Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut Keadilan

Buntut pengungkapan kasus sabu 81 kg dan ekstasi di Sumut

Medan, IDN Times – Nyawa Muhammad Yasin melayang setelah timah panas diduga dari senjata milik  petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) menembus badannya, Rabu (3/7). Keluarga mengatakan ada beberapa luka tembak yang bersarang di tubuh Yasin.

Keluarga tak pernah menyangka harus kehilangan Muhammad Yasin dengan cara yang tak wajar. Mereka kini menuntut keadilan. Kasus itu diadukan ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara. 

Keluarga bersama kuasa hukum memastikan BNN salah target dan mengira M Yasin, Sulaiman, M Yusuf, Sofyan Hidayat dan Robi Syahputra masuk dalam jaringan narkoba yang diungkap mereka, 2 hingga 3 Juli 2019 lalu.

Saat itu, BNN sedang mengembangkan kasus penyelundupan narkoba asal Malaysia. Pengungkapan berlangsung dramatis di sejumlah tempat. Mulai dari Kota Tanjung Balai, Asahan, Batu Bara dan Deli Serdang. Totalnya delapan tersangka dibekuk (tidak termasuk M Yasin dan kolega). Dari para tersangka, BNN menyita sekitar 81 Kg sabu-sabu dan lebih dari 100 ribu ekstasi jenis minion dan lego.

Sayangnya, kasus ini  berbuntut panjang. M Yasin yang tidak terlibat, meninggal. Lalu M Yusuf mendapat tembakan di kaki kiri.

Lantas bagaimana kronologis versi korban. Mereka sempat ditahan di Kantor BNN Provinsi Sumut hingga akhirnya dilepas karena terbukti tidak terlibat. Kini keluarga mencari keadilan. Mereka juga meminta pemulihan nama baik setelah distigma terlibat jaringan narkoba kelas kakap. 

1. Keluarga bantah halangi aksi kejar-kejaran BNN dengan tersangka di kawasan Kabupaten Batu Bara

Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut KeadilanIDN Times/Prayugo Utomo

Dalam kronologi BNN disebut jika mobil Toyota Avanza B 1321 KIJ yang ditumpangi M Yasin cs menghalangi pengejaran mobil Honda Jazz  BK 1004 VP yang dikendarai  tersangka Hanafi dan Amiruddin pada Selasa (2/7) petang. Kronologi itu dibantah pihak keluarga korban.

Kata mereka, saat itu, Avanza yang mereka tumpangi akan mengantarkan Jamilah, istri Rahmadsyah Sitompul, saksi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga di sidang MK beberapa waktu lalu. Mereka baru saja hadir dalam sidang kasus ITE yang menjerat Rahmadsyah di Batu Bara.

Mereka bergerak ke arah Desa Sei Bejangkar, Kecamatan Sei Balai, Kabupaten Batubara. “Kami gak tau ada kejar-kejaran BNN. Kami kira karena di jalan raya, yah biasa aja mobil kencang - kencang,” kata Jamilah usai membuat pengaduan di Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Sumut, Jalan Brigjen Katamso, Gang Bunga Nomor 2A, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Rabu (10/7) petang.

Dalam kronologis BNN, mobil itu dikatakan melarikan diri dan lolos dalam pengejaran BNN. Padahal mobil itu, kata Jamilah akan mengantarkan mereka ke rumahnya.

Baca Juga: Dooorrr! Polisi Tembak 2 Pencuri Spesialis di Jalan Lintas Sumatera

2. Saat di Deli Serdang Yasin cs panik karena menyangka mobil petugas BNN adalah kawanan begal

Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut KeadilanIDN Times/dok BNN

Sulaiman yang juga menjadi korban salah tangkap juga angkat bicara. Di dalam mobil itu ternyata juga ditumpangi oleh Robi Syahputra dan Sofyan Hidayat yang merupakan pengacara Rahmadsyah. Mobil itu akan  mengantarkan mereka kembali ke Kota Medan, Rabu (3/7) dinihari.

Kata laki-laki 29 tahun itu, selama dalam perjalanan menuju Kota Medan, tidak terjadi kendala apapun. Namun saat berada di kawasan Jalan Besar Batangkuis (Simpang Kolam), Kabupaten Deli Serdang, mobil mereka dihadang .

“Mobil dibawa M Yusuf. Dia ketakutan. Karena hari masih gelap, jalanan sunyi, kami mengira mobil itu kawanan begal atau rampok. Sehingga kami panik,” ujar Sulaiman.

Dalam kronologis BNN disebutkan jika tim menemukan mobil Avanza M Yasin cs di wilayah Deli Serdang. Tim BNN berupaya menghentikan mobil namun melihat mobil minibus itu masih berupaya melarikan diri. Bahkan mobil disebut menabrak dan berupaya mencelakai serta membahayakan petugas.

3. Mobil Yasin cs memilih arah lain dan ditembaki saat kejar-kejaran

Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut KeadilanIdntimes.com

Lantaran dihadang, mobil memilih jalur lain dengan berbelok ke kanan. Mobil BNN yang disangka kawanan begal mengejar mereka.

Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Penumpang dalam minibus semakin panik. Tembakan itu, kata Sulaiman mengenai pelipis M Yasin yang duduk paling belakang. “Kami makin panik di dalam itu. Makanya semua kebingungan,” ungkapnya.

Sulaiman tak tahu pasti berapa suara tembakan yang didengarnya. Mereka terus berupaya kabur karena masih mengira itu kawanan begal.

“Kepala Sofyan Hidayat juga berdarah. Makanya kami langsung tancap gas ke arah Jalan Perhubungan,  Lau Dendang,” tukasnya.

Sampai di sana, ada mobil lainnya yang menghadang. Mereka semakin takut. Sempat terdengar beberapa kali tembakan. Sulaiman juga sempat tiarap di dalam mobil. Selanjutnya mereka keluar dari dalam mobil untuk menyelamatkan diri setelah mobil terhenti di depan sebuah warung.

4. Sulaiman sampai panjat pohon mangga warga untuk menyelamatkan diri dari kejaran

Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut Keadilanunsplash.com/@anneniuniu

Sulaiman menceritakan, dia tak tahu rekannya yang lain melarikan diri ke arah mana. Yang pasti, saat itu dia menyelamatkan diri dengan memanjat pohon mangga di dekat warung mobil mereka terparkir.

Dia juga tak menyangka ternyata M Yusuf juga sudah berada di pohon mangga itu. Mereka berani turun saat kawanan yang disangka begal mengaku sebagai polisi. Sedangkan Yasin nasibnya tertinggal di dalam mobil.  

“Salah satu dari mereka ada yang bilang, ‘saya polisi’. Makanya saya lihat ke bawah dan turun. Saya dan Yusuf langsung di borgol,” ujar laki-laki yang berprofesi sebagai nelayan itu.

Saat itu juga dia baru mengetahui kaki kiri Yusuf tertembak. Sulaiman dan Yusuf diborgol bergandengan.

5. Yasin meninggal di Rumah Sakit Haji hingga Sulaiman yang ditampar petugas BNN

Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut Keadilanfinancialexpress.com

M Yusuf, M Yasin dan Sulaiman dibawa dalam satu mobil saat menuju ke rumah sakit haji. Sepanjang perjalanan, M Yasin diketahui masih hidup. Kata Sulaiman kepalanya berlumuran darah. Dia juga memegangi bagian perutnya.

“Pokoknya sampai mau meninggal itu, Yasin terus nyebut. Salah kami apa ya Allah. Dia sempat dirawat suster. Tapi di rumah sakit dinyatakan meninggal dunia,” imbuh Sulaiman.

Saat itu juga borgol dilepas dari tangan Yusuf dan Sulaiman. Yusuf di bawa ke RS Bhayangkara untuk mendapat perawatan luka tembak di kaki kiri.

Sulaiman pun ditanyai oleh petugas BNN. Dia sempat ditampar oleh petugas yang menanyainya.

6. Sempat nginap di BNN hingga akhirnya dilepas karena terbukti tidak terlibat

Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut Keadilanpixabay ichigo121212

Sulaiman diboyong ke BNNP Sumut. Dia di tahan di dalam sel. Lalu dimintai keterangan. Kemudian, Sofyan dan Robi datang ke BNN Sumut. Di sana mereka sempat dipertemukan dengan tersangka lainnya. Mereka mengaku tidak mengenal para tersangka.

Bahkan mereka bertiga diminta tes urine. Hasilnya negatif. “Karena dinyatakan tidak bersalah kami dibebaskan pada Sabtu (6/7).

Sulaiman juga mengaku diberikan uang Rp500 ribu saat petugas BNN mengantarkannya pulang ke Jalan D.I Panjaitan, Kota Medan. Uang itu, kata Sulaiman, sebagai uang transport.

Jenazah M Yasin juga sudah dipulangkan ke rumah keluarganya. M Yasin diketahui sebagai abang ipar dari Rahmadsyah Sitompul.

7. KontraS bakal surati Komnas HAM untuk lakukan investigasi

Peluru BNN Diduga Salah Sasaran, Keluarga Korban Tewas Tuntut KeadilanLogo KontraS Sumut

KontraS Sumut berkomitmen bakal mendampingi kasus ini. Mereka masih mengumpulkan keterangan dari para korban. Nantinya, mereka juga akan menyurati Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).  

“Kami meminta Komnas HAM juga menginvestigasi kasus ini. Supaya keluarga korban mendapat keadilan dan proses hukum bisa berjalan. Kami akan terus mendampingi kasus ini,” ujar Koordinator Badan Pekerja KontraS Sumut Amin Multazam Lubis di kantornya.

Sementara itu, hingga saat ini belum ada klarifikasi resmi dari BNN pusat. Direktur Pemberantasan  BNN Irjen Arman Depari yang dikonfirmasi juga belum memberikan jawaban. Pesan singkat dan sambungan telepon yang dilayangkan juga belum berbalas.

Baca Juga: Bak Film Action, BNN Kejar Pengedar Narkoba dan Ada Suara Tembakan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya