Sineas Kritik Pernyataan Fadli Zon Terkait Bangun Bioskop di Aceh

Banda Aceh, IDN Times - Sineas asal Aceh, Davi Abdullah, tidak setuju dengan pernyataan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, terkait perlu membangun bioskop di Tanah Rencong.
Seperti diketahui, Fadli Zon sempat menyinggung terkait bioskop saat berkunjung ke Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh di Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, pada Senin (13/1/2025).
1. Menteri Kebudayaan dinilai tak mengikuti perkembangan zaman

Davi mengatakan pandangan Fadli Zon yang menilai kehadiran bioskop sangat penting untuk membuka peluang bagi insan kreatif menunjukkan ketidakpahaman menteri terhadap perkembangan zaman.
Termasuk tren budaya digital yang tengah berkembang pesat. Orang, kata Davi, lebih memilih Over The Top (OTT) di rumah dan tidak bergantung dengan bioskop tradisional.
“Menteri Kebudayaan sepertinya tidak mengikuti perkembangan zaman,” kata Davi, Rabu (15/1/2025).
2. Kemajuan teknologi memudahkan mengakses film

Dia menyampaikan dunia hiburan kini memasuki era baru yang dipengaruhi oleh teknologi dengan kemudahan mengakses film dan tayangan lainnya dari berbagai platform streaming.
“Orang-orang sudah berlomba-lomba menikmati hiburan melalui home cinema dan layanan streaming digital. Ini adalah perubahan besar mengonsumsi film dan hiburan secara umum dan mendunia,” ujarnya.
3. Pandangan kebudayaan Aceh bukan hanya sebatas mendirikan bioskop

Davi menilai bahwa pandangan kebudayaan untuk Aceh bukan hanya sebatas mendirikan bioskop. Jika hanya pemahaman seperti itu, kata dia, sama halnya seperti berpandangan mundur.
Dia tidak membantah bahwa bioskop dan syariat Islam merupakan hal yang penting. Akan tetapi, perkembangan zaman tidak bisa menafikan kenyataan bahwa cara orang menonton film sekarang jauh lebih fleksibel.
“Banyak penonton kini memilih untuk menikmati film melalui platform digital,” ujar Budayawan Filmmaker Independent itu.
Menurut Davi, pembuat film dan penonton tidak lagi terkungkung oleh konsep bioskop konvensional dengan berkembangnya OTT.
“Platform digital memberikan peluang yang lebih luas untuk karya-karya film, tidak hanya dari segi distribusi, tetapi juga untuk memberikan akses yang lebih mudah kepada penonton di seluruh Indonesia, bahkan dunia,” kata Davi.
4. Berharap perfilman dan budaya lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi

Sineas asal Aceh ini berharap kebijakan terkait perfilman serta budaya bisa lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi dan lebih mengakomodasi kebiasaan masyarakat yang sudah beralih ke platform digital.
Termasuk berharap Menteri Kebudayaan lebih berpandangan luas untuk pemajuan kebudayaan Aceh. Industri film harus bergerak seiring dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan digital.
“Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan industri film Indonesia agar semakin berkembang di kancah global,” kata Davi.
Dia menjelaskan arah kebudayaan Aceh secara keseluruhan bergerak ke arah mempertahankan nilai-nilai tradisional yang kaya sambil mengadaptasi unsur-unsur moden dan global.
Selain itu berusaha menguatkan identiti melalui pemeliharaan warisan budaya, pelestarian seni maupun tradisi, serta pemanfaatan kebudayaan dalam pembangunan sosial dan ekonomi.