Banjir Aceh Tamiang, Kala Lebah Begantong Hibur Penyintas di Sekumur

- Mini konser jadi upaya trauma healing untuk para penyintas
- Mini konser itu pun digelar Senin (30/12/2025) malam. Berbekal peralatan akustik, dan pengeras suara sederhana, pertunjukan berlangsung meriah, malam itu.
- Sekumur masih membutuhkan banyak sentuhan
Aceh Tamiang, IDN Times – Sekumur masih menjadi satu dari sekian banyak desa yang terisolir dalam banjir bandang yang menerjang Kabupaten Aceh Tamiang pada akhir November 2025 lalu. Sebulan lebih setelah banjir, para penyintas masih berjuang menyambung hidup di Sekumur.
Hidup di tenda – tenda pengungsian, bukanlah hal mudah bagi penduduk Sekumur. Depresi menjadi ancaman serius bagi warga di sana.
Beruntung Sekumur tidak luput dalam sentuhan para relawan. Berbagai relawan dari banyak komunitas datang ke sana. Membantu semampunya dalam berbagai bidang. Mulai dari mengajar anak-anak, hingga membantu warga membersihkan masjid, sebagai bangunan satu-satunya yang tersisa di sana.
Selain terisolir, Sekumur juga menjadi salah satu perkampungan yang hilang karena banjir. Ini sudah kali ketiga, perkampungan mereka hilang tersapu banjir.
Berbagai upaya pun dilakukan untuk kembali memulihkan semangat warga Sekumur. Para relawan dari Rawantara, menginisiasi mini konser musik di Sekumur. Mereka mendatangkan Lebah Begantong, satu grup musik melayu yang populer.
1. Mini konser jadi upaya trauma healing untuk para penyintas

Koordinator Relawan Rawantara, Gumilar Aditya mengungkap, inisiasi menggelar mini konser ini adalah bagian dari upaya memulihkan semangat warga Sekumur. Membangun kembali kondisi psikologis warga yang runtuh karena bahala.
“Kami melihat ini satu kebutuhan yang penting. Jadi mini konser ini untuk menghibur warga yang sudah mulai depresi dan kehilangan semangat hidup bertahan di pengungsian,” kata Gumilar kepada IDN Times (30/12/2025).
2. Warga antusias menyaksikan konser orkes Melayu

Mini konser itu pun digelar Senin (30/12/2025) malam. Berbekal peralatan akustik, dan pengeras suara sederhana, pertunjukan berlangsung meriah, malam itu.
Para warga berkumpul di dekat posko Sekolah Darurat yang dibuat relawan Rawantara. Lagu-lagu Melayu didendangkan di kampung yang hilang itu.
Warga terhibur. Sebagian besar ikut bernyanyi dan berjoget kecil.
Najibullah Al Maidani Lubis, vokalis Lebah Begantong turut bahagia, bisa menghibur warga Sekumur. “Tujuan kemari, kita mau menghibur, sebagai trauma healing untuk masyarakat,” kata Najib.
Senada, Muhammad Sadikin yang juga vokalis Lebah Begantong mengatakan, mini konser ini dibuat sebagai bentuk empati kepada para penyintas. Selama ini mereka melihat kondisi Sekumur hanya di media sosial. Setelah ikut bermalam dengan para penyintas, mereka melihat kondisi memprihatinkan di lokasi itu.
“Kami melihat ini perkampungan sudah luluh lantak. Kami berharap, bisa lebih banyak perhatian orang untuk datang ke Sekumur. Memberikan semangat, memberikan bantuan untuk para penyintas. Karena mereka di sini memulai dari nol kembali,” katanya.
3. Sekumur masih membutuhkan banyak sentuhan

Gumilar yang sejak awal memfokuskan Sekumur sebagai lokasi pemulihan, mengatakan, warga di sana masih banyak membutuhkan. Rawantara yang tergabung dari orang -orang lintas profesi dan komunitas, berkomitmen akan membantu warga.
“Kita sejak awal melihat, Sekumur ini masih membutuhkan begitu banyak bantuan untuk pulih. Kami dengan kemampuan yang dimiliki mencoba membantu. Membuat sekolah darurat, layanan kesehatan, dan lain-lain,” kata Gumilar.
Agum berharap, banyak pihak bisa hadir ke Sekumur. Termasuk pemerintah yang harusnya bertanggung jawab dengan kondisi para penyintas di Sekumur.
“Di sini tidak hanya membutuhkan logistik. Lebih dari itu, pendidikan anak, pemulihan trauma dan lainnya. Warga juga membutuhkan hal tersebut,” pungkasnya.


















