Mimpi Yudha Pohan Bawa Isu Hutan dan Lingkungan ke Meja Wakil Rakyat

Medan, IDN Times - Bukan pengusaha, bukan berasal dari keluarga politisi, bukan juga juga orang yang sudah lama bergelut di dunia politik. Yang lebih ironis, modal finansial juga minim. Namun anak muda yang satu ini punya gagasan kritis soal pengelolaan lingkungan, hutan, ekosiwisata, dan konservasi.
Ia adalah Yudha Lesmana Pohan. Pria berusia 36 tahun ini bertekad membawa isu-isu pelestarian alam, lingkungan, konservasi hingga ekowisata ke meja wakil rakyat. Salah satu cara yang ditempuh Yudha adalah ikut dalam pesta demokrasi 2024.
Kini nama Yudha sudah masuk dalam Daftar Caleg Sementara (DCS) DPRD Sumut dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Daerah Pemilihan Sumut 7. Yakni mencakup wilayah Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Padang Sidempuan
Apa ide dan gagasan yang ditawarkan Yudha Pohan untuk menjaring pemilih pada Pileg 14 Februari 2024 mendatang? Yuk simak:
1. Minimnya isu hutan dan lingkungan yang dibahas di gedung dewan jadi alasannya ikut pemilu

Yudha selama ini dikenal sebagai aktivis yang selalu vokal tentang isu-isu lingkungan dan deforestasi hutan yang ugal-ugalan, membuatnya memiliki misi mulia dalam menjaga kelestarian alam.
"Kenapa saya terjun ke politik? Karena isu-isu kehutanan dan lingkungan saat ini tidak ada yang menyuarakan di gedung dewan. Sebagai sarjana kehutanan dan magister kehutanan. Saya mengerti betul atas masyarakat tani hutan dalam mengelola hutan sebagai penopang hidupnya. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari hutan, sudah menjadi tradisi mata pencarian yang tidak bisa dipisahkan. Banyak sekali orang tua menyekolahkan anak-anaknya yang pendapatannya berasal dari hasil panen durian, coklat, salak, petai, aren dan sebagainya," ujar Yudha pada IDN Times, Sabtu (23/9/2023).
Ia memandang bahwa banyak masyarakat Tabagsel yang benar-benar hidup bergantungan dengan alam. Seseorang dapat sekolah tinggi di sana dengan hasil ladang orang tuanya, ia ingin anak-anak muda Tabagsel sadar jika selama ini alam memiliki kontribusi yang nyata bagi kehidupannya, termasuk mampu membayar biaya sekolah di perguruan tinggi.
Ia juga menjelaskan jika kawasan hutan dan lingkungan kalau tidak dijalankan dengan benar akan menjadi bom waktu yang sangat berbahaya bagi masyarakat, khususnya di wilayah Tabagsel.
Apalagi Tabagsel sering terjadi gempa karena terjadinya pergerakan lempeng bumi. Oleh karenanya, Yudha menilai segala bentuk pembangunan harus benar-benar dipelajari dengan baik dan arif.
"Isu orangutan Tapanuli menjadi isu yang seksi di dunia. Kita ketahui bersama, Indonesia memiliki satwa endemik orangutan ketiga setelah orangutan Sumatera (pongo abelii), orangutan Kalimantan (pongo pygmeus), dan orangutan Tapanuli (pongo tapanuliensis). Pembangunan di kawasan hutan harus menyeimbangkan 'kemerdekaan' terhadap masyarakat dan satwa. Masyakarat dapat sejahtera, satwa pun dapat terpelihara," kata Bacaleg PSI sekaligus Ketua Alumni Ikatan Mahasiswa Kehutanan USU ini.
2. Gagasan Yudha dalam memperjuangkan masyarakat dan isu lingkungan

Erat kaitannya dengan kemaslahatan masyarakat, setiap Bacaleg wajib memerhatikan betapa substansialnya peran semua lini. Sebagai seorang aktivis yang kerap memperjuangkan hak-hak masyarakat khususnya masyarakat adat, Yudha ingin mendobrak sistem yang tidak pro kepada rakyat. Pemuda asal Tabagsel ini punya gagasan yang segar terkait komitmennya memperjuangkan masyarakat dan isu lingkungan.
"Saya memiliki beberapa gagasan di antaranya adalah memperjuangkan BPJS gratis bagi masyarakat ekonomi rendah, menyuarakan aspirasi kelompok tani hutan dalam pengelolaan kehutanan di wilayah Tabagsel, dan membangun social preneur bagi desa-desa yang ada di Tabagsel dengan membangun motto 'one village one product',” beber Yudha.
Tak hanya itu, pemuda yang mengenyam pendidikan pasca sarjananya di IPB (Institut Pertanian Bogor) dengan konsentrasi eko wisata ini juga memiliki ambisi yang kuat dalam memanfaatkan sub sektor alam Tapanuli Selatan yang menyimpan beragam potensi. Salah satunya adalah dengan menggagas program eko wisata.
Lebih jauh Yudha juga mendukung objek wisata Batang Toru menjadi kawasan strategis Nasional. Sebab, lokasi tersebut selain memiliki cagar alam yang bagus juga merupakan habitat satwa endemik yakni orangutan Tapanuli.
"Saya punya gagasan untuk mengembangkan pola eko wisata obat-obatan herbal yang memanfaatkan bentang alam Tabagsel. Daerah ini sangat bagus untuk dikembangkan agenda bisnis dengan tetap memerhatikan kemaslahatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Masyarakat sendiri yang dapat mengambil alih usaha bersama ini. Bahkan tidak hanya menyuguhkan tanaman-tanaman herbal, segala yang bersangkutan dengan produksi, packaging, atau brand biarkan masyakarat yang mengelolanya,” kata pria yang telah banyak belajar tentang konsep eko wisata dan obat-obatan herbal di penjuru Asia dan Afrika.
Yudha mengatakan bahwa dari proses belajarnya di China, Nepal, Iran, Vietnam, dan negara lain, ia ingin mengadopsi konsep eko wisata di negara tersebut untuk disesuaikan di Tabagsel. Dari pelesirnya itu ia dapat memandang betapa urgensinya social preneur diwujudkan. Sebab, hal tersebut dinilai dapat mensejahterakan masyarakat daerah.
“Selain itu saya juga memiliki misi untuk memperjuangkan kuliah gratis bagi anak petani yang fokus pada pengembangan masa depan Sumatra Utara ke depan baik di dalam negeri maupun di luar negeri," ungkap Yudha yang juga merupakan tokoh pemuda eko wisata Sumatra Utara.
3. Ajak masyarakat Tabagsel melawan politik uang

Praktik money politic atau politisasi uang kerap dinormalisasi banyak masyarakat. Sehingga mereka banyak yang menganggap wajar ketika bakal calon legislatif menyambangi rumah-rumahnya sambil memberinya beberapa lembar uang dengan permintaan untuk memilihnya nanti pada pemilu 2024.
Fenomena tersebut membuat Yudha ingin memerangi praktik money politic di tengah masyarakat. "Saya mengajak masyarakat Tabagsel khususnya anak muda agar melawan politik uang, di mana politik uang hanya berfokus dengan 'pembodohan' rakyat dalam memilih wakil rakyat yang mana mereka hanya diuntungkan sementara, namun menderita selama masa periodenya," kata Yudha.
Dengan modal yang minim, Yudha mengaku siap-siap saja memenangkan pemilu 2024. Bahkan ia menilai masyarakat Tabagsel memiliki peranan yang sangat penting di Sumatra Utara, apalagi kota Medan.
Yudha juga mengklaim jika banyak orang dari suku Mandailing yang pernah menjadi Gubernur dan Walikota Medan, hal tersebut ia nilai sebagai sebuah bentuk atau jejak kejayaan masyarakat Tabagsel.
"Walaupun lebih banyak masyarakat Tabagsel yang berekonomi rendah, tapi saya yakin dan percaya masyarakat Tabagsel itu memiliki prinsip hidup. Marilah menjemput harapan untuk anak-anak muda Tabagsel saat ini. Kebaikan hanya didasari uang semata (politik uang), akan menjadi darah daging yang kotor akibat perlakuan itu. Oleh karenanya, sudah menjadi harapan kita bersama bahwa setiap desa memiliki social preneur dalam memotong kemiskinan yang ada di desa yang bersangkutan," ujarnya.
4. Latar belakang keluarga yang sederhana jadi motivasinya memperjuangkan kesejahteraan

Yudha berasal dari keluarga yang sederhana. Gelombang kehidupan yang naik-turun sudah dirasakannya dari kecil hingga saat ini. Karena sejak dulu dididik dari latar belakang keluarga yang pas-pasan, Yudha berkehendak untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Dan ia rasa momentum yang paling tepat adalah saat ini.
"Saya telah mengikuti organisasi pencinta alam sejak masa SMA hingga kuliah yang menjadikan saya peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang dihadapi masyarakat pedesaan dan pinggiran hutan saat ini. Masyarakat Tabagsel butuh sentuhan dan perhatian. Dan saya pikir menyuarakan aspirasi keinginan masyarakat adalah amunisi di gedung dewan ke depan," kata pemuda yang juga merupakan anggota luar biasa UKM Kompas USU.
Lebih lanjut Yudha menyayangkan jika masih banyak anggota dewan yang belum bisa mengindahkan aspirasi masyarakat. Padahal, untuk berada di posisi mereka saat ini ada peran masyarakat yang sangat besar di dalamnya.
"Boleh dilihat saat ini, bagaimana masyakarat khususnya di Tapanuli Selatan yang sedang berjuang melawan korporasi. Masyarakat Madina (Mandailing Natal) jika terjadi banjir bandang dan gas beracun, atau permasalahan lainnya. Ini sebenarnya adalah tugas anggota dewan terhormat dalam menyuarakan aspirasinya," kata Yudha.
5. Peran pemuda sangat sentral dalam membangun Tabagsel

Yudha berpendapat jika melakukan kampanye di pedesaan sangat berbeda dengan di perkotaan. Penggabungan cara konvensional, media sosial, bertatap muka dengan masyarakat, ikut kegiatan sosial, merupakan sesuatu yang menjadi andalan saat ini dalam berpolitik.
Mengajak anak-anak muda Tabagsel untuk berpartisipasi dalam #solidaritastabagsel yang peka akan lingkungan di sekitarnya merupakan salah satu strategi kampanye Yudha. Sebab ia menganggap jika anak-anak muda Tabagsel adalah kekuatan bagi pembangunan Tabagsel ke depan agar pemerataan pembangunan dapat sampai di wilayah tersebut.
"Tentu sangat yakin dengan Strategi itu. Di mana strategi itu dapat tersampaikan informasinya kepada masyarakat. Hal yang menjadi masalah masyarakat desa adalah 'informasi'. Memaksimalkan anak-anak muda di Tabagsel saat ini yang masih minim dengan sentuhan karena dianggap tidak mengerti. Pada kenyataannya, banyak sekali tokoh-tokoh dari Tabagsel dari zaman dahulu sampai dengan sekarang. Oleh karenanya, mengembalikan 'ruh' kepintaran dan kekritisan anak-anak muda Tabagsel memang perlu diasah kembali agar lebih terbiasa dan peka terhadap masalah yang ada saat ini," ujarnya dengan menularkan semangat kepemudaan.
Yudha menambahkan jika banyak orang-orang berpengaruh di Indonesia yang merupakan masyarakat Tabagsel. Seperti Sanusi Pane sang sastrawan yang mahsyur dan A.H. Nasution yang merupakan pahlawan nasional yang tewas di lubang buaya.
Pemuda yang juga merupakan fotografer traveller ini berpesan jika anak-anak muda Tabagsel harus bisa menjadi orang hebat seperti putra daerah sebelumnya yang namanya sungguh harum di Indonesia.
Yudha melihat ada kemunduran yang dialami pemuda sekarang. Ia menganggap jika kemunduran dapat terjadi jika anak-anak muda Tabagsel tidak punya ruang kreativitas dalam membangun daerahnya. Ia mengatakan jika berbagai komunitas di Tabagsel berjalan sendiri-sendiri, yang seharusnya anak-anak muda Tabagsel melebur untuk saling mendukung kegiatan yang ada di daerah itu.
"Kemajuan Tabagsel dapat ditentukan dari seluruh anak muda berkumpul dan berdiskusi memikirkan Tabagsel dalam pembangunan di masa yang akan datang. Ke depannya masyakarat Tabagsel harus memiliki Sumber Daya Manusia yang baik, membangun 'local hero' di setiap desa. Desa-desa yang ada di Tabagsel adalah prioritas utama sehingga masyarakat Tabagsel dapat menjadi contoh di daerah lain," pungkas Yudha Pohan.