Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Menjaga Energi Kehidupan Gajah dan Flora Langka di Hutan Aek Nauli

Empat ekor Gajah Sumatra yang berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp, Simalungun, Sumatra Utara (IDN Times/Doni Hermawan)
Empat dari tujuh ekor Gajah Sumatra yang berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp, Simalungun, Sumatra Utara (IDN Times/Doni Hermawan)

Simalungun, IDN Times- Denyut kehidupan konservasi berdetak dari Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC). Kolaborasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah Sumatra Utara yang didukung Pertamina Patra Niaga ini menjadi energi kehidupan Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) melawan kepunahan hingga jadi rumah bagi flora langka dalam rangka melestarikan keanekaragaman hayati.

--------------------------------------------------------------

Senin (27/10/2025) sore sekitar pukul 16.00 WIB, tiga gajah sudah selesai mandi. Dari sebuah kolam buatan yang diset mirip dengan sungai sehingga menyerupai habitatnya, para raksasa hutan dengan tubuh yang masih basah berjalan pelan menuju dataran yang lebih tinggi. Para mahout atau penjaga gajah menuntun menuju tempat beristirahat. Empat gajah lainnya masih sibuk mengais pakan vitamin yang disiapkan untuk mereka dengan belalainya. Begitulah keseharian para gajah ini.

“Ini namanya Luis Figo. Mahoutnya yang memberi nama,” kata Suyono Kepala Seksi KSDA Wilayah III Kisaran bidang KSDA Wilayah II Pematangsiantar. Ia menunjuk seekor gajah hitam yang merupakan termuda di antara yang lain. Gajah jantan itu baru berusia 19 tahun. Namanya terinspirasi dari legenda sepak bola Portugal.

ANECC berada di jalur lintas yang menghubungkan Kota Pematangsiantar dengan Parapat, Danau Toba. Tepatnya di Desa Sibaganding, Girsang Sipanganbolon, Simalungun. Ada tujuh gajah yang menghuni lahan seluas 285 hektare tersebut dan mereka ditemani dengan 15 pekerja baik mahout maupun yang bertugas dalam penyediaan pakan.

Selain Luis Figo, ada Siti yang berusia 48 tahun, Vini (37), Ester (46), Dini (38), Caicilia (38) dan Bongkar (44). “Ada 2 yang jantan dan 5 betina di sini. Bongkar dan Figo lah jantannya,” beber Suyono.

Ia kemudian mengisahkan bagaimana awal kehadiran ANECC delapan tahun silam. Pusat konservasi gajah ini didirikan November 2017. Saat itu BBKSDA bekerja sama dengan Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Aek Nauli, dan Lembaga Vesswec. Sebelumnya BBKSDA Sumut mengelola pusat latihan gajah Taman Wisata Alam Holiday Resor di Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

“Kemudian gajah-gajah dari sana (Labusel) sebagian dipindah ke sini. Selain pertimbangan lokasi yang di sana juga terkait dukungan pengelolaan gajah dari sumber pakannya. Di sana sudah tidak memenuhi persyaratan lagi untuk sumber pakan alamnya,” kata Suyono.

Maka berdasar kajian untuk memberi tempat yang lebih aman untuk kehidupan para gajah dan sumber pakan yang lebih memadai, para gajah pun direlokasi. Para mahout yang biasa mengurusi juga turut dipindah. “Selain itu pada saat itu ada arahan dari mendukung wisata superprioritas Danau Toba. Jadi keberadaan ANECC untuk mendukung itu,” ucapnya.

Para gajah kemudian beradaptasi. Dari dataran rendah ke dataran tinggi. Kemudian ANECC dibuka untuk umum. Pengunjung tidak dipungut biaya untuk masuk. Dari data pengunjung yang dicatat, mulai 2017 sampai sekarang ada 22 ribu pengunjung dan 500 komunitas yang datang.

Hanya saja dalam perjalanannya setelah dilakukan evaluasi, BKSDA memutuskan untuk membukanya secara terbatas. “Mulai April 2025 sudah kami batasi. Begitu dibuka untuk umum, dampak negatifnya ada, tidak semua yang berwisata ke sini ramah dengan lingkungan. Maka, sekarang tetap kita buka tapi terbatas, dengan kritera-kriteria tertentu,” ungkapnya.

Maka, kini pengunjung yang mau datang ke ANECC harus memberikan surat pemberitahuan tertulis ke BKSDA satu atau dua hari sebelum kunjungan. Nantinya pengelola akan menyiapkan segala fasilitas untuk kunjungan.

“Masyarakat umum atau komunitas maupun para siswa sekolah tetap kita layani sampai sekarang ini. Kalau berkunjung ke sini, tapi harus ada pemberitahuan awal. Saat datang mereka diimbau untuk menjaga kebersihan di sini,” tambahnya.

Berbeda dari tempat wisata hewan lainnya, ANECC menolak segala bentuk eksploitasi gajah. Tidak ada atraksi menunggang gajah, maupun sirkus. Semua kegiatan difokuskan pada edukasi dan penelitian.

“Edukasi sebatas memberitahukan kegiatan gajah, sifat alaminya seperti apa, porsi maka dan minum. Mengenal alat morfologinya. Fungsi gading itu apa, caling apa. Bagaimana mereka hidup berkelompok. Tidak ada mengeksploitasi, dan cenderung memberikan informasi, tapi kami menyiapkan pakan untuk feeding (memberi makan) jika pengunjung mau,” katanya.

Seorang mahout membawa Gajah Sumatra yang berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp, Simalungun, Sumatra Utara (IDN Times/Doni Hermawan)
Seorang mahout membawa Gajah Sumatra yang berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp, Simalungun, Sumatra Utara (IDN Times/Doni Hermawan)

Keterlibatan Pertamina dan pemanfaatan limbah kotoran gajah

Sejak tahun 2022, Pertamina Patra Niaga lewat Fuel Terminal (FT) Pematangsiantar turut hadir lewat program tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sulistiono, Staf Resor ANECC dan Cagar Alam Batugajah menjelaskan peran awal Pertamina dalam upaya penambahakn pakan gajah dengan penyediaan rumput.

“Awalnya hanya untuk 5 ekor gajah. Kami beli bibit dari penduduk setempat, kemudian Pertamina memberi support. Saat ini rumput gajah sudah berhasil kita tumbuhkan di lahan seluas 1 hektare. Saat ini kerja sama ini sudah berjalan tiga tahun. Awalnya panen pertama satu minggu sekali, sekarang sudah 3 hari sekali untuk 7 ekor,” kata Sulis, sapaan akrabnya.

Untuk sehari-hari satu gajah membutuhkan 30-40 kg rumput gajah, yang dipadukan dengan 30 batang pelepah sawit hingga jagung untuk pakan tambahannya. Memang penanaman rumput gajah ini bukannya tanpa tantangan. Ada gangguan dari hewan karena lokasinya merupakan populasi monyet ekor panjang. Butuh beberapa tambal sulam bisa tumbuh kembang dan luasannya bisa satu hektare seperti sekarang ini.

Tak hanya gajah, ANECC juga menjadi rumah dari puluhan jenis tanaman anggrek hingga kantong semar atau nepenthes, tanaman khas kawasan hutan tropis dan endemik hutan Sumatra. Jenis-jenis flora ini ditumbuhkembangkan dalam demonstration plot (demplot).

“Begitu berhasil rumput gajah kerja sama dengan Pertamina kami kembangkan lagi dengan anggrek. Awalnya kami cari yang habitatnya di Aek Nauli kemudian dikumpulkan di demplot. Sudah berhasil, kami lanjutkan lagi kerja sama dengan mengembangkan kantong semar atau nepenthes, sejenis anggrek yang berkantong. Jadi saat ini sudah tahap ketiga,” jelasnya.

Menariknya, mulai dari rumput gajah, anggrek hingga kantong semar memanfaatkan kotoran gajah sebagai pupuknya. Sistem sirkular ini membukat ekosistem ANECC berjalan alami. Pakan tumbuh dari limbah kotoran gajah yang menyokong sumber kehidupan baru untuk flora seperti anggrek dan kantong semar.

Ilham Pasaribu, Staf ANECC yang juga mahout yang turut memimpin pembudidayaan anggrek dan kantong semar mengatakan saat ini ada 160 batang anggrek yang sudah ditumbuhkembangkan di sini. Selain itu ada 22 jenis anggrek. Termasuk di antaranya anggrek endemik Sumatra Denrobium Tobaense. Sementara untuk nepenthes berjumlah 100 batang dengan 2 jenis.

“Keunggulannya bunganya berwarna merah kekuningan, jauh lebih bagus dibanding yang lain,” ucap Ilham.

Menurutnya dengan pengelolaan pupuk dari limbah kotoran gajah menjadi nilai plus untuk tumbuh kembang anggrek. Hingga saat ini dengan pupuk buatan dari kotoran gajah, belum ada tumbuhan yang mati. Pengelola juga sudah membuat database demplot anggrek dengan sistem barcode. Pengunjung bisa tahu jenis, lokasi asal dari anggrek dengan cukup scan barcode yang tersedia di samping tanaman.

Pengembangan anggrek dan kantong semar ini juga bukan tanpa hambatan. Beberapa bulan lalu tepatnya Juni-September kebakaran hutan sempat berdampak ke ANECC.

“Usai kebakaran kantong tempat anggrek yang biasa kita ambil habis terbakar. Kendalanya pencarian bibit,” ucapnya.

Ke depan, pihaknya berencana mengembangkan tanaman jenis lain. Terutama tanaman obat. “Saat ini yang ada seperti gagatan harimau. Dari anggrek yang jenis anggrek mutiara, daunnya juga bisa jadi obat dengan dijemur dan dijadikan teh. Pengembangannya lebih menarik,” kata Ilham.

Nantinya BBKSDA juga sudah berkoordinasi dengan Pertamina untuk mengusulkan kedatangan tenaga ahli profesional dalam pengenalan jensi anggrek. Selain itu juga pelatihan metode pengolahan sampah.

Dua perempuan dari kelompok tani ANECC tengah membersihkan tanaman anggrek (IDN Times/Doni Hermawan)
Dua perempuan dari kelompok tani ANECC tengah membersihkan tanaman anggrek (IDN Times/Doni Hermawan)

Perempuan-perempuan penjaga kehidupan anggrek dan kantong semar

Di balik tumbuh cantiknya kelopak anggrek dan kantong semar, ada tangan-tangan terampil dari perempuan yang tergabung dalam Kelompok Tani Elephant Nauli. Kelompok ini beranggotakan 15 perempuan dari warga sekitar dan beberapa di antaranya istri dari para mahout gajah.

"Awalnya kami kan di rumah menganggur. Biar ada kegiatan di Aek Nauli, kami ikut masuk ke anggota pengurusan anggrek hingga kantong semar,” kata Mayang Sari, salah satu anggota kelompok tani.

Setiap minggu mereka bergotong royong menanam, menyiram, dan merawat anggrek. Mereka turut merasakan manfaat ekonominya dengan mengurus tanaman-tanaman ini. “Lumayan buat tambah-tambah penghasilan kami sebagai Ibu rumah tangga. Suka dukanya, kalau musim kemarau ambil airnya lumayan jauh. Kalau musim hujan lebih ringan, gak perlu terlalu sering nyiram. Dari awal belajarnya kami otodidak saja,” ucap Mayang.

Pertamina sendiri memandang keterlibatannya bukan sebagai proyek singkat. Melainkan, komimen jangka panjang terhadap keanekaragaman hayati.

Senior Supervisor CSR & Small and Medium Enterprise Partnership Program (SMEPP) Pertamina Patra Niaga Region Sumbagut, Agustina Mandayati mengatakan Pertamina selalu punya program peduli terhadap lingkungan.

"Kita di Pertamina tidak hanya dituntut punya program pemberdayaan ke masyarakat. tapi juga program ke lingkungan, ada mangrove, terumbu karang, hingga penyu di lokasi berbeda. Salah satunya di Sumut konservasi gajah ini. Konsepnya kita membantu dalam pemeliharaan gajah. Ada penyediaan pakan gajah, obat sama timbangan gajah,” kata Agustina.

Tina, sapaan akrabnya mengatakan, fokus utama program ini bagaimana kita menjaga kelestarian gajah. Selain itu juga ada pemberdayaan masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam kelompok tani pengembangan anggrek.

“Bantuan yang kita berikan diserahkan dalam bentuk usulan yang mereka adukan. Terakhir timbangan gajah digital untuk mengevaluasi berat gajah. Kita bantu lewat yayasan yang concern, barangnya apa yang dibutuhkan,” kata Tina.

Keberadaan ANECC kerja sama BKSDA dan Pertamina ini menurutnya harus terus dilanjutkan dan dikembangkan sebagai bagian penting misi mempertahankan populasi satwa dilindungi dan flora-flora endemik. Apalagi Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk terus terlibat dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Dari laporan keberlanjutan Pertamina Patra Niaga, lokasinya tersebar di berbagai wilayah lainnya.

Sepanjang 2025 ada 14 program konservasi fauna dilindungi di 20 wilayah operasional. Selain Gajah Sumatra, ada Penyu Lekan, Penyu Hijau, Penyu Sisik, Kakaktua Paruh Bengkok, Rusa Timor, Rusa Bawean, Kuskus Beruang, Elang Bondol, Jalak Bali, Landak Jawa, Maleo, Nuri Talaud, dan Bangau Bluwok.

Untuk flora, mencakup 15 jenis flora langka dan endemik seperti Anggrek Hitam Kalimantan, Kantong Semar, Saninten, Eukaliptus, Mangrove, Bunga Bangkai, Anggrek Bulan, Pohon Ulin, Anggrek Tebu, Edelweiss, Kayu Merbau, Anggrek Vanda Douglass, Pohon Pule, Cendana, dan Rafflesia Arnoldii. Ditambah lagi 11 program konservasi ekosistem di 24 wilayah operasional seperti mangrove, daerah aliran sungai, terumbu karang, hutan lindung, hutan mangrove, lahan kritis, ekowisata bahari, kawasan komersial laut, danau dan rawa.

Program-program ini membuat Pertamina diganjar penghargaan tertinggi The Guardian dalam ajang Indonesia Green Award 2025 (IGA). Penghargaan itu merupakan apresiasi untuk perusahaan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Sebanyak 11 di antaranya diraih regional Sumbagut dan FT Pematangsiantar meraih penghargaan di kategori pengembanganisata konservasi alam melalui program wisata konservasi anggrek.

Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Menyemai Harapan Ketahanan Pangan lewat Pertanian Urban di Siantar

31 Okt 2025, 10:02 WIBNews