Mengenal Dja Endar Moeda, Sang Pelopor Pers di Indonesia

Nama Endar Moeda puluhan tahun tenggelam dalam sejarah pers

Medan, IDN Times - Dja Endar Moeda Harahap tokoh pers asal Padang Sidempuan, ia memulai kiprahnya pada dunia penerbitan pers sejak tahun 1897.

Tahun lalu dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Stadion Pemerintah Provinsi Sumut, lewat pameran Pers Tiga Abad ini, nama Dja Endar Moeda yang sayup-sayup didengar itu, akan ditampilkan ke ribuan jurnalis dari seluruh Indonesia.

Sejarawan Dr. Phil Ichwan Azhari menjelaskan penemuan ini menguak siapa sebenarnya pelopor penerbitan pers pertama di Indonesia.

"Inilah sebenarnya pelopor penerbitan pers pertama di Indonesia, dan bukan Tirto Adi Suryo dari Bandung, yang selama ini ditetapkan sebagai Bapak Pers Indonesia," ujarnya.

Berikut IDN Times rangkum fakta-fakta sejarah seputar Dja Endar Moeda, sosok pelopor pers di Indonesia.

1. Nama Dja Endar Moeda puluhan tahun tenggelam dalam sejarah pers Indonesia

Mengenal Dja Endar Moeda, Sang Pelopor Pers di IndonesiaSejarawan Dr. Phil Ichwan Azhari (IDN Times/Indah Permata Sari)

Dikutip dari Tirto, Dja Endar Moeda Harahap alias Haji Mohammad Saleh lahir di Padang Sidempuan pada tahun 1861.

Tidak lama setelah menyelesaikan pendidikannya di Kweekschool (sekolah guru) pada tahun 1885, Dja Endar Moeda memulai karier sebagai seorang guru bantu di Air Bangis. Di tengah aktivitasnya sebagai editor atau pemimpin surat kabar, Dja Endar Moeda berhasil menciptakan karya Riwayat Poelaoe Soematra yang terbit tahun 1903.

Ia dijuluki “Raja Koran Sumatera”. Karier jurnalistik Dja Endar Moeda dimulai pada 1887 sebagai editor dan koresponden dari majalah bulanan pendidikan Soeloeh Pengadjar yang terbit di Probolinggo, Jawa Timur.

Ia pernah tinggal di Bantahan dan Singkil, namun tidak bertahan lama dan memutuskan untuk bermukim di Padang pada tahun 1893.

Menurut Ichwan diketahui bahwa, Dja Endar Moeda melakukan gerakan di penerbitan pers pada empat kota yakni di Padang (Pertja Barat 1897), Sibolga (Tapian Na Oeli 1900) , Aceh (Pemberita Atjeh, Suara Atjeh 1906) dan Medan (Pewarta Deli, 1910).

Koran Pertja Barat sendiri dimulai dengan Dja Endar sebagai redaktur penggeraknya, tapi kemudian tahun 1900 dia mengakuisisinya.

Pada 1905, ia membeli percetakan Insulinde, yang menjadikannya pribumi pertama di Sumatra yang memiliki percetakan. Tak lama kemudian, ia dikenal luas sebagai “Raja Surat Kabar Sumatra” di masa itu.

Dengan semua fakta ini, menurut Ichwan, kekeliruan tentang pelopor pers di Tanah Air harus dikoreksi bahwa nama Dja Endar Moeda puluhan tahun tenggelam dalam sejarah pers Indonesia.

Dari temuan Ichwan, Dja Endar Moeda sudah aktif baik sebagai motor penggerak redaksi maupun sebagai pendiri, pemilik dan pemimpin redaksi berbagai koran, sebelum Tirto Adi Suryo, menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908).

2. Dja Endar juga menerbitkan koran berbahasa Belanda di Padang dan Medan

Mengenal Dja Endar Moeda, Sang Pelopor Pers di IndonesiaSalah satu koran yang diterbitkan Dja Endar Moeda (IDN Times/Indah Permata Sari)

Dja Endar tidak berhenti sampai disitu, kemudian ia menerbitkan koran berbahasa Belanda di Padang dan Medan, Sumatrache Niewsblad, yang menyebabkan dirinya terkena delik Pers karena membongkar praktek kejahatan penjajah dalam pemberitaannya.

"Bagaimana kita membayangkan gerakan dan perjuangannya mendirikan pers di empat kota itu, lalu sejarah Indonesia mengabaikannya," tutur Sejarawan yang menerima langsung deretan koran hasil karya Dja Endar Moeda itu.

Dja Endar Moeda boleh dikata adalah Bapak Pers indonesia yang sebenarnya, raja koran pada zamannya dan orang pertama yang membeli mesin cetak sendiri, menerbitkan dan memiliki koran sendiri, sebelum Tirto Adi Suryo.

"Sudut pandang sejarah yang keliru telah menyebabkan tokoh besar pers sekaliber Dja Endar Moeda ini luput dari narasi sejarah Indonesia," ungkapnya lagi.

Koran Pewarta Deli yang didirikan Dja Endar Moeda (1910) bukan hanya sekedar koran, pemberita, tapi institusi pers yang melahirkan tokoh pers seperti Adi Negoro, yang kemudian jadi pemimpin redaksi Pewarta Deli.

Parada Harahap, Mohammad Said, Mangaraja Ihutan, merupakan tokoh pers yang kariernya juga terkait dengan Pewarta Deli yang dibuat Dja Endar Moeda ini.

3. Dja Endar dianggap jurnalis Indonesia berkelas Eropa satu-satunya kala itu

Mengenal Dja Endar Moeda, Sang Pelopor Pers di IndonesiaSalah satu koran yang diterbitkan Dja Endar Moeda (IDN Times/Indah Permata Sari)

Dijelaskannya juga bahwa peneliti pers Indonesia asal Malaysia, Prof Ahmat Adam, juga para jurnalis Belanda, mengagumi kepeloporan pers Dja Endar Moeda ini.

Fakta sejarah lainnya juga menyebutkan koran Belanda yang terbit di Padang, Sumatra Courant, kerap mengutip tulisan Dja Endar Moeda karena menganggap dia adalah jurnalis Indonesia berkelas Eropa satu-satunya waktu itu.

Selain itu juga, Dja Endar menerbitkan koran Insulinde berbahasa Melayu yang di terbitkan di Padang pada awal 1900-an yang ditemukan di Kota Leiden, Belanda.

"Bahkan ia mampu menerbitkan dan memiliki koran berbahasa Belanda, untuk keperluan pembaca Belanda di masa itu," tutupnya.

Baca Juga: Jadi Partai Penguasa, Golkar Unggul di 12 Wilayah Sumut

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya