Warga Pekanbaru Sulap Sampah Plastik Menjadi BBM Solar

IDN Times, Pekanbaru - Warga Kota Pekanbaru di Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai, Provinsi Riau, berhasil menyulap sampah menjadi energi alternatif. Yang mana, sampah plastik diubah menjadi bahan bakar minyak jenis solar.
Berangkat dari kegelisahan warga yang melihat kondisi sampah semakin parah di Kota Pekanbaru, warga di kelurahan itu berpikir bagaimana caranya agar sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
"Ide awalnya kita melihat situasi sampah di Kota Pekanbaru yang makin parah. Bersama pengurus yang lain, kami berpikir bagaimana caranya mengurangi sampah plastik. Dari situ muncullah ide mendatangkan mesin pirolisis," ujar Aldi, operator mesin itu, Sabtu (9/8/2025).
Mesin pirolisis itu, didapatkan warga dari sebuah bank sampah di Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Dari hubungan kemitraan, akhirnya mesin tersebut dibawa ke Kota Pekanbaru dan dioperasikan.
1. Begini cara pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar

Aldi mengatakan, plastik yang diolah hanya plastik tertentu. Yakni plastik kering, botol, kantong plastik atau styrofoam yang hanya bisa diproses ke mesin pirolisis.
"Jadi tidak semuanya bisa, plastik berlapis aluminium foil, seperti bungkus makanan ringan harus disisihkan," katanya.
Dijelaskannya, tahapan awal dalam pengolahan itu, dimulai dengan memasukkan plastik ke dalam reaktor, bukan dibakar langsung. Proses ini berlangsung secara bertahap. Dimana, 30 kilogram tahap pertama, 30 kilogram tahap kedua dan 40 kilogram tahap terakhir.
"Dibagi tiga tahapan karena menyesuaikan kapasitas mesin yang mencapai 100 kilogram per hari," jelasnya.
Dari 100 kilogram plastik itu, dilanjutkannya, menghasilkan 80 sampai 85 liter bahan bakar sejenis solar.
"Dari 100 kilogram plastik, kami bisa dapat 80 sampai 85 liter bahan bakar, tergantung kadar airnya," lanjutnya.
2. Diberi nama Petasol

Diterangkannya, bahan bakar sejenis solar itu, dapat digunakan untuk mesin diesel. Seperti traktor pertanian dan mobil pribadi. Olehnya, bahan bakar itu diberi nama Petasol.
"Dari hasil uji laboratorium BRIN dan Migas, menunjukkan kualitasnya setara dengan solar dari Pertamina, dengan cetan number 54,2 dan kandungan sulfur 23,6," terangnya.
Bahkan, Aldi pun sudah mencoba Petasol itu ke sebuah mobil pick-up bermesin diesel. Hasilnya, tanpa gangguan dan hambatan, mobil tersebut hidup dan jalan dengan lancar.
3. Sebulan mampu menghasilkan 1,2 ton Petasol

Aldi mengklaim, dalam sebulan, mereka mampu memproduksi sekitar 1,2 ton Petasol. Dimana, pasokan sampah plastik itu sebagian besar datang dari bank-bank sampah di Kota Pekanbaru.
"Kami berharap ke depan, lebih banyak LPS (Lembaga Pengelola Sampah) mau mengirimkan plastik ke UPST (Unit Pengelola Sampah Terpadu), sehingga sisa organik bisa diolah menjadi pupuk cair dan produk lain yang juga sudah mereka hasilkan," harapnya.
4. Dihargai Rp10 ribu per liter

Lebih lanjut Adi mengatakan, dengan adanya Petasol ini, akan bermanfaat bagi masyarakat kedepannya, khususnya petani-petani yang menggunakan traktor. Oleh pihaknya, Petasol dihargai Rp10 ribu per liter.
"(Petasol) ini menjadi alternatif atau pilihan bagi petani. Harganya cuma Rp10 ribu per liter," kata Aldi lagi.
"Jadi petani tidak perlu lagi jauh-jauh membeli solar di luar, apalagi kalau sedang musim tanam," sambungnya.
5. Tantangan terbesar di pemasaran

Aldi mengklaim, Petasol di mesin diesel dapat berjalan dengan baik dan lancar. Namun, tantangan Petasol kedepan adalah pemasarannya.
"Banyak masyarakat belum tahu kalau plastik bisa jadi bahan bakar. Kadang mereka tidak percaya, sampai kami tunjukkan hasilnya," tuturnya.
Bagi Aldi, tumpukan sampah yang biasanya menjadi masalah, bisa berubah menjadi sumber energi yang dapat membantu masyarakat, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan tentu saja mengurangi pencemaran lingkungan.
"Kalau dulu plastik hanya jadi beban, sekarang dia bisa jadi penyelamat," pungkasnya.