Banjir Tapteng: Sungai Berubah Bentuk, Jalanan Tukka Jadi Jalur Air

- Endapan lumpur merendam pemukiman di Desa Hutanobolon, menyebabkan rumah-rumah hancur dan warga bertahan di tenda pengungsian.
- Perubahan bentuk sungai memaksa air masuk ke pemukiman, sulitnya akses ke Hutanobolon, dan 132 korban meninggal serta 38 orang masih hilang.
- Banjir Tapanuli Tengah di Sumatra Utara menewaskan 132 orang, 38 orang masih hilang, dan 296.453 orang terdampak dengan 9.657 orang menjadi pengungsi.
Tapanuli Tengah, IDN Times - Tapanuli Tengah menjadi kabupaten terparah dari 18 kabupaten/kota di Sumatra Utara yang terdampak bencana. Bahala banjir dan longsor mendera kabupaten itu pada Selasa (25/11/2025).
Salah satu kecamatan terparah terdampak adalah Tukka. Sejumlah titik pemukiman porak poranda dibikin air yang membawa material lumpur, kayu dan batu dari perbukitan. Bukit-bukit di sana menyisakan banyak titik longsor. Kondisi itu gamblang terpampang saat mengunjungi Tukka.
1. Endapan lumpur membuat permukaan sungai kini sama tinggi dengan daratan.

Di Desa Hutanobolon, pemukiman yang ada di bantaran sungai nyaris hilang. Saat banjir melanda, rumah - rumah itu diterjang kayu, lumpur dan batu. Rumah yang tersisa kondisinya juga rusak parah. Lumpur merendam hingga satu meter dalamnya.
Warga di sana sampai saat ini bertahan di tenda - tenda pengungsian. Sejumlah petugas pencarian dan pertolongan gabungan masih melakukan pencarian korban yang masih hilang.
Akses menuju Hutanobolon dan desa atau kelurahan di sekitarnya juga belum baik. Lumpur masih mengendap di jalan. Meski pun beberapa titik yang parah sudah mulai dilakukan pembersihan oleh alat berat.
2. Perubahan bentuk sungai memaksa air masuk ke celah celah pemukiman.

Pada beberapa titik akses ke sana, masih terendam. Air berasal dari Aek (red: sungai dalam bahasa Batak) Pittu Bosi.
Endapan lumpur membuat permukaan sungai kini sama tinggi dengan daratan. Sungai yang menjadi dangkal juga dipenuhi gelondongan kayu.
"Ini sudah berubah bentuk aliran sungainya," kata Poltak Tambunan, warga di Hutanobolon.
Perubahan bentuk sungai memaksa air masuk ke celah celah pemukiman. Air kemudian naik ke jalan dan seperti membentuk aliran baru.
Kondisi ini membuat akses ke Hutanobolon masih sulit. Untuk menuju ke sana disarankan menggunakan mobil dengan suspensi yang tinggi.
Beberapa pengendara motor juga masih kesulitan menembus akses. Beberapa sepeda motor sempat terlihat mogok di tengah jalan karena air masuk ke dalam mesin.
Sejumlah warga yang hendak masuk ke kawasan Hutano Bolon juga terlihat memarkirkan kendaraannya di tempat aman dan melanjutkan perjalanan dengan menumpang mobil yang akan masuk ke dalam.
3. Ada 132 korban meninggal dunia. Sebanyak 38 orang dinyatakan masih hilang.

Banjir Tapanuli Tengah dianggap sebagai yang terparah di Sumatra Utara. Data per 18 Desember 2025 menunjukkan, ada 132 korban meninggal dunia. Sebanyak 38 orang dinyatakan masih hilang.
Bencana itu juga mengakibatkan 296.453 orang terdampak. Ada 9.657 orang yang kini menjadi pengungsi.















