Trisna Pardede Kenalkan Penggunaan Material Alami untuk Wastra Batak

- Trisna Pardede mengajak perempuan bisa sejahtera dalam bertenun dengan memilih dan mendukung kegiatan mereka
- Karya yang sudah dipamerkan mulai dari nasional hingga internasional lewat kain wastra
- Workshop ini menggunakan pewarna alami sesuai dengan tema Ketahan Pangan
Medan, IDN Times - Trisna Pardede, seorang wirausaha muda konsisten mengangkat budaya Batak melalui produk UMKM Batikta dan Hutanta Coffee. Dalam acara Jongs Batak Festival 2025, ia membawa nama Jabu Bonang untuk menggelar workshop sekaligus memperkenalkan penggunaan material alami untuk pewarnaan benang dan kain, pada Jumat (25/10/2025) di Taman Budaya Medan.
Kurang lebih selama 15 tahun terkahir, Trisna beraktivitas cukup banyak di kawasan Danau Toba mulai dari komunitas, ekonomi kreatif dan juga berkaitan dengan kuliner. Kemudian, kini berfokus dengan pemanfaatan tenun.
Jabu Bonang merupakan Yayasan Rumah Komunitas Wastra yang berlokasi di Pematangsiantar namun beraktivitas di seluruh Sumut memiliki ekosistem seperti Kabupaten Toba, Dairi, Simalungun serta Pematangsiantar.
Alasannya untuk fokus dengan pemanfaatan tenun adalah mensejahterakan perempuan kawasan Danau Toba, khususnya generasi berikutnya.
Menurut Trisna, hal ini juga berdampak ditentukan oleh kesehatan fisik, mental dan pendidikan dari seorang ibu. "Dari kelompok tenun ini kami melihat bagaimana seorang ibu menjadi tulang punggung keluarga. Karena dampak dari kehadiran seorang ibu sangat penting dalam sebuah pembentukan generasi yang akan datang," jelasnya.
1. Berbekal dengan kemampuannya Trisna mengajak perempuan bisa sejahtera dalam bertenun

Berbekal dengan kemampuannya, Trisna memikirkan untuk memulai agar seorang perempuan bisa sejahtera dengan memilih dan mendukung kegiatan mereka dalam bertenun.
"Bagaimana menciptakan sebuah lingkungan yang sangat sehat, baik secara kesehatan keluarga dari sini kami mengenalkan tenun di kawasan Sumut sehingga menciptakan berbagai inovasi yang ada dan juga kembali mengingat bahwa warisan tenun ada terkait dengan pewarna alami. Jadi, disini kita bergerak dalam advokasi penggunaan bahan alami dan bahan baku katun organik dari tekstil Wastra dalam ulos," kata Trisna.
Selama kurang lebih tahun 2020 sampai dengan 2025, dia telah melakukan riset terkait bahan pewarna alami dan berhasil untuk membuat tiga warna dari berbagai material pewarna alami dan juga telah berhasil untuk mendampingi sekitar 300 orang penenun dan artisan dikalangan Sumut terkait dengan penenun.
"Mudah-mudahan semua yang kami lakukan bisa berdampak baikengan masyarakat, budaya dan khususnya dikawasan Toba," tutur wirausaha muda ini.
2. Karya yang sudah dipamerkan mulai dari nasional hingga internasional

Sejauh ini sudah banyak karya yang dipamerkan mulai dari nasional hingga internasional, lewat kain wastra
"Dari pengelola produk yang dihasilkan oleh pendampingan kami kepada penenun dikawasan Danau Toba ada banyak prestasi yang kami dapatkan kepada mitra kami penenun. Beberapa yang kami bisa ceritakan bahwa produk-produk ini bisa ditampilkan melalui tenun diberbagai eksibisi nasional hingga internasional seperti Indonesia Fashion Week hingga berbagai pameran lainnya. Pernah juga menjadi media dalam memperkenalkan Wastra Sumut juga kita pernah membawa ke New York," ungkap pelaku usaha ini.
3. Workshop ini menggunakan pewarna alami sesuai dengan tema Ketahan Pangan

Dia mengatakan bahwa, workshop yang digelar ini menggunakan pewarna alami sesuai dengan tema Ketahanan Pangan. Kegiatan ini sebagai bentuk memperkenalkan berbagai material alami, seperti pada bumbu dapur ataupun dari bahan sehari-hari yang bisa digunakan sebagai bahan baku pewarna alami.
Ada sebanyak 65 orang peserta dari Jongs Batak Festival 2025 ini mempraktikkan 3 proses pencelupan pewarna dengan menggunakan teknik kain shibori.
"Puji tuhan dengan warna yang sangat puas mulai dari usia anak 4 tahun hingga dewasa 40 tahun sangat antusias, dan baru mengetahui. Semoga mereka semakin mengenal bahwa pewarna alami itu sangat baik dan menarik untuk digunakan sebagai media yang dipakai. Secara khusus kami mengucapkan terimakasih yang sangat banyak dari Jongs Batak Festival 2025 memberikan kesempatan Jabu Bonang untuk pertama kalinya. Kami harapkan selama 10 hari di Kota Medan dimana kota ini menjadi sebuah persukuan dari berbagai budaya didalamnya. Kami sangat senang bisa bertemu disini apalagi setelah mendapatkan kabar dan melihat sendiri berapa antusiasnya mengikuti dari berbagai pajangan kita," pungkasnya.


















