Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Masyarakat Antre Beli Emas meski Harga Naik, Tanda Ekonomi Bermasalah

ilustrasi emas batangan (pexels.com/Sergei Starostin)
ilustrasi emas batangan (pexels.com/Sergei Starostin)

Medan, IDN Times - Pengamat ekonomi, Benjamin Gunawan masih terus menyoroti harga emas yang kian mencetak rekor. Disebutkannya, harga emas dunia pada perdagangan hari ini mencatatkan rekor tertinggi baru di level $3.273 per ons troy.

"Umumnya saat harga emas naik, atau mencatatkan rekor tertingginya seperti saat ini. Masyarakat justru mengkuatirkan adanya potensi koreksi. Namun, belakangan yang terjadi adalah antrian belanja emas masyarakat di banyak butik atau toko emas seperti di Kota Medan," jelasnya pada Rabu (16/4/2025).

1. Antusias masyarakat membeli emas tidak pudar dalam 2 pekan terakhir

ilustrasi emas (pexels.com/Michael Steinberg)
ilustrasi emas (pexels.com/Michael Steinberg)

Masyarakat antri membeli emas batangan, disaat harga emas justru berada di sekitar Rp2 juta per gram. Antusiasnya, tidak memudar dan bahkan cenderung naik setelah gejolak perang dagang yang terjadi dalam dua pekan terakhir.

"Dan fenomena ini terjadi bukan karena kenaikan harga emas sepenuhnya, yang mendorong masyarakat memborong emas. Persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang memburuk juga menjadi pemicunya," jelasnya.

2. Kebijakan tarif resiprokal membuat persepsi masyarakat terhadap perekonomian dunia memburuk

ilustrasi rupiah dan emas (pexels.com/Robert Lens)
ilustrasi rupiah dan emas (pexels.com/Robert Lens)

Dikatakan Benjamin, apalagi terlebih saat AS memberlakukan kebijakan tarif resiprokal meskipun belakangan ditangguhkan. Kebijakan tersebut membuat persepsi masyarakat terhadap perekonomian dunia memburuk.

Tidak ada yang menang saat perang dagang itu terjadi. Bahkan perang tersebut justru membuka peluang banyak negara di dunia masuk dalam jurang resesi atau mengalami perlambatan serius.

"Parahnya, dua negara lokomotif penggerak ekonomi dunia yakni AS dan China terlibat dalam konfrontasi yang belum berkesudahan. Aksi saling serang terus terjadi hingga saat ini. Perang dagang tersebut memicu terjadinya pelemahan mata uang dunia termasuk Rupiah, membenamkan kinerja pasar saham, hingga memicu terjadinya aksi jual obligasi. Singkat kata perang dagang tersebut membuat banyak instrumen keuangan mengalami kerugian," ungkap Benjamin.

3. Emas menjadi pilihan karena sifatnya likuid

ilustrasi jual beli emas (pexels.com/Robert Lens)
ilustrasi jual beli emas (pexels.com/Robert Lens)

Lanjutnya, belum lagi tekanan harga di sektor properti, di mana belakangan marak penjualan properti. Hal ini juga terlihat dari menurunnya sewa properti, untuk kebutuhan bisnis ataupun kantoran, yang terpampang jelas di pusat perbelanjaan atau gedung komersil lainnya.

Sehingga, akumulasi sentimen tersebut yang membuat masyarakat berbondong-bondong membeli emas, karena terbatasnya instrumen investasi yang menguntungkan dan likuid serta berisiko rendah.

"Emas menjadi pilihan karena sifatnya likuid, harga yang cenderung stabil dan menjadi aset lindung nilai. Terlebih perang dagang yang kian memanas turut membuka peluang terjadinya kenaikan laju tekanan inflasi. Ekspektasi memburuknya inflasi dan kondisi ekonomi (PDB) menjadi gabungan sentimen yang pas untuk membeli emas," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indah Permata Sari
Doni Hermawan
Indah Permata Sari
EditorIndah Permata Sari
Follow Us