Warga Mukim Jamat Menyeberang Pakai Getek, Gratis untuk Relawan

- Getek digunakan kembali setelah jembatan darurat kayu roboh akibat banjir bandang
- Warga bergotong-royong membangun jembatan darurat dan berinisiatif menjaga serta mengoperasikan getek secara bergantian
- Tarif penyeberangan sebesar Rp 5.000 per orang, gratis untuk relawan yang membawa logistik atau keperluan penting
Aceh Tengah, IDN Times - Warga Mukim Wih Dusun Jamat di Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, kembali menggunakan getek sebagai alat transportasi penyeberangan di Sungai Kala Ilie. Hal ini setelah jembatan darurat diterjang banjir.
“Getek kembali aktif dari Kamis sore, 25 Desember 2025,” kata Warga Kutereje, Hasanuddin, yang berjaga di lokasi, pada Jumat (26/12/2025).
1. Getek digunakan kembali karena jembatan darurat kayu roboh

Hasanuddin menyampaikan getek sebelumnya pernah digunakan setelah hari jembatan utama di Sungai Kala Ili putus akibat banjir bandang pada Rabu (26/12/2025). Warga selanjutnya memanfaatkan getek tersebut lebih kurang dua pekan.
Warga kemudian berinisiatif membuat jembatan darurat. Mereka bergotong-royong membangun jembatan darurat dari kayu sepanjang 28 meter dan lebar 1,5 meter.
Namun, curah hujan yang tinggi di kawasan sekitar dan menimbulkan banjir sehingga membuat jembatan penghubung ke wilayah Mukim Wih Dusun Jamat tersebut putus, pada Kamis, dini hari.
“Getek sempat tidak digunakan dan kemudian kita perbaiki kembali,” ujar Hasanuddin.
“Ini kita perbaiki lagi berhubung jembatan sudah hanyut,” imbuhnya.
2. Warga bergantian menjaga untuk mengoperasikan getek

Dia mengatakan agar transportasi tetap berjalan, maka Mukim Wih Dusun Jamat bersepakat agar warga berjaga secara bergantian untuk mengoperasikan.
“Sistem jaga di sini bergantian secara lima kampung,” kata Hasanuddin.
Untuk diketahui, di Mukim Wih Dusun Jamat terdapat lima kampung. Di antaranya Linge, Kutereje, Delung Sekinel, Jamat, dan Reje Payung.
3. Biaya per orang Rp 5.000, tapi gratis untuk relawan

Untuk tarif penyeberangan, kata Hasanuddin, dikenakan Rp 5.000 per orang dan sepeda motor Rp 20.000 per unit. Uang tersebut digunakan untuk membiayai bahan bakar minyak warga yang bertugas menarik getek. Sebab, jarak dari kampung ke lokasi terbilang jauh.
Sementara itu, bagi relawan yang membawa logistik maupun keperluan penting untuk warga, mereka menggratiskan.
“Kemudian untuk relawan, gratis. Itu sudah termasuk barang-barangnya,” kata Hasanuddin.

















