Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Anak Muda Asal Nias Merawat Lingkungan Jadi Delegasi Indonesia

IMG-20251112-WA0036.jpg
Suasana masyarakat saat melakukan aksi sosial dalam program Silvia Decmerry Natalia Gea, pemimpin muda yang memiliki prestasi dengan merawat lingkungan (Dok. Pribadi)

Medan, IDN Times - Silvia Decmerry Natalia Gea salah satu pemimpin muda yang memiliki prestasi dengan merawat lingkungan. Ia merupakan Perempuan kelahiran Gunungsitoli, 5 Desember 2002.

Kepada IDN Times, dirinya menceritakan di balik sederet prestasi MUDA30 Changemakers, Pemimpin Muda Inspiratif untuk Iklim, hingga Delegasi Indonesia di konferensi Asia.

Berikut IDN Times rangkum ceritanya.

1. Mampu menjadi penggerak perubahan nasional, bahkan internasional

IMG-20251112-WA0051.jpg
Silvia Decmerry Natalia Gea salah satu pemimpin muda yang memiliki prestasi dengan merawat lingkungan (Dok. Pribadi)

Dalam ceritanya, sosok anak muda asal daerah Nias ini hanya memiliki bekal kepedulian dan ketulusan hingga mampu menjadi penggerak perubahan nasional, bahkan internasional.

Masa kecil Silvia di Kota Gunungsitoli bukan hanya tentang keindahan alam dan kuatnya ikatan keluarga.

Dia tumbuh dan belajar arti hidup sederhana yang penuh kasih dan kerja keras. Di bawah asuhan orang tuanya Y. Gea dan R. Siallagan Silvia dibentuk menjadi perempuan yang berani bermimpi besar.

Awalnya, tak menyangka bahwa dia akan menjadi delegasi dari Indonesia.

"Aku gak yakin lolos, tapi dicoba aja dulu. Sama ditambah tahun-tahun lalu itu aku lolos jadi pemimpin Top Iklim, itu aku satu-satunya lagi yang lulus dari Sumut dan pernah jadi delegasi asia konferensi juga di Malaysia," katanya pada IDN Times.

Baginya, figur dari kedua orangtua merupakan guru pertama yang menanamkan integritas dan keberanian, sehingga dua hal ini mengantarnya ke berbagai panggung kepemimpinan.

Lanjutnya, tahun 2024 menjadi Delegasi Indonesia dalam World Cleanup Day Impact and Sustainable Asia Conference di Malaysia. Di sana ia bertemu para pemuda Asia yang membuktikan bahwa gerakan lokal bisa berdampak global.

Pengalaman ini memperkuat keyakinannya bahwa anak muda Indonesia, terutama perempuan, punya peran besar dalam solusi perubahan iklim.

Perjalanan panjang itu kemudian mengantar Silvia ke salah satu pencapaian terbesar terpilih sebagai Finalis MUDA30 Changemakers 2025 dan satu-satunya wakil Sumatera Utara.

Prosesnya panjang Social Media Campaign, Governance Bootcamp, Townhall Forum, hingga menulis buku “Teman Muda Nusantara Vol. 2”.

“Penghargaan ini bukan soal saya. Ini bukti bahwa anak muda dari daerah pun bisa membawa perubahan,” tegasnya.

2. Bermula pada kampung halaman di Nias yang kawasannya pesisir

IMG-20251112-WA0034.jpg
Suasana masyarakat saat melakukan aksi sosial dalam program Silvia Decmerry Natalia Gea, pemimpin muda yang memiliki prestasi dengan merawat lingkungan (Dok. Pribadi)

Kini Silvia fokus pada projek yang membidangi kegiatan sosial di Kampung Terapung, dan sudah menjadi Yayasan yang diberi nama Eco Educare.

Baginya, kepedulian untuk merawat lingkungan ini dapat menyadari banyak masyarakat. Khususnya bermula pada kampung halaman di Nias yang kawasannya pesisir.

"Aku lihat di pesisir tempat aku, kenapa banyak sampah awalnya dari situ sih kayak resah. Sebenarnya Nias itu bagus, tapi jelek karena ada sampah jadi aku suka cari-cari info tentang lingkungan dan aku lihat ada World Clean Up Day," jelasnya.

Perjalanan sosial ini dimulainya sejak duduk dibangku SMA, dan bergabung sebagai relawan yang mengkoordinir wilayah Gunung Sitoli di World Clean Up Day.

"Aku leader yang paling muda, pada saat itu usia aku 19 tahun," ucap Silvia.

Selain peduli dengan kegiatan sosial, Silvia juga mengajar anak kurang mampu di panti asuhan sebagai volunteer di HOPE Worldwide Indonesia. Kedua kegiatan sosial ini menjadi pemicunya untuk peduli pada masyarakat, dari bidang pendidikan hingga kepedulian sampah yang diubah menjadi taraf ekonomi.

3. Sampah bukan hanya persoalan kebersihan tapi juga edukasi dan partisipasi publik

IMG-20251112-WA0042.jpg
Suasana masyarakat saat melakukan aksi sosial dalam program Silvia Decmerry Natalia Gea, pemimpin muda yang memiliki prestasi dengan merawat lingkungan (Dok. Pribadi)

Mendalami isu sosial, kebijakan publik, dan pembangunan berkelanjutan, maka Silvia memilih untuk kuliah di FISIPOL Universitas HKBP Nommensen Medan.

Momen yang tak terlupakan baginya yaitu saat mengerjakan skripsi tentang implementasi Perda Pengelolaan Persampahan di Kota Medan, dan turun langsung ke lapangan yang membuatnya membuka mata dalam pengelolaan sampah.

Baginya, sampah bukan hanya persoalan kebersihan, tapi juga edukasi dan partisipasi publik.

Dari keresahan itulah ia mendirikan Ecoeducare gerakan edukasi lingkungan yang kini menjadi fondasi dari banyak programnya.

Lewat program Pemimpin Muda untuk Iklim bersama Plan Indonesia dan Teens Go Green, Silvia menciptakan Proyek BERLIAN (Bank Sampah HORAS BAH) yang fokus pada edukasi dan olah limbah minyak goreng di Kampung Nelayan Seberang.

Limbah yang sebelumnya mencemari laut diubah menjadi peluang ekonomi. Edukasi, recycle, dan olah limbah digabungkan menjadi model pemberdayaan berbasis komunitas.

“Menjadi Pemimpin Muda untuk Iklim bukan gelar, tapi tanggung jawab untuk menerjemahkan ilmu menjadi aksi,” katanya.

4. Kini Silvia miliki program misi ekonomi sirkular

IMG-20251112-WA0040.jpg
Silvia Decmerry Natalia Gea salah satu pemimpin muda yang memiliki prestasi dengan merawat lingkungan (Dok. Pribadi)

Program PESONA kolaborasi Ecoeducare dengan berbagai hotel, menjadi misinya untuk mengubah sampah menjadi sumber pendanaan edukasi lingkungan.

Sampah hotel akan disalurkan ke bank sampah, dan hasilnya digunakan untuk seminar serta kegiatan sustainability.

Baginya, perubahan besar dimulai dari siklus kecil yang terhubung dan melibatkan banyak pihak.

Di tengah padatnya aktivitas, Silvia menjaga keseimbangan dengan cara sederhana dengan membuat jadwal disiplin, menyisihkan waktu untuk membaca, travelling, dan mengeksplor hal-hal baru.

“Membaca memberi wawasan, travelling membuka perspektif, dan mencoba hal baru membuat saya berani keluar dari zona nyaman,” ujarnya.

Silvia memaknai kepemimpinan sebagai bentuk pelayanan.

5. Silvia ajak kawula muda untuk meningkatkan kesadaran diri tentang sampah

IMG-20251112-WA0053.jpg
Silvia Decmerry Natalia Gea salah satu pemimpin muda yang memiliki prestasi dengan merawat lingkungan (Dok. Pribadi)

Dia memberikan masukan kepada Pemerintah, untuk bisa memperhatikan pelaku bank sampah dan perturan daerah yang ditinjau kembali. Seperti bermitra kepada pelaku bank sampah.

"Jangan hanya minta data-data saja. Setiap ahkhir tahun minta data sampah berapa timbunannya. Sehingga para pelaku bank sampah merasa tidak diapresiasi jadi gak semangat. Terus bank sampahnya tutup," tambahnya.

Terkait distribusi sampah di Kota Medan, menurutnya bisa mensosialisasikan lagi ke masyarakat agar bisa efektif dan efisien dalam pengangkutan sampah, serta pekerja juga bisa mendapatkan upahnya.

Menurutnya, sampah di Kota Medan ini mencapai 2 ribu ton perhari. Namun, jika sampah ini dipilah bisa menjadi solusi untuk menghasilkan yang bermanfaat.

"Gak semua harus ke TPA Apalagi, TPA udah urgent. Jadi, mungkin tingkat kesadaran dan sosialisasi serta kolaborasi semua pihak," jelas Silvia.

Dia juga berharap masyarakat khususnya para kawula muda bisa lebih meningkatkan kesadaran tentang sampah. Mulai dari diri sendiri.

"Hal simpel mungkin dari bawa Tumbler (tempat minum), dan jangan sampai tutup mata untuk apa yang terjadi. Kayak anak-anak muda sekarang banyak yang hebat-hebat juga jadi sama-sama membangun daerah kita sendiri," tutupnya.

Share
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

3 Begal Sadis di Medan Digulung Polisi, Nekat Bacok Korbannya

17 Nov 2025, 22:00 WIBNews