Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Pilu Mahasiswa Aceh Tamiang, Pulang Kampung Rumah Tersisa Lantai

IMG_20251224_121904.jpg
Kondisi rumah Jessica di Aceh Tamiang yang hancur diterjang banjir (dok.Jessica for IDN Times)
Intinya sih...
  • Rumah Jessica hanyut dan tinggal lantai saja akibat banjir yang membawa gelondongan kayu
  • Jessica dan keluarga tinggal sementara di ruko yang disulap jadi posko darurat setelah rumah mereka hanyut
  • Jessica bertahan hidup di perantauan dari uang sisa beasiswa KIP setelah orang tuanya tidak bisa bekerja pasca banjir
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Resah masih menggumpal di sanubari mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) bernama Jessica. Perempuan berumur 19 tahun ini sudah tak punya apa-apa lagi kecuali keluarganya. Sebab rumah mereka beserta harta benda hanyut usai diterjang gelondongan kayu yang dibawa banjir akhir November 2025 lalu.

Rabu (24/12/2025) Jessica memberanikan diri pulang ke rumahnya yang berada di Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Libur semester yang seharusnya diisi gelak tawa bersama keluarga, alih-alih berganti menjadi duka panjang dan usaha memulihkan raga.

1. Rumah Jessica raib dan tinggal lantai saja usai diterjang banjir yang membawa gelondongan kayu

IMG_20251224_121933.jpg
Kondisi terkini rumah mahasiswa yang hancur diterjang banjir (dok.Jessica for IDN Times)

Kepada IDN Times Jessica bercerita kala banjir menerjang desanya. Jantungnya bertalu-talu karena takut, terlebih keluarga sama sekali tak bisa dihubungi. Bahkan ia mendapat sapa pertama dari ayahnya setelah seminggu banjir melanda.

"Waktu banjir terjadi, saya berada di Medan karena masih kuliah. Sementara rumah saya di Aceh diterjang hujan beberapa hari berturut-turut. Hari Rabu (26/11/2025) malam, air mulai naik. Keluarga saya sudah mulai mengangkut barang sebisanya ke ruko dekat rumah. Esoknya air makin naik dan makin tinggi. Di hari Kamis itulah arus banjirnya deras karena banjir kiriman," cerita Jessica.

Ia dan keluarga betul-betul mengingat hari itu. Hari yang seakan memaksa mereka menelan pil pahit. Rumah yang selama ini melindungi dari terik, raib sudah terseret banjir.

"Karena air sudah deras, terus ada juga gelondongan kayu-kayu yang terbawa arus, saat itu juga rumah saya ini habis semua beserta harta benda. Rumah saudara-saudara juga yang dari kayu pada raib di sini. Pertama rumah saya yang hanyut. Karena rumah saya yang lebih dulu kena hantam kayu gelondongan. Sempat miring, baru akhirnya jatuh dan menghantam rumah di belakangnya," lanjut Jessica lirih.

2. Sampai saat ini Jessica dan keluarga tinggal sementara di ruko yang disulap jadi posko darurat

IMG_20251224_121917.jpg
Kondisi banjir di Aceh Tamiang akhir November 2025, air sudah setinggi atap (dok.Jessica for IDN Times)

Jessica mendapat kabar rumahnya hanyut melalui orang tua rekannya yang berhasil mengevakuasi diri di tempat lain. Pikirannya tercerai berai saat itu juga. Bukan hanya karena tempatnya bernaung sudah raib, namun juga kabar orang tua yang belum sampai ke telinga.

"Waktu dapat kabar tentang rumah saya hilang, saya malah lebih khawatir tentang kabar orang tua saya. Karena saya mikir, rumah nanti, kan, bisa dibangun lagi. Soalnya saya waktu dapat kabar rumah saya sudah tidak ada, saat itu juga saya belum dapat kabar dari orang tua saya. Seminggu kemudian baru dapat kabar," ungkap Jessica.

Ia dan keluarganya pelan-pelan mencoba bangkit dari aral gendala ini. Untung saja pemilik ruko berbaik hati menerima mereka untuk tinggal sementara waktu.

"Keluarga saya sampai saat ini mengungsinya di ruko. Ruko ini dijadikan posko darurat sementara waktu," bebernya.

3. Jessica bertahan hidup di perantauan dari uang beasiswa KIP

IMG_20251224_121904.jpg
Kondisi rumah Jessica di Aceh Tamiang yang hancur diterjang banjir (dok.Jessica for IDN Times)

Keadaan ini tentu saja memberi dampak bagi kegiatan perkuliahannya. Orang tuanya yang tidak bekerja lagi pasca banjir membuatnya kekurangan biaya di perantauan.

Jessica mengaku bertahan hidup memakai uang dari sisa beasiswa KIP. Sebisa mungkin ia berusaha berhemat dan tak ingin menjadi beban keluarga yang mengalami musibah.

"Setelah banjir, saya lumayan kekurangan uang. Karena memang harusnya orangtua saya di minggu itu sudah kirim uang lagi. Tapi karena banjir dan tidak ada jaringan, jadi tidak bisa ngirim uang. Saya pergunakan uang yang ada dan sisa-sisa. Jadi saya hemat-hemat sendiri. Saya tahu diri, ibaratnya karena memang lagi bencana dan saya juga tahu rumah saya sudah tidak ada, otomatis orang tua saya lagi tidak punya uang dan sudah tidak kerja lagi," tutur mahasiswa Unimed itu.

Ia bersyukur bahwa situasi yang berat ini dilirik kampusnya. Beasiswa KIP dilebihkan untuk dirinya yang jadi korban banjir.

"Kemarin saya dapat bantuan dari kampus. Saya sebagai anak KIP mendapatkan bantuan berupa pencairan beasiswa KIP ditambahi. Nah, itu yang bantu saya beberapa pekan ke depan setelah banjir ini. Orang tua saya pesan untuk bijak mengelola uang ini ke depannya. Kemarin saya sempat beli kebutuhan-kebutuhan di perantauan pakai uang itu. Jadi sisanya, nanti saya pakai untuk semester depan," pungkasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Harga Pangan Turun Saat Natal, Diproyeksikan Stabil hingga Tahun Depan

25 Des 2025, 20:05 WIBNews