Unik, Pondok Baca di 3 Sekolah Ini Dinamai Tokoh Sejarah Asal Jambi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tanjab Barat, IDN Times - Sebanyak 3 unit pondok baca di SDN 9/V Pelabuhan Dagang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi berdiri kokoh di halaman sekolah.
Agar siswa di sekolah tersebut tahu tokoh-tokoh yang berasal dari Jambi, maka kepala sekolah, paguyuban orangtua siswa dan guru sepakat untuk memberikan nama tokoh tokoh dari Jambi ketiga pondok baca tersebut.
“Agar anak anak di sekolah kami mengerti siapa tokoh tokoh sejarah dari Jambi, kami mengusulkan untuk menamai ketiga pondok baca tersebut Rangkayo Hitam, Sulthan Thaha Saifuddin, dan Raden Mattaher,” ujar Lilis Suryani, kepala SDN 9/V Pelabuhan Dagang, Senin, (13/1).
1. Orangtua siswa yang menjadi inisiator penggerak perubahan di sekolah
Dukungan juga mengalir dari orangtua siswa, Hendry, ketua paguyuban orangtua siswa mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan inisiatif orangtua dalam mendorong tersedianya akses untuk mendekatkan buku agar siswa semakin senang membaca, orangtua siswa yang menjadi inisiator penggerak perubahan di sekolah.
"Kemajuan sekolah akan terlihat semakin nyata dengan adanya partisipasi aktif melalui paguyuban orangtua," ujarnya.
Baca Juga: Beasiswa 'Teladan' Tanoto Foundation Siap Mencetak Pemimpin Masa Depan
2. Paguyuban orangtua siswa mendukung penuh kebijakan sekolah
Selain dukungan ketersediaan buku bacaan, paguyuban orangtua siswa juga melibatkan pengurus PKK dalam lomba penilaian kebersihan kelas, hal ini sebagai bentuk dukungan dan semangat kepada para siswa dalam menyambut pembelajaran awal semester 2 tahun pelajaran 2019/2020.
"Agar anak-anak memiliki kebiasaan membaca buku. Paguyuban orangtua siswa mendukung penuh kebijakan sekolah membuat program budaya baca, termasuk ibu ibu PKK,” kata Hendry.
3. Sekolah merupakan mitra Program STEP Tanoto Foundation
Hendri menyebut, gerakan ini adalah terobosan SDN 9/V Pelabuhan Dagang setelah mengikuti pelatihan peran serta masyarakat yang mana sekolahnya menjadi sekolah mitra Program STEP Tanoto Foundation.
”Pelatihan yang diselenggarakan Tanoto Foundation sangat menginspirasi warga sekolah, terutama program budaya baca, seperti agar terus berlanjut budaya bacanya maka harus ada ketersediaan buku bacaan yang sesuai dengan anak,” tambahnya.
4. Orangtua murid membantu secara sukarela buku bacaan dan pembuatan 3 pondok baca
Langkah pertama yang dilakukan oleh Hendry adalah mengumpulkan orangtua memberikan pemahaman kepada wali murid pentingnya budaya baca, termasuk pembuatan pondok baca.
“Semua unsur warga sekolah dilibatkan, seperti orangtua, komite, guru, bahkan ibu-ibu PKK yang ada di desa kami,” ujarnya.
Setelah mengumpulkan seluruh warga sekolah, ternyata dukungan yang datang dari orangtua siswa luar biasa, mereka membantu secara sukarela buku bacaan dan pembuatan 3 pondok baca di halaman sekolah.
“Orangtua mendukung penuh program ini secara sukarela, yang terpenting dimusyawarhkan untuk mufakat bersama dan tidak ada paksaan,” tambahnya.
5. Bikin gebyar membaca yang melibatkan seluruh pihak sekolah
Agar semakin menarik, siswa yang paling banyak membaca buku akan diberikan hadiah dan memanfaatkan momen hari-hari besar sebagai gebyar budaya membaca. “Seperti memberikan hadiah buku dan peringatan HUT RI dibarengkan dengan gebyar membaca yang melibatkan seluruh pihak sekolah,” ujarnya.
Perwakilan orangtua siswa, Arningsih, mengaku bangga dengan program yang dibuat Hendry.
"Karena ini kan tujuannya agar anak senang membaca ya, jadi saya sebagai orangtua mendukung penuh program budaya baca, termasuk membuat tempat pondok baca," ungkapnya bangga.
Baca Juga: Pelajar SMP Jadi Kurir Narkoba, Diupah Sabu Gratis oleh Bandarnya