Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Risiko Investasi di Pasar Global yang Perlu Diwaspadai, Hati-Hati! 

ilustrasi informasi real-time (freepik.com/drobotdean)

Investasi di pasar global menawarkan peluang diversifikasi dan potensi keuntungan besar, tapi gak bisa dipungkiri bahwa risikonya juga lebih kompleks dibandingkan berinvestasi di dalam negeri. Fluktuasi nilai tukar, ketegangan geopolitik, hingga perbedaan regulasi bisa bikin portofolio investasi tiba-tiba anjlok kalau gak dipersiapkan dengan matang. Makanya, sebelum terjun ke pasar internasional, penting banget buat memahami risiko-risiko utama yang mungkin dihadapi.

Dari pengalaman investor kelas dunia hingga analis pasar, ada beberapa jebakan umum yang sering bikin pemain pemula kewalahan. Artikel ini bakal mengupas tuntas 5 risiko investasi di pasar global yang wajib diantisipasi, plus strategi jitu buat meminimalisir dampaknya. Dengan pemahaman yang tepat, investasi global bisa jadi peluang emas ketimbang bumerang finansial.

1. Currency risk, fluktuasi nilai tukar

ilustrasi nilai tukar (freepik.com/freepik)

Salah satu tantangan terbesar investasi di pasar global adalah risiko nilai tukar mata uang alias currency risk. Ketika berinvestasi di aset luar negeri, pergerakan kurs bisa bikin keuntungan yang udah didapat tergerus atau malah jadi rugi. Misalnya, ketika dolar AS menguat terhadap rupiah, nilai investasi dalam dolar mungkin naik, tapi kalau rupiah melemah, keuntungannya gak sebesar yang diharapkan saat dikonversi kembali.

Selain itu, volatilitas nilai tukar sering dipengaruhi faktor makroekonomi seperti suku bunga bank sentral, inflasi, atau stabilitas politik. Investor yang gak memitigasi risiko ini bisa kena double whammy, portofolio asetnya turun, ditambah lagi nilai tukarnya ikut merugikan. Solusinya? Diversifikasi mata uang atau menggunakan instrumen lindung nilai (hedging) seperti forward contract atau ETF berbasis mata uang.

2. Political risk, ketidakstabilan politik dan regulasi

ilustrasi demo (freepik.com/freepik)

Pasar global rentan banget sama gejolak politik, mulai dari perubahan kebijakan pemerintah, sanksi internasional, hingga konflik bersenjata. Misalnya, investasi di pasar emerging market bisa mendadak berisiko tinggi kalau terjadi kudeta atau pergantian rezim yang bikin kebijakan ekonomi berbalik 180 derajat. Belum lagi risiko nasionalisasi aset, di mana pemerintah setempat tiba-tiba mengambil alih kepemilikan perusahaan asing.

Regulasi yang berbeda di tiap negara juga bisa bikin pusing. Ada negara yang membatasi repatriasi keuntungan, mengenakan pajak tinggi buat investor asing, atau punya aturan ketat soal kepemilikan saham.

Riset mendalam soal iklim politik dan hukum di negara tujuan investasi jadi kunci buat menghindari jebakan ini. Kalau perlu, konsultasi sama ahli hukum internasional sebelum menanamkan modal.

3. Liquidity risk, perbedaan jam pasar dan likuiditas

ilustrasi pasar saham (freepik.com/frimufilms)

Investasi di bursa luar negeri seringkali berarti harus berurusan sama perbedaan jam perdagangan yang bikin akses jadi terbatas. Misalnya, pasar saham AS buka malem waktu Indonesia, jadi kalau ada sentimen negatif mendadak, investor gak bisa langsung bereaksi. Selain itu, likuiditas aset di beberapa pasar berkembang (emerging markets) kadang rendah, bikin jual-beli saham atau obligasi jadi lebih sulit dan spread-nya lebar.

Aset yang likuiditasnya rendah juga rentan sama manipulasi harga atau flash crash. Contohnya, saham kecil (small-cap) di bursa Eropa atau Asia kadang gak gampang dijual dalam jumlah besar tanpa mempengaruhi harga. Buat mengatasi ini, pilih instrumen dengan volume perdagangan tinggi seperti saham blue-chip atau ETF global yang lebih likuid. Hindari juga alokasi terlalu besar di pasar yang kurang likuid kecuali punya strategi jangka panjang.

4. Systemic risk, risiko ekonomi makro global

ilustrasi pandemi COVID-19 (freepik.com/freepik)

Krisis ekonomi di satu negara bisa dengan cepat menjalar ke pasar global, kayak efek domino. Contohnya, krisis subprime mortgage di AS tahun 2008 bikin pasar saham seluruh dunia kolaps, atau pandemi COVID-19 yang memicu volatilitas ekstrem di semua aset. Investor yang gak siap biasanya panik dan jual rugi (panic selling), padahal krisis seringkali bersifat sementara.

Selain itu, kebijakan moneter bank sentral seperti The Fed atau ECB bisa pengaruh besar ke aliran modal global. Kenaikan suku bunga AS, misalnya, bikin dolar menguat dan modal investor kabur dari pasar berkembang. Buat meminimalisir risiko ini, diversifikasi portofolio ke berbagai sektor dan wilayah geografis jadi kunci. Jangan lupa juga alokasi ke safe haven assets kayak emas atau obligasi pemerintah negara maju.

5. Information risk, perbedaan standar akuntansi dan transparansi

ilustrasi informasi real-time (freepik.com/drobotdean)

Laporan keuangan perusahaan di luar negeri kadang gak se-transparan di Indonesia, apalagi kalau investasi di pasar yang standar akuntansinya longgar. Ada perusahaan yang memanipulasi laporan laba-rugi, menyembunyikan utang, atau pakai praktik creative accounting buat menipu investor. Contoh kasus seperti skandal Wirecard di Jerman atau Luckin Coffee di China jadi pelajaran berharga.

Selain itu, akses informasi real-time juga kadang terbatas, terutama buat perusahaan kecil atau di negara dengan bahasa yang gak dikuasai. Analisis fundamental jadi lebih sulit kalau data yang tersedia minim atau gak terpercaya. Solusinya? Fokus investasi di perusahaan dengan track record jelas, atau manfaatkan riset dari lembaga analis ternama seperti Morningstar atau Bloomberg. Kalau ragu, pilih ETF atau reksa dana global yang dikelola profesional.

Investasi di pasar global emang menjanjikan peluang besar, tapi risiko-risiko di atas harus dipahami biar gak jadi bumerang. Dengan strategi diversifikasi, riset mendalam, dan manajemen risiko yang baik, investor bisa memanfaatkan momentum tanpa terjebak masalah besar.

Pasar global itu seperti lautan luas, ada ombak besar, tapi juga harta karun menanti. Kuncinya adalah mempersiapkan kapal sebaik mungkin sebelum berlayar. Selamat berinvestasi, dan selalu ingat, high reward comes with high risk!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us