100 Anak Rayakan Hari Cerebral Palsy, Ini 3 Poin Harus Diperhatikan Pemerintah
- Anak Cerebral Palsy memiliki harapan terkait akses kesehatan, pendidikan, dan ketenagakerjaan
- Kendala saat ini termasuk akses fisioterapi, pendidikan khusus, dan lapangan pekerjaan yang belum memadai
- Dinsos Pemprov Sumut akan mencari gedung kosong untuk rumah singgah pejuang Cerebral Palsy
Medan, IDN Times - Dalam rangka memperingati Hari Cerebral Palsy se-Dunia yang jatuh setiap tanggal 6 Oktober, Yayasan Pejuang Cerebral Palsy menyelenggarakan acara edukasi, inspirasi, dan kebersamaan, bertema “Tumbuh Bersama Tanpa Batas, Kami Punya Hak Yang Sama”, di Dupi World, Manhattan Urban Market, Kota Medan.
Ketua Yayasan Pejuang Cerebral Palsy, Ratna Sari Dewi, kegiatan ini digelar sebagai bagian dari peringatan Hari Cerebral Palsy Dunia pada 6 Oktober lalu. Namun, diundur menjadi Sabtu (1/11/2025).
"Terkhusus untuk masalah kesehatan hari ini, kita hadirkan untuk pelayanan fisioterapi. Kemudian ada konsultasi sekolah kanak, dan juga pemeriksaan serta penyeluruhan kesehatan gigi dan mulut," ucapnya.
Kegiatan ini juga melibatkan berbagai pihak seperti Fakultas Pendidikan Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, serta sejumlah klinik tumbuh kembang anak.
Sebanyak 100 anak mengidap Cerebral Palsy ikut serta dalam kegiatan, yang tergabung di Komunitas Pejuang Cerebral Palsy di Kota Medan dan Deli Serdang.
1. Ada tiga poin yang menjadi harapan anak Cerebral Palsy

Adapun poin penting terkait kendala yang dihadapi disabilitas cerebral palsy yaitu akses kesehatan, akses pendidikan, dan akses ketenagakerjaan. Sehingga, diharapkan anak-anak Cerebral Palsy mendapat dukungan dari seluruh pihak.
Ratna menjelaskan kendala pada anak-anak untuk akses kesehatan, selalu dalam terapi di RS dikarenakan adanya aturan pembatasan usia untuk anak berkebutuhan khusus terapi. Sebab, usia 7 tahun sudah tidak bisa terapi di RS lagi menggunakan BPJS dan fasilitas kesehatan yang belum akses ke daerah-daerah apalagi fisioterapi.
Sekali fisioterapi, maka biaya yang harus dikeluarkan Rp150 ribu hingga Rp250 ribu, secara rutin dalam 2 hingga 3 kali seminggu dengan durasi 45 menit sampai dengan 60 menit. Belum termasuk obat, dan nutrisi lainnya.
Selanjutnya, akses pendidikan. Dikatakan Ratna bahwa Sekolah Luar Biasa (SLB) negeri secara gratis di Kota Medan hanya asa 1 SLB pembina. Kurangnya SDM tenaga pengajar dan kurangnya kemampuan tenaga pengajar dalam mendidik anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy.
"Itupun membatasi kuota untuk siswa berkebutuhan khusus jenis Cerebral Palsy, karena Cerebral Palsy membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pengajar khusus dan ekstra dalam mendampingi Cerebral Palsy.
Kemudian, lanjut Ratna pada poin terakhir yang menjadi kendala anak Cerebral Palsy adalah akses ketenagakerjaan, yang belum pernah dijumpai di lapangan untuk karyawan Cerebral /Palsy yang bekerja di perusahaan milik pemerintah ataupun swasta.
"Dari segi dukungan di fasilitas umum, belum tersedianya ramp (bidang landai pada ubin untuk landasan kursi roda). Point terhadap Yayasan Pejuang Cerebral Palsy belum ada implementasi dan kolaborasi berkelanjutan dalam membersamai anak dengan Cerebral Palsy dari segi kesehatan, pendidikan dan lapangan pekerjaan," jelas Ratna.
2. Kendala saat ini tidak adanya rumah singgah untuk anak yang ingin melakukan fisioterapi
Selain itu, kendala saat ini adalah belum adanya ketersediaan rumah singgah. Sebab, para pejuang Cerebral Palsy selalu melakukan kegiatan fisioterapi secara rutin 2 hingga 3 kali dalam seminggu dari hari Senin sampai dengan Jumat yang ada di beberapa titik Kota Medan.
"Kami berharap kedepan dapat tersedia rumah singgah agar peserta dari luar daerah juga dapat memperoleh pelayanan fisioterapi yang lebih optimal," ujarnya.
Kini tercatat ada sekitar 116 anak Cerebral Palsy di Komunitas Pejuang Cerebral Palsy.
Diharapkan juga, pemerintah bisa membuat penyuluhan ataupun edukasi tentang Cerebral Palsy kepada masyarakat.
"Jadi jangan hanya memikirkan stunting aja ya. Jangan hanya peduli tentang stunting aja. Sebenarnya cerebral Palsy juga masuk kategori stunting karena Cerebral Palsy itu kan masalahnya di saraf otak, sehingga mempengaruhi koordinasi tubuh. Makanya penyerapan nutrisi juga menjadi masalah untuk anak Cerebral Palsy.
Ratna berpesan kepada orangtua pejuang Cerebral Palsy untuk tetap semangat. "Jangan jadikan kekurangan anak itu sebagai kelemahan kita. Ayo percaya diri, jangan lagi sedih-sedih karena yakinlah aura bahagia itu pasti akan tertular ke anak-anak sehingga mereka lebih semangat untuk menjalani hidup mereka," tuturnya.
3. Dinsos Pemprov Sumut akan mencari gedung Dinsos yang kosong untuk rumah singgah pejuang Cerebral Palsy
Sementara itu, Pekerja Fungsional Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Ibrahim Ikshan Harahap menyampaikan bahwa semua yang ada kelompok disabilitas sudah tercatat di Dinas Sosial.
"Jadi, segala kegiatan kita mengetahuinya termasuk Cerebral Palsy, Pertuni, Down Syndrom dan lainnya," kata Ibrahim.
Untuk bantuan Cerebral Palsy, dikatakan Ibrahim Dinas Sosial telah menyalurkan bantuan sembako setiap tahunnya dan berkolaborasi dengan Sentra Bahagia. Terkait fisioterapi sudah ada membuat MoU atau kesepakatan bersama USAID di Mitra Medistra dan sementara ini diletakkan di Sentra Bahagia.
Terkait rumah singgah yang dibutuhkan oleh para pejuang Cerebral Palsy, khususnya untuk setiap fisioterapi. Ibrahim mengatakan akan berkolaborasi dengan pihak-pihak yang lainnya dan mencari gedung milik Dinas Sosial yang kosong agar dapat dimanfaatkan.
"Ini lagi kita kolaborasikan, kita cari gedung-gedung Dinas Sosial yang kosong dan kita upayakan untuk para pejuang Cerebral Palsy," tutupnya.


















