Hari Guru Berubah Kelam saat Banjir Terjang SMA ST Fransiskus Tapteng

- Murid, masyarakat, dan guru mengungsi di lantai dua sekolah
- Pembersihan sekolah dilakukan secara mandiri dengan solidaritas tinggi
- Sekolah tetap gelar perayaan Natal secara sederhana meski dalam keadaan duka
Tapanuli Tengah, IDN Times - Lumpur yang tadinya setebal 50 cm sampai 100 meter mengendap di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta ST Fransiskus di Kelurahan Aek Tolang, Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara akhirnya bisa dibersihkan. Sekolah ini menjadi satu dari sekian banyak institusi pendidikan yang terdampak banjir pada Selasa (25/11/2025) lalu.
Saat banjir, air masuk ke dalam ruang - ruang kelas. Ketinggiannya mencapai 1,5 meter. Buku - buku, peralatan laboratorium, komputer, terendam. Semuanya rusak, dan tidak bisa dipergunakan lagi.
Sebelum banjir datang, sekolah hendak menggelar acara hari guru. Saat air mulai naik, para guru hingga siswa sempat mengevakuasi diri. Meski ada sebagian lagi yang terjebak di sekolah.
"Beberapa hari sebelumnya juga sudah hujan, maka memang belum mulai kegiatan hari guru itu dan karena hujan sangat deras dan juga anak-anak ada yang sudah masuk, ada yang belum, jadi kami saat itu memang hanya berdoa, doa pagi, setelah itu anak-anak kami pulangkan karena air mulai dari sana sangat deras dan cepat semakin tinggi, semakin tinggi," kata Suster Mariane Winefride OP (Ordo Pewarta), Kepala Sekolah SMA Swasta ST Fransiskus, Sabtu (20/12/2025).
1. Murid, masyarakat dan guru sempat menginap di lantai dua sekolah

Mariane bercerita bagaimana sekolah itu menghadapi banjir. Saat itu belum semua murid bisa pulang ke rumahnya. Para murid dan pengampu serta pegawai sekolah, tertahan di lantai dua. Selain itu, warga di sekitar sekolah juga memanfaatkan lantai dua sekolah sebagai tempat mengungsi sementara.
"Mereka sampai menginap di sini. Sampai tanggal 26, mereka tidak ada (logistik) apa-apa," katanya.
2. Pembersihan sekolah dilakukan secara mandiri, alumni hingga guru bersolidaritas

Banjir yang surut menyisakan material lumpur yang begitu tebal. Lumpur mengendap di ruang - ruang kelas. Pihak sekolah tidak ingin berlarut - larut dalam kondisi bahala. Mereka kemudian melakukan kerja bakti untuk melakukan pembersihan.
"Sudah lebih dari 12 hari kami melakukan pembersihan," kata Mariane.
Bermodal solidaritas tinggi, para guru hingga alumni dan sejumlah relawan bahu membahu membersihkan sekolah.
"Mereka tulus dan berkenan membantu walaupun rumah-rumah mereka juga terdampak. Semua saling membantu dan juga ada dari alumni, ada dari pemerhati gereja yang membantu jadi seperti alat berat itu juga dari pemerhati gereja, dari umat kami yang satu gereja katolik," imbuhnya.
Pembersihan terus dilakukan. Sehingga kelak, sekolah bisa beroperasi kembali. Kata Mariane, sekolah akan kembali beroperasi pada Januari 2026 mendatang.
3. Tetap gelar perayaan Natal secara sederhana

Meski dalam keadaan duka karena bencana, pihak sekolah tetap menggelar perayaan Natal. Tentunya, Natal kali ini begitu berbeda dari tahun - tahun sebelumnya.
Biasanya, kata Mariane, SMA Swasta ST Fransiskus merayakan natal dengan meriah. Doa bersama, syukuran dan menyampaikan puji-pujian.
"Untuk kali ini, semua berbela rasa. (Dirayakan) sederhana saja, dengan berdoa bersama," pungkasnya.
Ke depan, mereka berharap pemerintah memberikan perhatian kepada sekolah. Membantu menyediakan kembali fasilitas-fasilitas pendukung belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar bisa kembali dilakukan. Para pelajar bisa belajar dengan aman dan nyaman.
Tapanuli Tengah menjadi kabupaten terparah terdampak banjir dan longsor. Ada 133 orang yang meninggal dunia dan 38 orang masih hilang. Sebanyak 1.979 Kepala Keluarga dengan 7.918 jiwa menjadi pengungsi di Tapanuli Tengah.
Banjir dan longsor merusak ribuan rumah warga. Begitu juga berbagai fasilitas publik. Perkantoran, sekolah, bank, pusat perbelanjaan terdampak.
















