Dilema Perantau di Sumut, Senang Boleh Mudik Tapi Terhalang Ekonomi

Tak ingin lewatkan momen berkumpul lagi dengan keluarga

Medan, IDN Times- Momen lebaran berkumpul dengan keluarga memang hal yang dinanti nanti sejumlah umat Islam yang merantau di berbagai wilayah. Tahun ini lebaran disambut gembira oleh para perantau, pasalnya mereka sudah diperbolehkan untuk mudik seiring menurunnya kasus COVID-19.

Pemerintah sebelumnya melarang kegiatan mudik selama dua tahun terakhir karena penularan COVID-19 yang marak di tengah masyarakat.

1. Diperbolehkan mudik, perantau menyambut sukacita

Dilema Perantau di Sumut, Senang Boleh Mudik Tapi Terhalang EkonomiSuasana Stasiun Kereta di tengah pandemik COVID-19 (Dok. Humas KAI)

Eko Kurniawan (25), warga Delitua mengaku senang bisa pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Badar, Kabupaten Aceh Tenggara. Sudah 2 tahun dia 

Ia memilih mudik melalui jalur darat memakan waktu 4-5 jam dengan menaiki mini bus dari jasa travel.

“Terasa sih kalau tidak mudik, bersyukurlah kalau tahun ini dikasih mudik. Ada rasa bahagia, senang bisa jumpa keluarga, jumpa teman teman yang di kampung gitulah,” kata Eko.

Tak ada persiapan khusus untuk melakukan mudik tahun ini. Dia hanya melakukan vaksinasi COVID-19 yang dianjurkan oleh pemerintah. Seperti diketahui pemudik wajib sudah vaksinasi booster.

“Persiapan khusus tidak ada, hanya kelengkapan vaksinasi, kemudian jaga kesehatan tetap protokol kesehatan ya,” tuturnya.

Baca Juga: Baru Dua Hari, Sudah 2.000 Orang Daftar Mudik Gratis Pemko Medan

2. Pemerintah diharapkan tidak lagi mempersulit pemudik

Dilema Perantau di Sumut, Senang Boleh Mudik Tapi Terhalang EkonomiSuasana Stasiun Kereta di tengah pandemik COVID-19 (Dok. Humas KAI)

Eko yang sibuk bekerja salah satu toko fashion sebagai pramuniaga, berharap pemerintah tidak lagi mempersulit aturan-aturan untuk para perantau yang ingin mudik lebaran.

“Banyak anak rantau jauh-jauh kampungnya, pengin pulang kampung. Kalau bisa jangan dipersulit anak rantaulah. Kalau mau mudik lebaran harus ngurus surat ini itu, karena kan kangen kampungnya. Kayak tahun lalu harus mengurus surat jalan keterangan sudah divaksinasi, ribet. Apalagi seperti aku yang kerjanya pagi sampai sore,” ucap Eko.

3. Ada yang terpaksa gak mudik karena faktor ekonomi

Dilema Perantau di Sumut, Senang Boleh Mudik Tapi Terhalang EkonomiIlustrasi Bersalaman Lebaran (IDN Times/Sukma Shakti)

Sementara Rudi Syahputra warga jalan Durung, Kecamatan Medan Tembung mengaku suka cita menerima lampu hijau mudik lebaran dari pemerintah. Dia mengaku sudah tidak mudik selama 2 tahun ini.

“Senanglah diizinkan mudik tahun ini dari pemerintah, pulang kampung momen lebaran itu jauh lebih nikmat, dibanding hari-hari biasa. Karena suasana di kampung itu enak nya di lebaran, keluarga berkumpul semua dari penjuru daerah ada dari Baganbatu, Rantau Parapat, Medan. Enak begitu, bisa saling tukar cerita,” kata Rudi kepada IDN Times, Jumat (22/4/2022).

Rudi biasanya mudik melalui jalur darat menuju kampungnya, Desa Aek Loba, Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan. Ia menempuh perjalanan 5-6 jam. Naun Rudi yang berprofesi sebagai driver ojek online mengatakan belum tahu mudik atau gak tahun ini, karena biaya dan dampak penghasilannya selama pandemi COVID-19. 

“Belum tahu tahun ini mudik atau tidak. Kemungkinan tidak sih. Ekonomi juga, entar lihatnya. Pulang kampung kan harus bawa uang yang cukup. Apalagi banyak keponakan, tidak mungkin enggak bagi THR kan,” ujarnya sambil tertawa.

Baca Juga: Hore! Pemko Medan Fasilitasi Mudik Gratis, Syaratnya Cuma KTP

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya