Bantuan dari Rakyat Malang Tertahan, Begini Penjelasan BPBD Sumut

- Pengiriman bantuan ke Aceh mandek karena biaya pengiriman dari Belawan ke gudang BPBD Sumut.
- BPBD Sumut akhirnya menanggung biaya pengiriman sebesar Rp2,4 juta untuk dua kontainer bantuan logistik yang tertahan sejak 21 Desember.
- Kesalahan teknis saat bongkar muat di pelabuhan Belawan menyebabkan ketidaksesuaian data jumlah kontainer bantuan yang dikirim dari Surabaya.
Medan, IDN Times – Media sosial sempat dihebohkan dengan tertahannya bantuan bencana dari relawan Malang Bersatu di gudang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut. Semula, bantuan itu akan didistribusikan ke Aceh.
Perwakilan Relawan Malang Bersatu, Mahardika Brilliandi sempat kesal. Mereka semula mengirim bantuam itu menggunakan kapal kontainer dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Namun, saat relawan melakukan pengecekan di Pelabuhan Belawan, Medan, kontainer bantuan tidak ditemukan.
“Berdasarkan data yang kami terima, kontainer tersebut tidak ada di Pelabuhan Belawan. Setelah kami telusuri, ternyata barang-barang bantuan itu dibawa ke gudang BPBD Sumut,” kata Dika, Senin (29/12/2025).
1. Pengiriman ke Aceh mandek karena ada permintaan biaya dari Belawan ke gudang BPBD

Dika kemudian memastikan ke Gudang BPBD Sumut. Dia memastikan, donasi dari masyarakat berada di gudang BPBD.
Namun, kata dia, upaya pengiriman ke Aceh harus terkendala. Lantaran ada biaya pengiriman dari Pelabuhan Belawan ke gudang BPBD Sumut. Relawan keberatan menanggung biaya tersebut karena menilai kesalahan bukan berasal dari pihak mereka.
“Kami seharusnya mengambil bantuan ini di Pelabuhan Belawan. Tetapi pihak BPBD Sumut bersikukuh bahwa tanggung jawab ada di kami sebagai relawan dari Jawa Timur,” ujar Dika.
2. BPBD Sumut akhirnya mau menanggung biaya pengiriman

Mediasi antara para relawan dan BPBD Sumut pun dilakukan. Dalam mediasi itu disepakati bahwa BPBD Sumut akan menanggung biaya operasional dari Belawan ke gudang mereka. Total biaya untuk dua kontainer sebesar Rp2,4 juta. Bantuan logistik tersebut telah tertahan sejak 21 Desember.
"Kami keberatan karena seharusnya itu bisa diatasi dari segi pemerintah karena sebagai percepatan penanganan bencana alam," ucap Dika.
3. Ada kesalahan teknis saat bongkar muat di pelabuhan Belawan

Kepala BPBD Sumut, Tuahta Saragih mengatakan, persoalan terjadi akibat dugaan kesalahan teknis saat bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Ada ketidaksesuaian data jumlah kontainer bantuan yang dikirim dari Surabaya.
“Dari Surabaya berangkat 10 kontainer. BPBD Jawa Timur mengonfirmasi kepada kami hanya 10 kontainer. Kami tidak mengetahui ternyata ada 12 kontainer, dua di antaranya merupakan bantuan relawan,” kata Tuahta.
Tuahata menjelaskan, saat kapal tiba di Pelabuhan Belawan, hanya 11 kontainer yang sampai, karena satu kontainer milik BPBD Jawa Timur tertinggal di Jakarta. Dari 10 kontainer yang tiba di Medan, sembilan merupakan milik BPBD Jawa Timur dan dua kontainer merupakan bantuan relawan Malang.
“Seharusnya yang dikirim ke gudang kami hanya sembilan kontainer. Dua kontainer milik relawan tidak kami minta untuk dikirim ke gudang BPBD Sumut. PT Pelni seharusnya membiarkan kontainer tersebut tetap berada di Pelabuhan Belawan hingga diambil relawan,” ujar Tuahta.
Saat ini, bantuan logistik itu siap dikirim ke Aceh Tamiang. Ini adalah bagian dari upaya masyarakat ikut membantu percepatan penanganan bencana.
















