Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

MBG Kurang Asin, Kepsek SMAN 1 Lubukpakam Bantah Siswa Bawa Garam

Screenshot_2025_0917_162608.jpg
SMA Negeri 1 Lubuk Pakam (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Intinya sih...
  • Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Lubuk Pakam bantah isu siswa bawa garam dan sambal sendiri dari rumah
  • Siswa sebut tak ada MBG yang diolah kembali menjadi nasi goreng
  • Ahli gizi sebut MBG dinilai kurang asin karena kebiasaan masyarakat terpapar makanan dengan micin yang kuat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Deli Serdang, IDN Times - Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan program prioritas pemerintah untuk anak-anak sekolah, kini telah sampai ke SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Setiap jam makan siang, petugas membagikan nampan berisi makanan kepada mereka dengan macam-macam menu.

Meskipun baru jalan seminggu, program MBG di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam sudah diterpa isu miring. Salah satunya ialah karena masakan MBG yang dinilai kurang asin sehingga ada kabar banyak siswa membawa garam sendiri dari rumahnya.

1. Isu MBG kurang asin, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Lubuk Pakam bantah siswanya bawa garam dan sambal sendiri dari rumah

ilustrasi makan bergizi gratis (IDN Times/ Riyanto)
ilustrasi makan bergizi gratis (IDN Times/ Riyanto)

Kepala sekolah SMA Negeri 1 Lubukpakam, Fazli Mirwan, membantah isu tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak ada siswanya yang membawa garam atau sambal sendiri dari rumahnya.

"Program MBG di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam berjalan dengan baik. Isu (siswa bawa garam sendiri) itu tidak benar. Dan sejauh ini siswa kita nyaman," kata Fazli kepada IDN Times, Rabu (17/9/2025) siang.

Ia turut membantah isu lain yang beredar di sekolahnya. Di mana salah satu sumber menyebutkan bahwa MBG diolah lagi menjadi nasi goreng hingga membuat orang tua murid bertanya-tanya mengenai kebenarannya.

"Tidak. Tidak benar isu itu," lanjut Fazli singkat.

2. Siswa sebut tak ada MBG yang diolah kembali menjadi nasi goreng

Menu MBG di SDN 129 Palembang (IDN Times)
Menu MBG di SDN 129 Palembang (IDN Times)

Sementara itu siswa SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Hanum (bukan nama asli), membeberkan bahwa ia juga tidak melihat ada siswa yang membawa garam dan sambal sendiri dari rumah. Begitu pula dengan MBG yang diolah kembali menjadi nasi goreng.

"Gak, setahu saya gak ada yang bawa garam. Teman-teman di kelas saya juga gak ada yang bawa garam, sih. Begitu juga dengan MBG yang diolah jadi nasi goreng, kayaknya gak ada," aku Hanum.

Ia mengatakan bahwa program MBG sudah seminggu ini berjalan. Pukul 12.45 WIB tepat pada jam istirahat kedua, siswa SMA Negeri 1 Lubuk Pakam makan bersama di kelasnya masing-masing

"Iya menunya setiap hari ganti. Sedikit kurang asin, karena memang makanan bergizi (gak ada micin). Tapi hari ini enak, menu kami ayam asam manis," bebernya.

3. Ahli gizi sebut MBG dinilai kurang asin karena kebiasaan masyarakat Indonesia terpapar makanan dengan micin yang kuat

SPPG Tambolaka ini kita memanfaatkan petani lokal, peternak, dan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk program MBG. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)
SPPG Tambolaka ini kita memanfaatkan petani lokal, peternak, dan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk program MBG. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Ahli gizi yang bekerja di salah satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Deli Serdang, turut menyampaikan soal makanan yang dinilai kurang asin tersebut. Hal ini dikatakannya berhubungan dengan fenomena masyarakat Indonesia yang sudah biasa terpapar bumbu tambahan seperti micin dalam skala berlebihan.

"Saya biasa kalau dapat laporan, langsung saya sampaikan ke Chef. Dan Chef sampaikan ke tim masak untuk diperbaiki dan cek lagi. Makanan bergizi ini enak. Tapi mungkin dianggap punya rasa berbeda karena lidah masyarakat sudah biasa terpapar micin. Untuk bahan tambahan seperti micin ini ada takarannya yang sudah ditentukan. Di sini lah ahli gizi bekerja. Mungkin banyak yang bilang rasanya gak setajam masakan rumah," ujarnya.

Tim dapur SPPG bahkan punya cara tersendiri dalam menyenangkan hati para pelajar. Mereka ada yang tidak menggunakan siklus menu, tapi menyesuaikan apa maunya para siswa. Hal ini terbukti dengan mereka yang turun langsung ke sekolah-sekolah meminta pendapat.

"Setiap hari kita pasti ganti menu. Dan daftar menu itu juga perdua minggu diputar. Menu mana yang banyak habis, itu biasa kami ulangi. Sementara mana yang dapat respon kurang bagus, itu bakal diganti sama menu baru," jelasnya.

4. Tim SPPG secara berkala mengecek laporan jika ada koreksi soal MBG yang disalurkan

SPPG Tambolaka ini kita memanfaatkan petani lokal, peternak, dan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk program MBG. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)
SPPG Tambolaka ini kita memanfaatkan petani lokal, peternak, dan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk program MBG. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Tiap SPPG biasanya menyalurkan MBG berdasarkan sasaran. Maksimal dalam tiap dapur SPPG bisa menghasilkan 4.000 porsi.

"4.000 porsi ini sudah sama golongan 3 B, yaitu Bumil, Busui, dan Balita. Tapi mereka kuotanya hanya 10 persen dari anak sekolah. Selebihnya anak sekolah yang lebih diprioritaskan," kata ahli gizi di SPPG Deli Serdang ini.

Secara berkala tim dapur SPPG melihat respon para pelajar sebagai bentuk koreksi. Bukan hanya meminta pendapat secara langsung, mereka juga biasanya menerima laporan dari WhatsApp Grup.

"Laporan ini biasanya saya minta sama anak-anak, mereka maunya menu apa. Mereka seperti request dan kasih respon makanannya. Ada juga respon yang diberikan dari grup. Grup ini isinya Kepala Sekolah atau guru penanggung jawab dengan kepala dapur. Dari grup itu nanti kepala dapur lebih lanjut menyampaikan ke ahli gizi," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

KIS Group Gandeng Shell, Pasok BioLNG dari Langkat ke Singapura

17 Sep 2025, 18:01 WIBNews