Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kajian CELIOS: Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Masyarakat Indonesia

Ilustrasi perubahan iklim
Ilustrasi perubahan iklim (freepik.com/lifeforstock)
Intinya sih...
  • Risiko penyakit meningkat akibat perubahan iklim, termasuk gangguan mental dan penyakit tidak menular.
  • Penyebaran penyakit diprediksi meluas ke wilayah baru akibat perubahan suhu dan lingkungan.
  • Kajian CELIOS menyoroti minimnya bukti ilmiah mengenai dampak perubahan iklim terhadap kesehatan di Indonesia, memperkuat perlunya adaptasi berbasis bukti.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

IDN Times - Perubahan iklim diproyeksikan membawa dampak besar bagi kesehatan masyarakat Indonesia dalam beberapa dekade ke depan. Sebuah kajian terbaru dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengungkap bahwa peningkatan suhu bumi, perubahan ekosistem, hingga frekuensi bencana alam berpotensi memicu lonjakan penyakit dan mengganggu kesejahteraan fisik, mental, serta sosial masyarakat.

1. Risiko penyakit diprediksi meningkat, dari panas ekstrem hingga gangguan mental

Ilustrasi Penyakit ISPA pada Anak Balita Foto Oleh: Alodokter
Ilustrasi Penyakit ISPA pada Anak Balita Foto Oleh: Alodokter

Dalam kajiannya, CELIOS menyoroti bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan beban penyakit menular maupun tidak menular. Dampak yang menjadi perhatian meliputi penyakit akibat suhu ekstrem, gangguan pernapasan, diare, penyakit kardiovaskular, gangguan gizi, hingga risiko kesehatan mental.

Peneliti CELIOS, Lay Monica, menjelaskan bahwa kenaikan suhu dan perubahan lingkungan dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat.

“Peningkatan suhu, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan tidak hanya meningkatkan risiko penyakit, tetapi juga berdampak pada produktivitas, kualitas udara, hingga kesehatan mental,” ujar Lay Monica dalam keterangan, Sabtu (22/11/2025).

2. Penyebaran penyakit diprediksi meluas ke wilayah baru

Ilustrasi penyakit pernafasan (Unsplash.com/Anastasiia Chepinska)
Ilustrasi penyakit pernafasan (Unsplash.com/Anastasiia Chepinska)

CELIOS juga menemukan adanya potensi pergeseran wilayah endemis penyakit tertentu, seperti malaria dan demam berdarah. Daerah dataran tinggi dan wilayah yang sebelumnya terlalu dingin untuk perkembangbiakan nyamuk diperkirakan berubah menjadi habitat baru akibat kenaikan suhu.

Lay Monica menegaskan bahwa kondisi ini membawa tantangan baru dalam pengendalian penyakit. “Perubahan temperatur membuat daerah yang sebelumnya tidak cocok untuk vektor penyakit kini menjadi wilayah yang hangat dan nyaman bagi perkembangan bibit penyakit,” katanya.

3. Minim kajian lokal, adaptasi berbasis bukti mendesak dilakukan

ilustrasi penyakit malaria (pexels.com/Jimmy Chan)
ilustrasi penyakit malaria (pexels.com/Jimmy Chan)

Kajian CELIOS dilakukan pada 20 Agustus–22 September 2025 melalui tinjauan sistematis berbasis pedoman PRISMA, dengan penelusuran literatur dari PubMed, laporan IPCC, dan publikasi The Lancet Countdown.

Dari 428 artikel yang diseleksi, hanya delapan yang memenuhi kriteria untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini menunjukkan terbatasnya bukti ilmiah mengenai dampak perubahan iklim terhadap kesehatan di Indonesia.

Lay Monica menyebut bahwa pemerintah perlu memperkuat penelitian kesehatan berbasis iklim agar kebijakan adaptasi menjadi lebih tepat sasaran.

“Kebijakan adaptasi berbasis bukti penting untuk meminimalkan dampak kesehatan akibat perubahan iklim. Pemerintah harus memperkuat sistem pemantauan, kesiapsiagaan tenaga kesehatan, serta riset berbasis iklim,” tegasnya.

CELIOS menilai bahwa tanpa langkah adaptasi yang cepat dan konsisten, beban penyakit serta kerugian ekonomi dan sosial akibat perubahan iklim akan terus meningkat.

Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Kajian CELIOS: Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Masyarakat Indonesia

22 Nov 2025, 08:08 WIBNews