Kisah Tati 20 Tahun Jadi Bilal Mayit, Mengaku Terpanggil

Jadi bilal mayit sejak usia 34 tahun

Medan, IDN Times - Bilal mayit atau pemandi jenazah adalah pekerjaan yang mulia karena memandikan mayit dan mengkafaninya bukan hal mudah. Kemudian, aktivitas yang masuk dalam Fardu Kifayah itu tidak banyak yang bisa melakukannya. 

Fardu kifayah, sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban tersebut gugur. 

Namun berbeda dengan Tati, seorang bilal mayit asal Medan. Kepada IDN Times, menjadi bilal mayit sejak 1996, Tati mengisahkan pengalamannya lebih dari 20 tahun sudah memandikan mayit.

Baca Juga: Pengantin Baru Pengin Punya Rumah KPR? Berikut Tipnya

1. Tati menjadi bilal mayit saat usianya 34 tahun

Kisah Tati 20 Tahun Jadi Bilal Mayit, Mengaku TerpanggilIlustrasi mobil Jenazah. (IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati)

Tati menjadi bilal mayit saat usianya 34 tahun. Berawal dari kegemarannya menganyam tikar pandan untuk perlengkapan memandikan jenazah hingga muncul rasa ingin tahu untuk belajar bagaimana cara memandikan mayit.

"Senang aja melakukan itu. Seperti sudah jalannya, terpanggil di sana," kata perempuan 55 tahun ini kepada IDN Times, Senin (17/1/2021).

"Kala itu, ada bilal jenazah tua yang meninggal dan satu lagi mau berangkat haji, jadi itulah diajarkan ke saya, biar ada yang meneruskan," ceritanya.

2. Keberanian dituntut saat memandikan jenazah

Kisah Tati 20 Tahun Jadi Bilal Mayit, Mengaku TerpanggilMobil Jenazah yang mengantarkan jenazah pasien COVID-19 ke TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020). IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati

Setelah menjalankan pekerjaan itu, ia diberi dua pesan yaitu harus ikhlas dan tidak boleh menceritakan segala aib yang terlihat saat proses memandikan jenazah.

"Ditanya ikhlas kan, saya jawab ikhlas. Tapi kalau jadi bilal itu menutup segala rahasia. Kita ini gak boleh menceritakan aib begitu saat mandikan dan dikafankan," ucap Tati. 

Tak hanya itu, katanya, keberanian juga dituntut saat melakukan pekerjaan tersebut. "Gak semua orang berani. Karena sebenarnya memandikan jenazah itu gak segampang yang kita bilang. Gak sembarangan orang yang berani. Banyak orang yang kita ajak tapi belum berani," tuturnya. 

Dalam proses memandikan dan mengkafani, Tati dan dua temannya, Sutina dan Sarni membuat perlengkapan secara manual. "Dari bantalnya, gunting kafannya, kita buat manual semua, bukan satu paket," tuturnya.

Menjadi bilal mayit bukanlah hal mudah, namun berkat dukungan keluarga, Tati semakin bersemangat melakukannya.

"Keluarga mendukung dan memberi support semua. Tapi dari lingkungan ditanya apa berani. Tapi sebenarnya dari diri sendiri takut juga awalnya," ucapnya.

3. Tidak ada hal yang berbeda saat memandikan mayit di masa pandemik COVID-19 ini

Kisah Tati 20 Tahun Jadi Bilal Mayit, Mengaku TerpanggilIlustrasi. Proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 (IDN Times/Aldila Muharma - Fiqih Damarjati)

Lebih dari 20 tahun menjadi bilal mayit, Tati mengaku tak pernah bosan. Ia bahkan tidak pernah mengeluh saat melakukan fardu kifayah itu. 

Fardu kifayah, sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban tersebut gugur. Salah satu aktivitas itu adalah memandikan jenazah. 

Dikatakan Tati, tidak ada hal yang berbeda saat memandikan mayit di masa pandemik COVID-19 ini. "Perbedaan memandikan mayat sebelum adanya pandemik dan saat ini tidak ada. Karena sudah difasilitasi Dinas Sosial untuk menggunakan masker, perlengkapan sama," katanya. 

Tati pun menceritakan tidak ada hal ganjil yang dirasakan sejak menjadi bilal mayit. Ia juga tidak memandikan mayit pada malam hari. 

"Kalau ada yang meninggal sehabis Magrib itukan sudah dikabari. Kita datang untuk dikerjakannya pagi, gak ada yang malam," ungkapnya. 

"Kalau besok ibu mau memandikan, kayak ada burung yang membawa kabar. Kalau hal mistis gak ada," tambahnya.

Baca Juga: Tidak Miliki Izin Operasional, Diskotek Sky Garden Disegel

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya