Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rumah Literasi Ranggi Hadirkan Akulturasi Perkawinan Adat Jawa-India

IMG_20251122_144124.jpg
Rumah Literasi Ranggi menggelar akulturasi budaya India-Jawa (IDN Times/Indah Permata Sari)
Intinya sih...
  • Sutriyono sebut Budaya boleh berbeda tetapi bila diniatkan baik dan rukun pasti membawa berkah
  • Program pelestarian budaya juga dapat menjadi ruang perjumpaan
  • Kolaborasi budaya tersebut sebagai cerminan kekayaan Indonesia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Akulturasi yang memadukan budaya Jawa dan India bukan sekadar simbol keberagaman, tetapi juga gambaran nyata untuk mengetahui perbedaan yang dapat saling menguatkan. Pesan inilah yang disampaikan dalam kegiatan Literasi Akulturasi Budaya Perkawinan Jawa dan India yang digelar Yayasan Rumah Literasi Ranggi bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 2 Sumut, di Dimigo Resto and Space, Sabtu (22/11/2025).

Ketua Pembina Yayasan Rumah Literasi Ranggi, Sutriyono, menyampaikan rasa syukur atas besarnya dukungan pemerintah terhadap kegiatan ini.

“Kami tidak menyangka akan sampai di titik ini. Titik di mana mimpi kecil kami bisa bertemu dukungan besar dari negara,” ujarnya.

1. Sutriyono sebut Budaya boleh berbeda tetapi bila diniatkan baik dan rukun pasti membawa berkah

IMG_20251122_134427.jpg
Rumah Literasi Ranggi menggelar akulturasi budaya India-Jawa (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sutriyono, yang berasal dari keluarga Jawa, ibu dari Yogyakarta dan ayah dari Solo, mengaitkan tema kegiatan dengan pengalaman pernikahan mereka.

Dia menyebut bahwa pernikahannya dengan sang istri yang berasal dari etnis India–Batak telah menjadi latihan akulturasi budaya sejak hari pertama menikah.

“Cultural harmony is a practice of patience and mutual respect. Dalam bahasa Jawa saya ingin menambahkan, ‘senadyan adat beda-beda, nanging yen niate becik lan rukun, mesti maringi berkah.’ (Budaya boleh berbeda, tetapi bila diniatkan baik dan rukun, pasti membawa berkah). Kadang berhasil, kadang perlu rapat lanjutan,” katanya dalam sambutan acara.

2. Program pelestarian budaya juga dapat menjadi ruang perjumpaan

IMG_20251122_142200.jpg
Rumah Literasi Ranggi menggelar akulturasi budaya India-Jawa (IDN Times/Indah Permata Sari)

Ketua Yayasan Rumah Literasi Ranggi, Ranggini juga menegaskan bahwa program pelestarian budaya bukan hanya dukungan pemerintah terhadap seni dan tradisi, tetapi ruang perjumpaan di mana perbedaan saling belajar, saling menghormati, dan saling menguatkan.

Ranggini yang merupakan keturunan India-Batak Simalungun, dan kini berkeluarga dengan budaya Jawa, mengatakan bahwa perbedaan tidak pernah menjadi hambatan. “Justru memperluas makna keluarga, memperluas pemahaman, dan memperluas hati,” ujarnya.

“Budaya kuwi kudu dirumat, ben ora ilang lan tetep gawe pandom kanggo generasi sabanjure (Budaya harus dirawat agar tidak hilang dan tetap menjadi pedoman generasi berikutnya),” tuturnya lagi.

Ranggini menjelaskan bahwa kegiatan ini juga akan menampilkan prosesi adat Jawa dan India versi simbolis serta bazar mini kuliner India dan Jawa yang disiapkan bersama komunitas dan panitia.

3. Kolaborasi budaya tersebut sebagai cerminan kekayaan Indonesia

IMG_20251122_164031.jpg
Rumah Literasi Ranggi menggelar akulturasi budaya India-Jawa (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara, Dr. Asrif, menilai kolaborasi budaya tersebut sebagai cerminan kekayaan Indonesia.

Dia juga mengutip pernyataan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Konferensi Bahasa beberapa tahun silam mengenai keindahan permadani yang banyak warna.

“Keindahan yang semakin banyak kolaborasi, semakin memberikan keindahan yang tiada tara,” katanya.

Asrif menyebut perbedaan budaya bukan hambatan, melainkan kekuatan. “Terbukti, tuan rumah (acara) kita adalah pasangan Batak India dan Jawa, baik-baik saja, dan justru itulah kekuatan akulturasi Indonesia. Tidak hanya kita sebangsa, tetapi kita menyatu dalam satu kesatuan, satu rasa, satu hati, dan satu tempat, Indonesia,” tuturnya.

Dalam kegiatan ini, dilaksanakan praktik pernikahan antara Jawa dan India. Pertama sekali kedua mempelai mengikuti prosesi India. Mulai dari pakaian hingga adat tradisi India diterapkan. Kemudian selanjutnya, kedua mempelai berganti pakaian dan mengikuti prosesi pernikahan sesuai adat Jawa.

Melalui kegiatan ini, Ranggini berharap akulturasi budaya bukan hanya dipahami, tetapi juga dirayakan sebagai jembatan yang memperkaya keluarga, masyarakat, dan generasi mendatang.

Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Program Satu Data dari Pemko Medan Akan Direncanakan 2026

23 Nov 2025, 17:18 WIBNews