Limbah Sampah PT Inalum Bikin Ratusan Anak Bisa Sekolah Paket C Gratis

Batubara, IDN Times – Sampah jadi berkah. Siapa sangka dari 400 kilogram sampah sisa catering dan makanan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) setiap hari bisa disulap menjadi sesuatu yang berharga. Bahkan uang hasil dari pengolahan sampah makanan PT Inalum ini dialokasikan untuk membiayai operasional Sekolah Paket C untuk ratusan anak.
Adalah Dedi Syahputera pemilik ide brilian tersebut. Pria yang biasa dipanggil OK Untung ini menjadi mitra dari PT Inalum untuk mengelola limbah makanan catering perusahaan menjadi budidaya ulat maggot.
Selanjutnya Ulat Maggot tersebut digunakan Untung untuk pakan ternak seperti ayam, bebek, ikan lele, ikan nila, ikan gurami, entok, dan lain sebagainya.
Selain itu pria 40 tahun ini juga mendirikan Bank Sampah untuk menampung sampah dari masyarakat dan sampah sisa produksi PT Inalum di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. Keuntungan dari beternak dan bank sampah ini dialokasikan Untung untuk membiayai operasional Sekolah Paket C yang ada di dekat rumahnya.
“Banyak anak putus sekolah di kampung ini, jadi kami dorong untuk ikut Sekolah Paket C agar punya ijazah, bisa kerja, dan semuanya gratis. Penghasilan hasil dari Sari Larva Berdaya (SLB) dan Bank Sampah ini yang kita gunakan untuk operasional sekolah Paket C,” ungkapnya pada IDN Times, Agustus 2025.
Untung adalah pendiri tempat budidaya Maggot Kuta di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara, Sumut pada 2021. Kemudian Untung dibantu oleh PT Inalum untuk membentuk kelompok budidaya Maggot yang diberi nama Sari Larva Berdaya (SLB). Sehingga setiap hari bisa lebih banyak sampah sisa makanan yang bisa diolah dan lebih banyak penerima manfaatnya.
“Setiap hari ada 200-400 kilogram limbah catering atau kantin perusahaan PT INALUM. Daripada hanya jadi sampah yang dibuang ke TPA, maka kita didorong untuk memanfaatkan sampah tersebut,” kata dia.

Untung dan anggota SLB lainnya kemudian difasilitasi untuk belajar tentang budidaya maggot dan diajak study banding ke berbagai tempat yang sudah berpengalaman. Dari sini pengetahuan mereka meningkat dalam hal manajemen.
Kini sebanyak 15 orang bekerja di Sari Larva Berdaya (SLB) dan sebagian besar adalah perempuan. Ada petugas yang memilah sampah di Kantor PT Inalum,ada petugas mengantar sampah ke lokasi budidaya maggot SLB, da nada yang membudidaya maggot. Sisa sampah yang tidak bisa diolah akan dikirimkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Cara ini menunjukkan komitmen PT Inalum sebagai Grup MIND ID untuk memimpin transisi industri tambang menuju arah green mining, dengan tata kelola lingkungan, teknologi bersih, dan berbagai inisiatif strategis keberlanjutan. Sekaligus membuktikan perusahaan proaktif membangun kekuatan social mulai dari UMK binaan dan pendidikan di daerah pelosok.
“Sampah sisa makanan dan catering ini hampir 100 persen bisa digunakan untuk budidaya maggot. Hanya sedikit yang terbuang ke TPA. Ini sebuah langkah bagus peduli lingkungan dengan cara menekan jumlah sampah yang dibuang dari perusahaan ke TPA,” terangnya.
Untuk budidaya maggot dibutuhkan waktu 20 hari. SLB memiliki 21 bak untuk budidaya Maggot dan setiap hari bisa dipanen sesuai kebutuhan pakan ternak.
Selain sampah sisa catering dan makanan, Untung juga mengelola sampah lainnya. Di area bersebelahan dengan Budidaya Maggot, ia mendirikan Bank Sampah Berseri. Tidak hanya menampung sampah dari PT Inalum, Untung juga menerima sampah dari warga.Hasil penjualan sampah bisa ditukar dengan sembako.
Bank sampah ini baru didirikan dua tahun terakhir. Sampah palet, ban bekas, dan lain sebagainya dari kantor dan pabrik PT Inalum semuanya ditampung oleh Bank Sampah Berseri. Kayu palet disulap Untung jadi meja, kursi, dan perabotan.
“Yang terbaru ini kami sedang belajar mengubah ban bekas jadi batako atau paving block. Ini kami sudah uji coba dua bulan terakhir, ban dihancurkan kemudian diolah dicampur dengan semen dan pasir, dipress menjadi batako. Peralatannya kita mendapat dukungan juga dari PT Inalum,” jelasnya.
Sedangkan sampah kertas dan kardus bekas dicampur dengan batang pisang diolah oleh Bank Sampah Berseri menjadi paper bag. Saat ini untuk tengah gencar mempromosikan produk Bank Sampah Berseri berupa Batako dan Paper Bag. Jika menemukan pasar yang lebih luar, sampah yang bisa dikelola untuk bahan produksi akan lebih besar jumlahnya.

Ari, seorang nasabah Bank Sampah Berseri mengaku senang dengan keberadaan bank sampah. Ia rutin mengantarkan sampah setiap seminggu sekali. Setiap hasil penjualan sampah akan dicatat di buku nasabah dan saat jumlahnya sudah mencukupi bisa ditukarkan menjadi sembako.
“Saya baru dua bulan terakhir ini saja tahu ada bank sampah, dari pada saya buang mending saya antar kemari, walaupun jumlah uang yang diterima sedikit, namun lebih baik disbanding dibuang,” katanya.
Selain itu, Ari beralasan hasil keuntungan Bank Sampah Berseri digunakan untuk membiayai program pendidikan kesetaraan setara SMA atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Paket C di Sekolah Al Mukhlisin. Sehingga akan lebih kelihatan manfaatnya oleh masyarakat sekitar.
“Kita gak sangka juga kan, ternyata sampah dari rumah kita bisa bermanfaat untuk orang lain yang secara pendidikan kurang beruntung. Makanya saya jadi rutin setor sampah ke sini,” ungkapnya.
PKBM Paket C Al Mukhlisin digelar setiap hari minggu. Tak hanya di kelas, siswa yang rata-rata berusia 17-20 tahun kerap diajari langsung ke lapangan sesuai minat dan bakat. Total kini ada 200 murid. Bahkan lulusannya sudah ada yang dipekerjakan di Sari Larva Berdaya dan bank Sampah Berseri.
“Jadi manfaatnya untuk dia juga kembali ke kita, ada yang bagus kami rekrut juga ikut di sini (SLB dan Bank Sampah). Sebentar lagi kami mau buka kafe, baristanya rencananya dari adek-adek yang putus sekolah dan sedang ambil Paket C. Mereka kan putus sekolah karena ekonomi. mereka bukan nakal, bukan bandal, kurang dikasih perhatian aja. Alhamdulillah kita tiap hari minggu mendidik anak-anak. Jadi motivasilah untuk adek-adek kita di sini,” tambah Untung.
Jadi Paket C menurut Untung membuat anak-anak putus sekolah jauh dari narkoba, judi, dan tindak kriminal.