Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Dampak Buruk Kebiasaan Rem Mendadak yang Harus Diwaspadai 

ilustrasi berkendara dengan kecepatan tinggi (pexels.com/Sebastian Pichard)

Kebiasaan rem mendadak saat berkendara bisa menimbulkan berbagai dampak buruk, baik bagi pengemudi, penumpang, maupun kondisi kendaraan. Tindakan ini sering kali terjadi akibat kurangnya perencanaan saat mengemudi atau reaksi panik terhadap situasi mendadak.

Rem mendadak dapat menyebabkan risiko kecelakaan yang lebih tinggi, terutama di jalan raya yang padat kendaraan. Selain itu, kebiasaan ini memberikan tekanan ekstra pada sistem pengereman, mempercepat keausan komponen seperti kampas rem dan cakram. Efek buruknya juga dirasakan oleh penumpang yang bisa mengalami cedera akibat perubahan gerakan yang tiba-tiba.

Di sisi lain, penggunaan rem mendadak secara terus-menerus dapat mempengaruhi efisiensi bahan bakar kendaraan. Kebiasaan ini tidak hanya membahayakan pengemudi tetapi juga pengguna jalan lainnya. Memahami dampak buruk dari kebiasaan rem mendadak dapat membantu menciptakan perilaku berkendara yang lebih aman dan efisien.

Berikut adalah lima dampak utama dari kebiasaan rem mendadak yang harus dihindari untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan berkendara.

1. Meningkatkan risiko kecelakaan

ilustrasi berkendara dengan kecepatan tinggi (pexels.com/Deane Bayas)

Rem mendadak sering menjadi penyebab utama kecelakaan, terutama di jalan yang ramai. Kendaraan di belakang mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk bereaksi, sehingga tabrakan beruntun dapat terjadi. Risiko ini meningkat dalam kondisi cuaca buruk seperti hujan, di mana jalan menjadi licin dan jarak pengereman lebih panjang.

Selain itu, kendaraan yang berhenti tiba-tiba dapat kehilangan kendali, terutama jika pengemudi tidak menggunakan sistem pengereman yang efektif seperti ABS. Rem mendadak juga membahayakan pejalan kaki atau pengendara sepeda yang berada di sekitar. Untuk mengurangi risiko ini, penting untuk selalu menjaga jarak aman dan memprediksi situasi lalu lintas dengan lebih baik.  

2. Mempercepat keausan komponen rem

ilustrasi berkendara dengan kecepatan tinggi (pexels.com/Daniel Dolidze)

Kebiasaan rem mendadak memberikan tekanan berlebih pada sistem pengereman, terutama pada kampas rem dan cakram. Gesekan yang intens dan terus-menerus dapat menyebabkan komponen ini cepat aus, sehingga memerlukan penggantian lebih sering. Selain itu, suhu tinggi yang dihasilkan akibat pengereman mendadak dapat merusak struktur cakram atau bahkan menyebabkan rem overheat.

Kerusakan ini tidak hanya mempengaruhi biaya perawatan kendaraan tetapi juga menurunkan performa pengereman. Keausan yang cepat pada komponen rem juga meningkatkan risiko kerusakan mendadak yang bisa membahayakan keselamatan. Memastikan pengereman dilakukan secara bertahap adalah salah satu cara untuk menjaga keawetan sistem rem. 

3. Mengurangi efisiensi bahan bakar

ilustrasi berkendara dengan kecepatan tinggi (pexels.com/Pradyuman Garg)

Rem mendadak mempengaruhi konsumsi bahan bakar kendaraan secara negatif. Ketika kendaraan dihentikan secara tiba-tiba, energi kinetik yang besar harus diubah menjadi panas melalui sistem pengereman.

Proses ini menghilangkan momentum kendaraan, yang artinya energi yang digunakan untuk mempercepat kendaraan sebelumnya terbuang sia-sia. Akibatnya, mesin harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan kecepatan, yang meningkatkan penggunaan bahan bakar. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini tidak hanya berdampak pada biaya operasional tetapi juga menambah emisi karbon.

Mengemudi secara halus dan konsisten adalah cara yang lebih efisien untuk menjaga konsumsi bahan bakar tetap rendah.  

4. Membahayakan penumpang di dalam kendaraan

ilustrasi berkendara dengan kecepatan tinggi (pexels.com/Dayvison Tadeu)

Gerakan mendadak akibat pengereman keras dapat menyebabkan cedera bagi penumpang di dalam kendaraan. Penumpang yang tidak siap sering kali terdorong ke depan, yang bisa mengakibatkan cedera leher, punggung, atau kepala, terutama jika tidak menggunakan sabuk pengaman. Pada kendaraan umum seperti bus atau angkutan kota, rem mendadak dapat membuat penumpang kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Selain itu, pengalaman ini juga menciptakan ketidaknyamanan dan rasa tidak aman bagi penumpang, terutama anak-anak atau lansia. Kebiasaan ini juga dapat menyebabkan stres atau ketegangan selama perjalanan, yang seharusnya bisa dihindari dengan berkendara secara lebih terencana. 

5. Merusak suspensi dan ban kendaraan

ilustrasi berkendara dengan kecepatan tinggi (pexels.com/Elmir Jafarov)

Pengereman mendadak memberikan tekanan besar pada sistem suspensi dan ban kendaraan. Tekanan yang tidak merata dapat menyebabkan ban cepat aus, terutama di bagian tertentu yang terkena gesekan lebih besar saat pengereman.

Suspensi yang menerima guncangan tiba-tiba juga dapat mengalami keausan atau kerusakan pada komponen seperti peredam kejut. Kerusakan pada suspensi dan ban tidak hanya meningkatkan biaya perawatan tetapi juga mempengaruhi kenyamanan dan kestabilan kendaraan.

Dalam jangka panjang, dampak ini bisa menurunkan umur kendaraan secara keseluruhan. Pengemudi perlu memperhatikan teknik pengereman yang lebih halus untuk melindungi komponen penting ini.  

Kebiasaan rem mendadak memiliki berbagai dampak buruk, mulai dari peningkatan risiko kecelakaan, kerusakan komponen kendaraan, hingga pengurangan kenyamanan dan efisiensi. Perilaku ini juga memberikan tekanan pada pengemudi lain di jalan raya, menciptakan risiko kecelakaan yang lebih besar. Untuk menjaga keselamatan dan keawetan kendaraan, pengemudi perlu menghindari pengereman mendadak kecuali dalam situasi darurat.

'Mengadopsi gaya berkendara yang lebih halus dan terencana dapat mengurangi dampak buruk ini secara signifikan. Perubahan sederhana dalam kebiasaan mengemudi dapat menciptakan pengalaman berkendara yang lebih aman dan efisien bagi semua pihak.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anita Dwi Octaviani
EditorAnita Dwi Octaviani
Follow Us