Camat Marelan Naik Perahu Cari Pembuang Bangkai Babi di Danau Siombak

Medan, IDN Times – Bau busuk langsung menusuk ke hidung saat Camat Medan Marelan Muhammad Yunus meninjau sejumlah titik di Danau Siombak, Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (5/11). Yunus dan sejumlah anggotanya menumpang perahu kayu milik nelayan setempat.
Bersama perahu, Yunus menyusuri Danau Siombak. Peninjauan itu dilakukan karena temuan bangkai babi di Danau Siombak. Sekaligus memantau, barangkali ada yang kedapatan membuang bangkai babi.
Miris. Itu yang pertama kali saat melihat Danau Siombak. Bangkai babi berserakan di mana-mana. Padahal Danau Siombak adalah salah satu objek wisata di Kota Medan.
Yunus sampai kaget sekaligus berang. Melihat daerah yang dipimpinnya dicemari bangkai babi.
Lantas dari mana sebenarnya bangkai babi ini. Kuat dugaan, babi-babi itu memang sengaja dibuang ke sungai yang mengarah ke danau. Karena belakangan santer soal mewabahnya virus kolera babi (Hog Cholera) yang terjadi di Sumatera Utara.
1. Kondisi bangkai babi ada yang masih segar hingga sudah membusuk

Perahu yang ditumpangi terus melaju. Mengelilingi danau hingga paluh dan sungai yang mengarah ke danau. Sepanjang mata memandang, bangkai babi hampir ada di setiap sudut.
Bahkan ada yang berada di tengah danau. Bau busuk begitu menyengat saat perahu mendekati bangkai.
Yunus mencoba mengevakuasi bangkai babi dengan sebatang kayu ke daratan. Kondisi bangkai beragam. Mulai dari yang masih segar, hingga yang sudah membusuk.
“Sepertinya dalam beberapa hari terakhir ini masif dibuang ke sungai ini,” kata Yunus disela peninjauan.
2. Bangkai babi diduga masuk ke danau lewat aliran sungai

Perahu bergerak ke arah paluh Kuala Terjun. Tempat pertemuan aliran Sungai Bedera dengan Danau Siombak. Beberapa nelayan yang berpapasan langsung menunjukkan tempat bangkai babi yang jumlahnya tak kalah banyak dengan di Danau Siombak.
Perahu semakin memacu kecepatannya. Sampai di paluh Kuala Terjun, semua terkejut. Bangkai babi berserakan di tepian paluh. Tersangkut tanaman-tanaman daun nipah di sepanjang aliran paluh.
Kuat dugaan, babi itu sampai ke sana karena dialirkan. Karena beberapa waktu sebelumnya, sejumlah warga di aliran Sungai Bedera juga melihat temuan bangkai babi. Apalag saat itu air sedang pasang.
“Kalau di tempat kita di Danau Siombak ini tidak ada peternakan babi. Ini pasti dari lokasi lain,” imbuh Yunus.
3. Pelaku pembuangan bangkai babi diburu

Temuan bangkai babi ini meresahkan warga. Karena tak sedikit warga Yunus yang memanfaatkan danau untuk kegiatan sehari-hari. Mulai dari mencari ikan hingga tempat mencuci.
Untuk mengatasi masalah ini, Yunus memaksimalkan upaya untuk mengevakuasi bangkai babi ke daratan. Dia juga sudah berkoorsinasi dengan kepolisian dan TNI serta Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan.
“Saya juga mengintruksikan para kepala lingkungan untuk melakukan pemantauan. Mendata bangkai babi yang mati,” kata Yunus.
Dia berharap pelaku pembuangan babi ini bisa diungkap. Jika dibiarkan dia khawatir dampaknya akan semakin buruk kepada kesehatan warga.
4. Nelayan khawatir bangkai babi pengaruhi jumlah pendapatan

Bambang Hermanto, salah seorang nelayan di sana khawatir dengan maraknya jumlah bangkai yang tersebar di Danau Siombak. Laki-laki 55 tahun itu berharap pelaku pembuangan bangkai babi bisa ditangkap.Karena mereka takut akan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan di Danau Siombak.
“Itu oknum yang tidak bertanggung jawab. Itu sangat bau. Kami yang mau ke laut sangat terganggu. Itu bangkai masuk dari Sungai Bedera. Kalau ternak babi di tempat kami tidak ada,” ungkapnya.
5. Babi yang mati dipastikan karena virus Hog Cholera

Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut M Azhar Harahap menjelaskan, fenomena kematian babi ini disebabkan virus Hog Cholera (Kolera Babi). Virus ini mewabah ke sejumlah daerah di Sumut.
Pihaknya sudah memberikan imbauan kepada peternak babi di Sumut supaya melakukan tindakan menanam bangkai babi yang terjangkit.
“Itu karena malas peternaknya menanam bangkai babinya. Sehingga membuangnya dan menimbulkan penyebaran virus lebih cepat. Jadi kita sudah imbu supaya jangan dibuang ke sungai. Kita sudah bkin surat yang ditembuskan ke seluruh kabupaten kota. Kita juga sudah ambil beberapa sampel dari beberapa kabupaten kota,” ujar Azhar.
Virus ini, kata Azhar paling banyak mewabah kepada babi yang ada di Kabupaten Dairi. Kemudian di Humbang Hasundutan dan Deli Serdang.
Untuk melakukan pencegahan, pihaknya juga sudah melakukan vaksinasi. Dinas Peternakan sudah memberikan bantuan 10 ribu vaksin kepada peternak di Sumut.
“Itu yang divaksin babi yang masih sehat. Kalau yang sudah sakit makin cepat matinya. Untuk Hog Cholera itu tidak bisa diobati. Karena itu dari virus. Peternak harus menjaga kebersihan kandang, memberikan vitamin kepada ternak,” katanya.
Dia juga memastikan virus Hog Cholera tidak berpengaruh kepada manusia. Hanya saja jika bangkai dibuang maka semakin mempercepat persebaran virus.