Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kata Nek Awe Tersangka Ricuh di Rempang: Prabowo Harus Lihat ke Sini

Hasil rontgen tangan Siti Hawa yang mengalami patah tulang akibat kericuhan di kawasan Goba, Pulau Rempang, pada 18 September 2024 (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)
Intinya sih...
  • Siti Hawa, warga Pulau Rempang, menolak proyek PSN Rempang Eco-City karena merasa terancam.
  • Nek Awe tidak gentar meskipun ditetapkan sebagai tersangka dan mempertanyakan perlakuan kepolisian terhadap insiden di kampungnya.
  • Warga Pulau Rempang berharap Presiden Prabowo Subianto turun langsung melihat kondisi mereka yang masih bertahan di kampung halaman.

Batam, IDN Times - Siti Hawa, warga Kampung Tua Pasir Merah, Kelurahan Sembulang, Pulau Rempang, terus menyuarakan penolakannya terhadap proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco-City.

Meskipun telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polresta Barelang, perempuan lanjut usia ini menegaskan bahwa ia tidak gentar menghadapi proses hukum yang dijalaninya.

"Kalau berjuang itu, satu kaki pasti sudah di penjara, satu kaki lainnya di rumah. Tapi nenek tidak akan gentar," kata Siti Hawa di kediamannya, Minggu (9/2/2025).

1. Tidak merasa tertekan meski jadi tersangka

Tiga warga Pulau Rempang yang ditetapkan polisi sebagai tersangka (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Siti Hawa atau yang akrab disapa Nek Awe, mengaku tidak merasa terbebani dengan status tersangkanya. Pemeriksaan yang dijalaninya di kepolisian, menurutnya, bukan sesuatu yang membuatnya tertekan.

"Nenek rasa biasa saja, tak ada beban," katanya.

Namun, ia merasa keberatan dengan pernyataan Kapolresta Barelang, Kombes Pol Heribertus Ompusunggu, yang menyebutnya melakukan pemukulan saat terjadi bentrokan di Rempang beberapa waktu lalu.

"Kemarin nenek lihat di TikTok, Kapolres sebut nenek pukul pakai tongkat. Tongkat apa yang nenek bawa? Nenek kan pakai tangan saja. Tangan nenek saja sakit karena patah kemarin, mana ada tenaga," ujarnya.

Nek Awe mempertanyakan mengapa hanya dirinya yang disorot dalam insiden tersebut. Menurutnya, ada banyak hal lain yang juga perlu diusut, namun seolah dikesampingkan.

"Itu saja yang diusut terus. Yang rusak dan lainnya tidak diusut. Macam mana lah polisi ini. Kita marah juga kalau orang tua ditambah-tambahin gitu. Kita tidak terima. Nenek nanti pasti akan minta klarifikasi kapolres," tegasnya.

2. Nek Awe tegaskan tetap bertahan di tanah kelahirannya

Nelayan di Pulau Rempang saat melakukan aksi penolakan investasi PSN Rempang Eco City (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Meskipun telah ditetapkan sebagai tersangka, Nek Awe menegaskan dirinya akan tetap bertahan di tanah kelahirannya. Ia menyatakan bahwa warga tidak akan mundur dalam mempertahankan kampung mereka.

"Kita ini bukan apa-apa, kita cuma jaga kampung. Tetap kita jaga kampung, tetap nolak," katanya.

Ia juga mengungkapkan bahwa warga telah melaporkan beberapa insiden seperti pembakaran gardu listrik dan penggalian tiang listrik. Namun, menurutnya, laporan tersebut tidak mendapat tanggapan dari kepolisian.

"Kami lapor ke polisi, tapi tidak ada tanggapan. Dibilang tidak terbukti. Pas ada bukti malah kita yang disalahkan. Itu mereka serang satu truk, kok nggak ada apa-apa. Gak tahu lah, pemerintah Batam ini tak tahu hukum lagi," ucapnya.

Nek Awe juga menegaskan bahwa warga tidak gentar terhadap pihak-pihak yang diduga memiliki kepentingan besar di balik proyek Rempang Eco-City.

"Harga Melayu itu, 'Sembilan Naga' tidak akan bisa beli," ujarnya.

3. Harapkan Prabowo turun ke Rempang

Seruan penolakan PSN Eco City oleh masyarakat Pulau Rempang (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Di tengah polemik proyek Rempang, Nek Awe dan warga lainnya berharap Presiden Prabowo Subianto turun langsung melihat kondisi mereka yang masih bertahan di kampung halaman.

"Nenek mohon, kami di Rempang ini terus ditindas orang berdasi. Kami tidak akan goyang, tapi ormas-ormas Melayu malah goyang. Kami minta tolong Pak Prabowo, cepatlah turun ke Rempang. Lihat keadaan masyarakat di sini," katanya.

Menurutnya, warga masih merasa terancam dan tidak bisa tidur dengan tenang karena ketidakpastian yang menyelimuti mereka.

"PSN ini benar-benar menghantui. Belum terjadi saja sudah menghantui. Polisi dan PT MEG tidak ada yang melindungi kami sampai saat ini," tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putra Gema Pamungkas
EditorPutra Gema Pamungkas
Follow Us