Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Menteri PPPA: Ada 23.090 Kasus Kekerasan terhadap Perempuan pada 2025

Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)
Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)
Intinya sih...
  • Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih meningkat, dengan 27.027 kasus dilaporkan sejak Januari hingga November 2025.
  • Kekerasan meninggalkan dampak psikologis yang mendalam, terutama kekerasan seksual di rumah tangga.
  • Menteri PPPA memperkenalkan layanan pengaduan SAPA 129 kepada mahasiswa FISIP USU untuk pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-45 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara di Gelanggang Mahasiswa USU, Sabtu (8/11/2025). Dalam paparannya, Arifah mengungkap hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPHN) 2024 yang menunjukkan bahwa satu dari empat perempuan Indonesia pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya.

“Angka kekerasan yang tercatat di aplikasi kami mencapai 27.027 kasus sejak 1 Januari sampai 8 November 2025. Dari jumlah itu, korban laki-laki sebanyak 5.727 orang dan korban perempuan sebanyak 23.090 orang,” kata Arifah.

1. Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih jadi fenomena gunung es

Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)
Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)

Ia menambahkan kasus ini meningkat dalam empat bulan terakhir. Belum lagi yang tidak dilaporkan. “Dalam empat bulan saja sudah 16 ribu lebih. Itu hanya kasus yang dilaporkan. Masih fenomena gunung es. Masih banyak yang belum terlaporkan," tambahnya.

Arifah juga menjelaskan pada tahun 2024 hanya 0,02 persen perempuan berusia 15–64 tahun yang mengalami kekerasan dan melaporkan kekerasannya.

2. Singgung peran orangtua di rumah

Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)
Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)

Menurutnya, kekerasan yang terjadi meninggalkan dampak mendalam. Terutama faktor psikologis. “Ada trauma yang bisa mempengaruhi hidup seseorang. Kekerasan yang paling banyak terjadi adalah kekerasan seksual. Tempat yang paling banyak terjadi di rumah tangga. Rumah tangga yang seharusnya menjadi tempat yang sangat aman ternyata menjadi tempat kekerasan rumah tangga,” ujarnya.

Arifah juga menyinggung hasil survei Forum Anak di Jawa Tengah. Hal ini menyinggung peran orangtua di rumah. “Ada satu pertanyaan yang membuat saya butuh perhatian khusus. Anak SLTA dan SMP membuat survei lebih 20 ribu anak muda. Satu pertanyaan yang membuat tergelitik, kalau ada masalah curhatnya ke siapa? 20 persen ke orang tua, 80 persen lebih nyaman curhat ke teman atau yang lain. Ada apa dengan rumah kita?,” katanya.

3. Berharap mahasiswa dapat ikut berperan aktif dalam pencegahan kekerasan di lingkungan kampus

Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)
Menteri PPPA Arifah Fauzi di acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU, Sabtu (8/11/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)

Dalam kesempatan itu, Arifah juga memperkenalkan layanan pengaduan SAPA 129 (Sahabat Perempuan dan Anak) ke mahasiswa FISIP USU. Ia berharap mahasiswa dapat ikut berperan aktif dalam pencegahan kekerasan. Terutama di lingkungan kampus.

“Kami berharap bahwa anak-anak mahasiswa ini juga menjadi pelopor bagaimana melakukan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Nggak mungkin kita-kita aja yang harus bekerja untuk menyelesaikan persoalan-persoalan ini. Mahasiswa punya peran yang sangat penting dan strategis bersama-sama dengan kami bagaimana memberikan pemahaman di lingkungan kampus sendiri dan juga di masyarakat sekitarnya,” ujarnya.

Calon pemimpin ke depan menurutnya harus punya perspektif tentang kesetaraan gender. Melihat perempuan sebagai manusia, bukan sebagai bagian. "Jadi perempuan itu diberikan kesempatan, diberikan akses untuk meningkatkan kapasitas dirinya,” katanya.

Pada kesempatan itu Arifah mengingatkan tantangan di era digital yang harus disikapi bijak. Apalagi banyak faktor kekerasan terutama terhadap perempuan dan anak juga terjadi di ranah digital.

“Kalau saya lihat tadinya sangat luar biasa, hanya tantangannya lebih besar karena kecanggihan teknologi. Kalau kita tidak bijaksana menggunakannya maka itu menjadi mendatangkan hal negatif. Tetapi bagaimana ketika kita bisa memaksimalkan penggunaan teknologi, informasi teknologi dan sebagainya, maka ini akan menjadi support untuk membangun manusia yang unggul dan berkualitas,” ujar Arifah

Diketahui orasi ilmiah ini merupakan bagian dari rangkaian acara Dies Natalis ke-45 FISIP USU yang digelar 6-8 November 2025. Sebelumnya Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid juga menyampaikan orasi ilmiahnya.

Berbagai acara yang digelar mulai dari lomba e-sport, lomba mewarnai dan fashion show anak-anak, bazar UMKM, Rally Academic, hingga batu goncang.

Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Rumah Sakit di Sumut Harus Layani Pasien meski BPJS Menunggak

08 Nov 2025, 20:11 WIBNews