6 Fakta Jalur Kereta Api Pertama Medan, Dibangun Swasta Bukan Negara

- Dibangun swasta, bukan proyek pemerintah
- Tembakau Deli jadi pemicu utama
- Medan–Labuhan, jalur awal di Sumatra Timur
Hari ini, melintasi rel kereta di jantung kota Medan bukan sesuatu yang berarti. Kereta silih berganti datang dan pergi, penumpang lalu lalang tanpa henti, seakan tak ada yang istimewa di hati. Namun di balik rutinitas ini, rel-rel besi ini menyimpan kisah panjang tentang bagaimana Medan bertumbuh dan bertransformasi sejak lebih dari seabad silam hingga kini.
Suasana Medan di tahun 1880-an adalah akar waktu dari semuanya. ketika jalan-jalan masih berupa tanah dan hasil kebun diangkut dengan gerobak lembu. Di tengah hiruk pikuk bisnis tembakau yang sedang naik daun, lahirlah ide gila, membangun rel besi yang menghubungkan perkebunan dengan pelabuhan. Ide yang saat itu dianggap berani, bahkan revolusioner.
Yang menarik, pembangunan jalur ini bukanlah hasil kebijakan pemerintah kolonial, melainkan murni inisiatif pengusaha perkebunan. Dari sinilah sejarah panjang kereta api di Sumatra Timur dimulai, sekaligus menjadi penanda lahirnya Medan modern.
Oleh karena itu, mari kita menelusuri waktu, melihat bagaimana kereta api di Medan berkembang dalam pembangunan peradaban kota tercinta, yang dimulai dari kereta api pertamanya. Yuk kita selami!
1. Dibangun swasta, bukan proyek pemerintah

Kalau biasanya proyek infrastruktur besar dikerjakan pemerintah, di Medan ceritanya lain. Rel pertama di sini justru lahir dari inisiatif para pengusaha perkebunan Belanda.
Tahun 1883 mereka mendirikan perusahaan khusus bernama Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Tokoh yang mendorong gagasan ini adalah J.T. Cremer, sosok penting di Deli Maatschappij.
Sejak awal, jalur ini memang dibuat untuk memperlancar distribusi hasil kebun, bukan untuk kepentingan publik semata.
2. Tembakau Deli jadi pemicu utama

Alasan utama rel ini dibangun sederhana: tembakau Deli yang kualitasnya melegenda di pasar Eropa. Sebelum ada kereta, angkutan dilakukan dengan gerobak lembu.
Bayangkan, pada tahun 1882 biaya membawa 600 kg tembakau dari Labuhan ke Medan bisa mencapai 460 gulden jumlah yang sangat besar di masa itu.
Dengan adanya kereta, biaya angkut turun drastis dan komoditas tetap sampai ke pelabuhan dalam kondisi terbaik.
3. Medan–Labuhan, jalur awal di Sumatra Timur

Pada 25 Juli 1886, DSM meresmikan jalur Medan–Labuhan. Inilah jalur kereta pertama yang benar-benar beroperasi di kawasan Sumatra Timur dan memberi warna baru pada transportasi di perkebunan.
Meski begitu, penting dicatat: jalur ini bukan jalur kereta pertama di luar Jawa. Sebelumnya Belanda sudah membangun rel untuk kebutuhan militer di Aceh sejak 1870-an.
Jadi, jalur Medan–Labuhan lebih tepat disebut jalur komersial awal yang paling berpengaruh di Sumatra Timur.
4. Pernah ada rel ganda, lenyap di masa pendudukan Jepang

Saking sibuknya lintasan Medan–Belawan, DSM sempat menambah rel menjadi jalur ganda. Itu adalah kemewahan di zamannya.
Namun, pada 1940-an, masa pendudukan Jepang mengubah keadaan. Sebagian rel dibongkar dan materialnya dipakai untuk proyek jalur baru, termasuk pembangunan rel strategis di Sumatra bagian tengah seperti jalur Pekanbaru–Muaro.
5. Warisan DSM masih terlihat hingga kini

Banyak peninggalan DSM yang masih bisa kita saksikan bahkan digunakan sampai sekarang:
Stasiun Medan – kini jadi pusat transportasi Sumut sekaligus terminal kota untuk Airport Railink Service (ARS) Kualanamu, layanan kereta bandara pertama di Indonesia.
Stasiun Labuhan – sudah lama tak melayani penumpang, tapi masih dipakai untuk distribusi barang, khususnya BBM.
Gedung Kantor DSM – bangunan kolonial ini kini menjadi kantor PT KAI Divre I Sumatera Utara.
Lokomotif DSM No. 38 – lokomotif uap buatan Hartmann, Jerman, kini dijadikan monumen di depan Stasiun Medan.
6. Rel yang membentuk wajah Kota Medan

Keberadaan rel kereta api ini tidak hanya memudahkan transportasi, tapi juga memicu pertumbuhan kota. Jalur Medan–Labuhan menarik aktivitas ekonomi ke arah pelabuhan, sementara kawasan sekitar stasiun berkembang menjadi pusat perdagangan dan permukiman baru.
Dengan kata lain, rel besi DSM ikut “menggambar” peta Medan modern dan membuat kota ini tumbuh menjadi pusat industri dan niaga terpenting di Sumatra.
Itulah enam fakta menarik tentang jalur kereta api pertama di Medan. Jadi, setiap kali kamu naik kereta dari stasiun ini, ingatlah bahwa kamu sedang melintasi jalur yang punya andil besar dalam sejarah kota.