Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sumut Diprediksi Inflasi meski Harga Bapok Turun, Ini Penyebabnya

ilustrasi bawang merah (freepik.com/stockking)
ilustrasi bawang merah (freepik.com/stockking)

Medan, IDN Times - Pengamat ekonomi, Benajmin Gunawan menyoroti harga sejumlah kebutuhan pangan strategis di Sumut pada bulan Maret. Tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Namun, wilayah Sumut diprediksi inflasi. Meski sejumlah bahan pokok mengalami harga penurunan. Rata-rata harga cabai merah turun 17.5 persen, cabai rawit turun 34.6 persen, telur ayam turun 0.7 persen dan daging sapi turun 0.4 persen.

"Komoditas tersebut akan menyumbang deflasi pada bulan maret, termasuk juga tomat yang harganya rata-rata anjlok sekitar 33 persen secara bulanan," katanya pada IDN Times Jumat (4/4/2024).

Sementara itu, komoditas yang alami kenaikan di antaranya adalah harga daging ayam 3 persen, bawang merah 14.9 persen, bawang putih 3.9 persen dan minyak goreng 2.98 persen.

1. Sumut berpeluang mencetak deflasi paling besar 0.12 persen pada bulan Maret

Ilustrasi emas. (Pixabay.com/soofiatailor)
Ilustrasi emas. (Pixabay.com/soofiatailor)

Menurutnya, selain komoditas pangan, harga emas selama bulan maret juga mengalamai kenaikan yang turut berkontirbusi pada laju tekanan inflasi. Jika tanpa dibarengi dengan kebijakan tarif diskon listrik yang sudah kembali normal pada bulan Maret.

"Sumut pada dasarnya berpeluang mencetak deflasi paling besar 0.12 persen pada bulan Maret. Namun, karena diskon tarif listrik sudah berakhir di bulan maret, maka Sumut tetap akan membukukan laju tekanan inflasi. Dimana besaran inflasinya berpeluang diatas 1 persen, yang akan membuat Sumut mengalami inflasi selama tahun berjalan (year to date)," ucapnya.

2. Bulan Ramadan dan Idul Fitri adalah bulan yang rutin menyumbang inflasi tinggi dalam setiap tahunnya

Ilustrasi ketupat Idulfitri (pexels.com/Din Aziz)
Ilustrasi ketupat Idulfitri (pexels.com/Din Aziz)

Lanjut Benjamin, realisasi inflasi di bulan maret tidak mampu menutupi adanya gangguan daya beli masyarakat selama lebaran berlangsung.

"Turunnya harga sejumlah kebutuhan pangan masyarakat menjadi indikator gangguan daya beli selama bulan maret. Bulan Ramadan dan Idulfitri adalah bulan yang rutin menyumbang inflasi tinggi dalam setiap tahunnya.

3. Dinilai tidak lazim saat harga telur ayam turun menjelang lebaran

Ilustrasi telur asin (commons.wikimedia.org/Dhimas Ageng Bayu Saputra)
Ilustrasi telur asin (commons.wikimedia.org/Dhimas Ageng Bayu Saputra)

Dia menilai untuk tahun ini, ramadan dan Idulfitri tidak semeriah tahun sebelumnya. Masyarakat terpantau menmbatasi berbelanja di bulan ini. Beberapa komoditas yang bisa menjadi indikator memburuknya belanja masyarakat adalah harga telur ayam dan daging sapi yang mengalami penurunan. Tidak lazim harga telur ayam turun disaat jelang lebaran.

Demand atau permintaan telur ayam pada umumnya berpeluang naik saat jelang idul fitri, yang bisa mendorong kenaikan harga telur ayam itu sendiri. Namun realita di pasar saat ini harga telur ayam turun saat jelang Idul fitri.

"Berbeda halnya dengan penurunan harga cabai merah yang memang lebih banyak ditopang oleh sisi supply atau persediaan," tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indah Permata Sari
Doni Hermawan
Indah Permata Sari
EditorIndah Permata Sari
Follow Us