Sumut Deflasi 0,49 Persen Mei 2025, Daya Beli Daging Ayam Turun

Medan, IDN Times - Sumut mengalami deflasi mencapai 0,49 persen pada bulan Mei 2025. SementaraIndonesia alami deflasi sebesar 0,37 persen. Hal ini juga dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumut.
Pengamat ekonomi Sumatra Utara Benjamin Gunawan mengatakan ada beberapa faktor yang melandasi.
"Deflasi yang terjadi pada bulan mei, meskipun salah satu faktor pemicunya adalah meningkatnya sisi supply atau persediaan," kata Benjamin, Senin (2/6/2025).
1. Cara yang lebih mudah untuk melihat gangguan daya beli bisa dilihat dari melemahnya konsumsi daging ayam

Menurutnya, peningkatan sisi persediaan terlihat pada komoditas cabai yang membuat harganya mengalami penurunan. Namun, cara yang lebih mudah untuk melihat gangguan daya beli bisa dilihat dari melemahnya konsumsi daging ayam yang tergambar dari penurunan tren produksinya.
"Saya menghitung pola penurunan konsumsi secara signifikan terjadi pada bulan April, atau tepatnya setelah perayaan Idul fitri. Saya menghitung pada kuartal pertama 2025, dimana masih ada Ramadhan dan Idul fitri rata-rata konsumsi harian untuk wilayah Sumut ditambah dengan wilayah tetangga seperti Riau dan Aceh ada sebanyak 1.88 juta ekor per hari. Angka tersebut menurun di kuartal kedua menjadi 1.49 juta ekor pada bulan April dan 1.4 juta ekor pada bulan Mei," jelas Benjamin.
Padahal jika dibandingkan harganya, menjadikan patokan harga daging ayam di pasar Aksara Kota Medan. Tren harga daging ayam justru turun.
Disebutkan Benjamin, pada kuartal pertama harga daging ayam rata-rata per Kg adalah Rp34.609 (Januari), Rp31.600 (Februari) dan Rp32.751 (Maret). Pada kuartal kedua khususnya bulan April dan Mei harga daging ayam turun menjadi Rp31.800 dan Rp30.824 per Kg.
Data tersebut menunjukan bahwa ada sesuatu yang tidak lazim disitu. Dimana terjadi penurunan pada aktifitas produksi maupun konsumsi disaat harga daging ayam justru mengalami penurunan. Untuk sekedar informasi, perubahan harga daging ayam bisa dilihat dengan mudah melalui PIHPS (pusat informasi harga pangan strategis).
2. Gangguan daya beli harus disikapi dengan hati-hati

Dari hasil survei langsung ke pedagang besar di salah satu pasar tradisional di Deli Serdang. Penurunan konsumsi daging ayam juga terjadi dalam dua pekan terakhir.
"Penurunan penjualan pedagang besar di pekan kemarin sekitar 15 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Saya menggunakan daging ayam sebagai acuan dalam melihat perubahan daya beli, karena daging ayam menjadi konsumsi masyarakat di semua lapisan ekonomi," ucapnya.
Berbeda dengan daging sapi, dimana rumah tangga yang mengkonsumsi daging sapi masih dibawah 7 persen, dan lebih mencerminkan konsumsi kelas ekonomi masyarakat menengah ke atas. Gangguan daya beli ini harus disikapi dengan hati-hati karena sangat erat korealisasinya dengan kontribusi pengeluaran rumah tangga terhadap PDB/PDRB.
3. Tren penurunan harga atau deflasi saat ini juga berpeluang menciptakan inflasi di masa mendatang

Lanjutnya, tren penurunan harga atau deflasi saat ini juga berpeluang menciptakan inflasi di masa mendatang, karena harga yang turun akan merugikan produsen (petani/peternak).
"Sehingga potensi inflasi yang diakibatkan oleh melemahnya aktifitas di sektor pertanian maupun peternakan, akan membuat beban masyarakat kian meningkat dan kian menekan daya beli masyarakat," pungkasnya.