Kembangkan Usaha Lewat KUR, Batikta Kini Jadi One Stop Point di Toba

Toba, IDN Times - Jika melancong ke Balige, Kabupaten Toba tak lengkap rasanya jika tidak mampir mencicipi Kopi di Hutanta Coffee dan membeli oleh-oleh di Batikta. Berada di Jalan Lintas Sumatera Balige - Porsea, tepat di depan Hotel Labersa, selain ngopi, kamu juga bisa berbelanja berbagai macam buah tangan di tempat ini.
Hutanta Coffee dan Batikta berada di lokasi yang sama. Batikta berada di lantai 1, sedangkan Huntata Coffe berada di lantai 2. Adalah Trisnayanti Pardede pemilik kedua lini usaha ini. Khusus untuk Huntata Coffee, perempuan yang akrab disapa Trisna ini juga dibantu oleh abangnya, Eko Pardede.
Menurut Trisna, pertumbuhan usaha Hutanta Coffee dan Batikta memiliki hubungan yang erat dengan BRI. Ia telah menjadi nasabah BRI sejak 2014-an. Dalam pengembangan kapasitas produksi produk-produk di Batikta hingga 2017 juga mendapatkan dukungan penuh dari BRI, termasuk untuk pembangunan lokasi usaha Hutanta Coffee saat ini.
“Selama masa pandemi pun, BRI Balige aktif memonitor dan mendampingi kondisi usaha, sekaligus memberikan dukungan akses penjualan termasuk dengan merekomendasikan Hutanta Coffee untuk mengikuti kurasi UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2021,” ujar Trisna kepada IDN Times.
Hutanta Coffee berhasil menjadi satu dari 500 UMKM terbaik di Indonesia yang masuk dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2021.

Menurut Trisa, Hutanta adalah kata dalam bahasa Batak yang memiliki arti "Kampung Kita". Nama sudah ia pakai sejak 2012 untuk berbagai kegiatan sosial budaya yang dilakukan di kawasan Danau Toba dengan tujuan membawa semangat cinta daerah.
“Sejak 2018, saya sematkan ke nama-nama produk yang kami keluarkan, termasuk Hutanta Coffee,” katanya.
Hutanta Coffee menurutnya bisa dikatakan sebagai pelengkap lini usaha yang sudah berjalan sebelumnya, yaitu Batikta, pusat oleh-oleh khas Danau Toba di Balige.
Pada 2018, gedung Galeri Batikta selesai dibangun dan dirancang untuk jadi satu titik singgah dan istirahat para pelancong yang melintasi Toba. Ada toko oleh-oleh, toilet dan kamar mandi, berikutnya adalah tempat kulinernya.
“Kita ingin menjadi One Stop Point,” tambahnya.
Di sisi lain, Ia sedang mengembangkan produk Hutanta Coffee sebagai oleh-oleh kuliner khas dari Toba yaitu produk kopi arabica kemasan (roasted bean and powder) dari kabupaten Toba saja.
Maka akhirnya kita putuskan Hutanta Coffee menjadi produk sekaligus lini usaha kulinernya, bahkan menjadi pionir coffee shop modern di Toba.
Segmen pasar awalnya dibangun dengan 70 persen wisatawan dine-in, 20 persen penjualan produk kemasan online, 10 persen local dine-in.
“Jadi di awal sekali dulu, tahun 2018, segmen pasar utamanya bukan lokal, tapi keyakinan kita para prediksi peningkatan jumlah wisatawan ke Toba saat itu sebelum Covid-19 melanda Indonesia. Dalam perkembangannya, adaptasi dengan pandemi, segmen pasar berubah total, 80 persen lokal, 20 persen wisatawan dan online sales,” jelas perempuan kelahiran 17 Juli 1986.
Seiring berjalannya waktu, penerimaan dan peningkatan lifestyle masyarakat lokal tumbuh dan menyukai trend coffee shop atau resto modern. Dibuktikan dengan menjamurnya pertumbuhan coffee shop di Toba sejak 2019 akhir.
Memasuki tahun kelima, Hutanta Coffee masih bertahan dan aktif berpartisipasi dalam industri pariwisata Toba, juga semoga menjadi salah satu kebanggaan kabupaten Toba.
“Saat masa pandemi kami tetap terus berusaha menorehkan prestasi, Hutanta Coffee menjadi resto pertama yang menerima sertifikat CHSE dari Kemenparekraf, dan ikut mendorong para pemilik usaha tempat makan lainnya untuk mengikuti sertifikasi ini,” ujar lulusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung ini.
Yang paling membanggakan, Hutanta Coffee mendapatkan penghargaan Top 100 Food Start Up Indonesia by Ultra x Kemenparekraf RI 2021. Hutanta Coffee juga menjadi sekretariat Masyarakat Pengurus Indikasi Geografis (MPIG) Arabica Toba.
Di beberapa kesempatan juga menjadi perwakilan untuk presentasi produk dalam kunjungan kerja pejabat negara di kawasan Danau Toba. Saat ini jumlah tim kerja di cafe sebanyak 20 orang, dengan kerja sama pada 5 kelompok tani di Kabupaten Toba.
Ke depan, Trisna berharap Batikta da Hutanta Coffe akan terus bertumbuh. Dalam rencana strategi usaha, harapannya Hutanta Coffee bisa hadir di sekeliling kawasan Danau Toba. Sehingga para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Danau Toba bisa merasakan kopi khas Toba di Hutanta Coffee dan berbelanja oleh-oleh apa saja di Batikta.
Ia juga berharap kedepan, BRI terus memberikan support-nya terutama dalam hal penyaluran Kredit usaha Rakyat (KUR).
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2022, BRI telah berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai dengan breakdown atau alokasi yang ditetapkan Pemerintah yakni sebesar Rp252,38 triliun kepada 6,5 juta debitur.
“Pada tahun 2023 ini, BRI akan terus berkomitmen untuk menyalurkan KUR sebagai upaya mendorong roda perekonomian grass root serta untuk mendukung penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. BRI telah mendapatkan alokasi penyaluran KUR tahun 2023 dari Pemerintah sebesar Rp270 triliun dan BRI optimis dapat mencapai target tersebut. Hal tersebut tak lepas dari kemampuan BRI dalam memproses dan mencairkan KUR dengan rata-rata Rp1 triliun per hari,” jelasnya lewat keterangan tertulis yang diterima IDN Times.
Terkait dengan KUR, Supari menjabarkan secara gamblang bahwa KUR adalah Kredit Usaha Rakyat, jadi KUR itu adalah Kredit, bukan bantuan atau hibah.
Sumber dana KUR, 100 persem dari dana bank. Suku bunga KUR Mikro 16 persen, dari beban bunga 16 persen tersebut, Pemerintah memberi subsidi 10 persen kepada rakyat sehingga beban bunga yang dibayar rakyat hanya 6 persen. Jadi, yang dibantu subsidi adalah rakyat, bukan bank.