Ada 418 Kali Bencana di Aceh pada 2003, 9 Tewas dan 25 Ribu Mengungsi

Banda Aceh, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat terjadi 418 kali bencana melanda Tanah Rencong sepanjang 2023. Meski demikian, jumlah bencana yang terjadi lebih sedikit dibandingkan pada 2022.
“Jumlah bencana tahun 2023 di Aceh itu lebih sedikit dibandingkan tahun 2022 yang terjadi sebanyak 469 kejadian,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBA, Ilyas, dalam keterangan tertulis, Kamis (4/1/2024).
1. Sembilan orang meninggal dunia dan jumlah pengungsi mencapai 25.020 jiwa

Ilyas menyampaikan kerugian berupa kerusakan infrastruktur, harta benda warga, dan lahan pertanian yang ditimbulkan akibat bencana mencapai Rp430 miliar dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah itu diakui lebih besar dibandingkan pada 2022 yang hanya Rp335 miliar.
Selanjutnya total korban berdampak yakni 99.234 kepala keluarga atau 289.235 jiwa serta jumlah pengungsi mencapai 25.020 orang.
“Berbagai bencana itu menyebabkan sembilan orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka,” ujarnya.
2. Kebakaran pemukiman masih yang tertinggi terjadi

Ilyas menjelaskan bencana yang mendominasi terjadi di Aceh sepanjang 2023 adalah kebakaran permukiman yakni 149 kali dengan prakiraan kerugian mencapai Rp87 miliar. Kemudian, banjir 105 kali, kebakaran hutan dan lahan terjadi 85 kai, angin puting beliung 44 kali, longsor 27 kali, banjir bandang tiga kali, serta abrasi dua kali.
Dia mengatakan bencana juga berdampak pada 84 sarana pendidikan, satu sarana kesehatan, empat sarana pemerintahan, 46 sarana ibadah. Selain itu berdampak pula pada 168 ruko, 22 jembatan, 32 tanggul dan 333 meter badan jalan akibat banjir dan longsor.
“Terhitung pula 1.987 rumah rusak akibat kebakaran pemukiman, angin puting beliung, banjir dan longsor,” ucap Ilyas.
3. Masyarakat diimbau agar menjaga diri dan alam

Sehubungan dengan itu, BPBA mengimbau agar masyarakat menjaga alam khususnya terkait kebakaran hutan dan lahan. Masyarakat diminta tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsinya sebagai resapan air dan mencegah banjir maupun longsor.
Selain itu masyarakat diharapkan tetap selalu menjaga diri dan keluarga serta harus siap dalam menghadapi bencana baik alam maupun nonalam. Oleh karena itu, diakui Ilyas, sinergitas sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana di Aceh.
“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen termasuk di dalamnya adalah media,” kata Ilyas.
“Pada tahun 2024 nantinya BPBA akan terus berusaha meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana alam maupun non alam dan mendorong seluruh elemen masyarakat untuk merespon kejadian bencana secara komprehensif karena pada hakikatnya ‘Bencana adalah Urusan Bersama’,” imbuhnya.