LLDikti dan Unika Didemo Terkait Kasus Drop Out 6 Mahasiswa

Paskawan Gultom selaku koordinator aksi damai tersebut kepada awak media menyatakan betapa keberatannya pihak aliansi mahasiswa Unika terhadap keputusan kampusnya yang mereka anggap mengeluarkan mahasiswanya secara sepihak.

"Kami datang ke sini sebenarnya untuk memberikan surat keberatan terhadap Unika. Khususnya terkait pemberhentian studi terhadap 6 mahasiswa itu keputusan sepihak tanpa SP 1 dan SP 2, langsung di DO," kata Paskawan.

Paskawan menjelaskan jika awalnya para mahasiswa telah menyuarakan protes tersebut terhadap Pemerintahan Mahasiswa (Pema) dan penyelenggaraan malam keakraban. Berhubung Pema Unika vakum di tahun 2017, mereka menyuarakan aspirasi itu di acara Dies Natalies Unika ke-39.

"Kami buat malam keakraban juga bukan buat perpeloncoan, adik-adik kami pun aman saja," katanya sebelum Aliansi Mahasiswa Unika bertolak ke kampusnya.

Terkait dengan kondisi mahasiswa Unika yang telah di-DO dan diskorsing, WR 3 Unika angkat suara saat dirinya ditemui awak media.

"Jadi, 6 mahasiswa yang di-DO dan 13 mahasiswa yang diskorsing itu karena mereka sudah melakukan pelanggaran berat. Mereka melanggar peraturan kemahasiswaan dengan membawa poster, membawa orasi-orasi, dan lain-lain. Terkait peraturan STATUTA Unika, mereka ini sudah melakukan pelanggaran peraturan akademik," kata Charles Sitindau.

Charles menyebutkan jika pelanggaran berat yang dimaksud sudah tidak bisa ditolerir lagi, mengingat apa yang telah dilakukan mahasiswanya tersebut.

"Ada orasi saat dies natalis Unika yang ke-39, di mana di sana para pejabat sudah hadir beserta Dewan Pembina Uskup Medan. Tidak sampai di situ, mahasiswa yang terlibat tersebut juga menyelenggarakan malam keakraban (makrab) tanpa izin, padahal sudah ada aturan jika mahasiswa baru tidak boleh diajak keluar (makrab)," lanjutnya.

Charles menyebutkan jika pihak birokrasi Unika telah memanggil mahasiswa yang bersangkutan dan mengimbau mereka agar tak melakukan hal-hal tersebut lagi.

"Terkait peringatan, mereka sudah dipanggil masing-masing orang, termasuk orang tuanya. Namun ternyata tidak diindahkan juga, bahkan sempat ada kalimat dari mereka yang mengatakan bahwa Rektor tak berani mengeluarkan mahasiswanya karena mahasiswa tahu soal peraturan. Maka dikeluarkanlah sanksi itu menyikapi tidak diindahkannya peringatan-peringatan yang kami sampaikan," ujar Charles.

Lebih lanjut, Charles mengatakan jika mahasiswa-mahasiswa itu bisa di-DO karena mereka dianggap telah melakukan pelanggaran berat meskipun tidak ada surat.

"Kami tetap menjunjung tinggi peraturan yang sudah kami tegaskan, dan itu sudah merupakan suatu keputusan dari rektorat. Berikutnya kami akan melakukan mediasi dengan Dikti," pungkasnya.