ribu ton
  • Banjir memicu penurunan rendemen CPO, berpotensi turun di bawah 15%
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Bencana banjir telah melanda sejumlah wilayah di Sumut, yang mengakibatkan ada banyak lahan sawit terendam banjir. Akibat banjir yang disertai hujan deras telah memicu terjadinya penurunan pada sisi produksi minyak kelapa sawit. Khususnya di wilayah Aceh Tamiang, Langkat dan Tapanuli. Bahkan untuk wilayah Langkat dan Aceh Tamiang, ditemukan banyak Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang memilih menutup operasionalnya selama bencana berlangsung.

Sejumlah perusahaan setidaknya menutup PKS paling lama sekitar 2 pekan setelah bencana besar 25 November hingga 27 november 2025 kemarin.

1. Diprediksi akan mengalami penurunan produktifita paling buruk

ilustrasi minyak goreng (unsplash.com/Fulvio Ciccolo)
ilustrasi minyak goreng (unsplash.com/Fulvio Ciccolo)

Dari hal tersebut, pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin menilai bahwa sejumlah PKS yang lahan sawitnya dominan berada di wilayah banjir (Langkat dan Aceh Tamiang), diprediksi akan mengalami penurunan produktifitas (CPO) paling buruk sebanyak 40 persen di bulan Desember secara bulanan.

"Pengolahan TBS (tandan buah segar) di sejumlah PKS tersebut turun tajam, yang akan membuat sejumlah industri pengolahan seperti perusahaan refinery akan alami kesulitan bahan baku. Pada dasarnya tren produksi CPO alami penurunan sejak November kemarin. Namun bencana banjir memperburuk keadaannya, hingga banyak perusahaan pengolahan kelapa sawit terpuruk," katanya.

2. Bulan ini diproyeksikan hanya akan mengolah dibawah 10 ribu ton

ilustrasi minyak goreng (freepik.com/jcomp)
ilustrasi minyak goreng (freepik.com/jcomp)

Pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 45 ton yang terbiasa membutuhkan lebih dari 12 ribu ton TBS (tandan buah segar), di bulan ini diproyeksikan hanya akan mengolah dibawah 10 ribu ton, atau bahkan ada yang hanya megolah 7.500 ton saja. Namun penurunan produksi ini tidak akan memberikan banyak tekanan pada harga minyak goreng.

"Meskipun terpantau harga minyak goreng sempat naik sekitar 200 per Kg, atau lebih dari 2 ribu per Kg (anomali) di wilayah Sibolga. Kenaikan minyak goreng saat ini terhenti, karena harga minyak pesaing kelapa sawit seperti kedelai alami penurunan tajam. Dan permintaan untuk produk turunan ekspor juga terpantau sedikit melemah dibandingkan setahun sebelumnya," jelasnya.

3. Dampak banjir ini akan memicu terjadinya penurunan rendemen CPO kedepan

ilustrasi minyak goreng (vecteezy.com/Muhammad Fawaid)
ilustrasi minyak goreng (vecteezy.com/Muhammad Fawaid)

Namun masalah tidak berhenti di situ, dampak banjir ini akan memicu terjadinya penurunan rendemen CPO ke depan. Jadi masalah selanjutnya yang lebih panjang adalah rasio CPO (crude palm oil) dari TBS yang bisa turun di bawah 15 persen setelah banjir usai. Kalau sebelum bencana rendeman bisa dipertahankan di kisaran 19%, nah untuk lahan sawit yang dilanda banjir seperti di Langkat dan Aceh Tamiang berpeluang turun di bawah 15 persen nantinya.

Untuk memiminalisir penurunan kualitan rendemen tersebut, petani harus melakukan pemupukan dan perawatan lebih intensif untuk memulihkan keadannya. Karena kalau dibiarkan dampaknya bisa berkepanjangan setidaknya hingga satu tahun kedepan terjadi penurunan kualitas buah sawit.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Gibran Disambut Bendera Putih di Pidie Jaya, Tenda Pengungsi Baru Dibagi

18 Des 2025, 15:36 WIBNews