Dongkrak Ekonomi Warga Pinggiran, Unpri Gagas Pelatihan Budikdamber

- Budikdamber: metode akuaponik sederhana dengan ember, ikan lele, dan tanaman kangkung di pekarangan sempit.
- Solusi ekonomi dan ketahanan pangan: memberikan pelatihan wirausaha sederhana dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pinggiran kota.
- Mendukung pembangunan berkelanjutan: sejalan dengan tujuan SDGs PBB untuk pengentasan kemiskinan, penghapusan kelaparan, peningkatan kesejahteraan, dan kesetaraan gender.
Medan, IDN Times - Dari rel kereta ke ember ikan. Kalimat ini merupakan sebuah inovasi teknologi Budikdamber yang mengangkat atau mendongkrak perekonomian warga pinggiran Kota Medan.nSekedar informasi bahwa, teknologi Budikdamber adalah metode budidaya ikan dan tanaman (seperti sayuran) dalam satu wadah ember, yang merupakan gabungan dari budidaya ikan dan sistem aquaponik sederhana.
Di Kota Medan, ada salah satu titik tepatnya di sepanjang rel kereta api Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, deretan rumah semi permanen berdiri rapat. Warganya sebagian besar bekerja di sektor informal, seperti pedagang kecil, buruh angkut, hingga pekerja rumah tangga. Penghasilan yang tidak menentu membuat kehidupan sehari-hari penuh keterbatasan.
Kawasan ini bahkan lebih rentan. Sebagian besar tidak memiliki sumber penghasilan, sementara lahan pekarangan rumah yang mereka miliki cenderung dibiarkan kosong. Padahal, jika dimanfaatkan dengan baik, pekarangan sempit tersebut bisa menjadi sumber pangan tambahan bagi keluarga.
Melihat kondisi ini, tim dosen Universitas Prima Indonesia (Unpri) menggagas program pengabdian kepada masyarakat dengan memperkenalkan teknologi budikdamber berbasis zerowaste untuk peningkatan pengetahuan dan ekonomi masyarakat pinggiran rel kereta api. Program ini menggandeng kelompok PKK Rel Kereta Api sebagai mitra utama.
“Kami ingin mengajarkan teknologi sederhana yang bisa langsung dipraktikkan di rumah masing-masing. Hanya dengan ember, bibit ikan, dan sayuran, masyarakat bisa memiliki sumber pangan sekaligus peluang usaha,” jelas Sari Anggraini sebagai ketua tim pengabdian kepada masyarakat dari UNPRI.
1. Ember, Ikan, dan Sayuran di pekarangan sempit

Budikdamber merupakan metode akuaponik sederhana yang memadukan budidaya ikan dan tanaman dalam satu wadah.
Disini, ikan lele dipelihara di ember berkapasitas 80 liter, sementara tanaman seperti kangkung ditanam dalam gelas plastik yang diletakkan di atasnya. Air yang digunakan untuk memelihara ikan sekaligus menjadi nutrisi bagi tanaman.
Dengan cara ini, warga tidak perlu lahan luas atau modal besar. Selain itu, sistem ini ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah organik rumah tangga, seperti sisa sayuran dan nasi basi, untuk dijadikan pakan ikan atau pupuk alami.
“Awalnya saya ragu, tapi ternyata mudah sekali. Ikan bisa dipanen setelah 3 bulan, sedangkan kangkung bisa dipetik setiap tiga minggu. Anak-anak saya jadi senang makan sayur karena mereka ikut menanam,” ungkap Cik salah satu anggota PKK yang mengikuti program ini.
2. Solusi ekonomi dan ketahanan pangan

Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan cara memelihara ikan dan menanam sayuran, tetapi juga memberikan pelatihan wirausaha sederhana. Hasil panen bisa dikonsumsi sendiri untuk mengurangi biaya belanja dapur, atau dijual dalam skala kecil sebagai tambahan penghasilan keluarga.
Menurut tim pelaksana PKM, program ini dapat menjadi salah satu solusi praktis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pinggiran kota. “Dengan modal kecil, warga bisa mengubah lahan sempit menjadi sumber pangan. Jika dikelola secara berkelompok, bahkan bisa menjadi usaha mikro yang berkelanjutan,” jelas Muhammad Arif Nasution.
Selain meningkatkan ekonomi keluarga, program ini juga memberi manfaat sosial. Ibu rumah tangga yang sebelumnya tidak produktif kini lebih percaya diri dan termotivasi untuk berkegiatan positif. Gotong royong dan solidaritas antarwarga pun semakin terbangun.
3. Mendukung pembangunan berkelanjutan

Program Budikdamber ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan PBB, terutama terkait pengentasan kemiskinan, penghapusan kelaparan, peningkatan kesejahteraan, dan kesetaraan gender.
"Tim mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Riset Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains Dan Teknologi atas Hibah PKM Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Ruang Lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat ini dan berharap inovasi sederhana yang dihasilkan bisa membantu ibu-ibu PKK pinggiran Rel Kereta Api bisa lebih mandiri, sehat, dan sejahtera,” tutur Myrna Pratiwi Nasution yang merupakan Tim Pengabdian Kepada masyarakat UNPRI.
Kedepan, program ini diharapkan tidak hanya berhenti di kawasan Sei Agul, tetapi juga dapat direplikasi di daerah perkotaan lain di Medan maupun kota-kota besar di Indonesia.
Respon masyarakat terhadap program ini cukup positif. Banyak ibu rumah tangga yang mengaku lebih bersemangat karena bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan produktif.
"Kalau biasanya hanya mengurus rumah, sekarang saya punya kegiatan baru yang bermanfaat. Bisa makan ikan lele sendiri, bisa juga dijual untuk tambahan belanja,” kata Wagini, warga lainnya.
Dengan sentuhan inovasi sederhana, ember, ikan, dan sayuran mampu menghadirkan harapan baru bagi masyarakat pinggiran rel. Bukan hanya sekadar bertahan hidup, tetapi juga meraih masa depan yang lebih layak.