Masyarakat Minta Prabowo Batalkan Investasi Rempang Eco-City

Batam, IDN Times - Spanduk bergambar Presiden Indonesia, Prabowo Subianto dan Jendera Soedirman di Pulau Rempang turut menjadi objek yang dirusak saat kericuhan pada Rabu (18/12/2024) dini hari di Simpang Dapur 3, Kampung Sei Buluh, Pulau Rempang. Spanduk itu sebelumnya terpasang di posko solidaritas masyarakat di simpang Dapur 3 mengalami rusak parah dan spanduk tersebut turut menjadi objek yang dirusak.
"Ini gara-gara setelah ricuh kemarin, orang-orang PT MEG juga ngerusak 3 posko termasuk spanduk ini. Spanduk ini kami masyarakat yang buat, ada gambar bapak Presiden Indonesia Prabowo dan Jendral Soedirman. Di spanduk itu juga kami menulis permohonan untuk tidak direlokasi atau diusir dari kampung kelahiran," kata Wadi, warga Kampung Tua Sembulang Hulu, Kamis (19/12/2024).
1. Meminta Presiden Prabowo batalkan investasi yang sengsarakan rakyat

Masih kata Wadi, hingga saat ini 80 persen masyarakat di Pulau Rempang masih secara tegas menolak masuknya investasi PSN Rempang Eco-City.
Pihaknya menilai, PSN Eco-City ini tidak pernah memihak kepada masyarakat yang telah telah menempatkan tanah ulayatnya selama turun temurun.
"Kami memohon dengan bapak Presiden Prabowo, sebegitu kejinya mereka hingga berani merusak baliho yang ada gambar bapak, sementara kami masyarakat dengan bangganya memasang foto bapak sebagai bukti keadilan itu nyata. Kami mohon hentikan PSN ini dan keluarkan PT MEG dari Pulau Rempang," tegas Wadi.
2. Kericuhan sebabkan 9 masyarakat Pulau Rempang menjadi korban

Sebagaimana diketahui sebelumnya, kericuhan kembali terjadi di Pulau Rempang pada, Selasa (17/12/2024) dini hari lalu antara masyarakat setempat dengan PT MEG.
Kericuhan ini dipicu dari dugaan tindakan pengerusakan spanduk penolakan PSN Rempang Eco-City yang dilakukan oleh sejumlah karyawan PT MEG.
Akibat dari kericuhan ini, sebanyak 9 masyarakat dari berapa kampung tua di Pulau Rempang mengalami luka berat, ringan dan luka akibat terkena anak panah.
"Kekejian ini yang kami takutkan setiap malam. Bahkan sekarang beberapa anak-anak tidak mau sekolah, mereka trauma akibat kekejian orang MEG kemarin. Sekali lagi kami mohonkan kepada Presiden Prabowo Subianto, hentikan kekejian di Pulau Rempang ini," tegas Wadi.
3. Latar belakang PSN Rempang Eco-City

Pulau Rempang yang berlokasi tidak jauh dari Singapura, Malaysia dan jalur perdagangan Selat Malaka hingga Selat Singapura menjadi surga bagi para investor.
Pulau yang telah dihuni oleh mayoritas masyarakat Melayu selama ratusan tahun ini ditunjuk sebagai lokasi investasi oleh Pemerintah Kota Batam dan DPRD Batam pada 17 Mei 2004 silam.
Saat itu, enam fraksi DPRD Batam menyetujui masuknya investasi PT Makmur Elok Graha (MEG) yang terafiliasi dengan Tomy Winata untuk melakukan pengembangan Pulau Rempang menjadi Kawasan Perdagangan, Jasa, Industri, dan Eksekutif (KWTE).
Keputusan tersebut dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman kerjasama antara Tomy Winata dengan Pemerintah Kota (Pemko) Batam pada 26 Agustus 2004.
Namun, pada tahun 2005 di masa kepemimpinan Kapolri Sutanto, Peraturan Daerah (Perda) KWTE ini dibatalkan karena dianggap akan mengandung unsur perjudian.
Setelah bertahun-tahun tidak adanya tindak lanjut pengembangan Pulau Rempang, pada tahun 2023 Pemerintah Indonesia menunjuk PT MEG agar kembali mengelola Pulau Rempang.
Kali ini dengan konsep yang berbeda, yakni Eco-City atau Kawasan investasi industri yang didukung sektor pariwisata, berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023. Pengumuman ini disahkan pada 28 Agustus 2023.
Proyek ini bergerak pesat dengan dukungan dari seluruh jajaran lintas instansi di pemerintahan Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo setelah mendapati angin segar dari investor pertama asal China, Xinyi International Investments Limited.
Tidak tanggung-tanggung, nilai investasi yang diberikan oleh Xinyi International Investments Limited mencapai Rp348 triliun hingga tahun 2080.
Pada 7 September 2023, tindakan pemerintah Indonesia yang melibatkan tim terpadu dari kepolisian, Satpol PP, dan Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk mengosongkan lahan di Pulau Rempang memicu protes keras dari masyarakat.
Bentrokan tidak dapat terhindarkan, mengakibatkan ratusan orang terluka, termasuk anak-anak sekolah yang harus dilarikan ke rumah sakit akibat gas air mata yang ditembakkan pihak kepolisian.
Meski sempat mereda, kondisi keamanan dan kenyamanan masyarakat di Pulau Rempang selalu terusik seiring digesanya penyelesaian proses relokasi tahap pertama yang tidak kunjung berhasil dirampungkan.