Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Potret Perbedaan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatra

Potret Orangutan Tapanuli (kiri) dan Orangutan Sumatra (Kanan) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Sekilas tampak sama, tapi jika diamati lebih dekat ada perbedaan yang mencolok. Inilah mengapa orangutan Tapanuli dibedakan dengan dua jenis orangutan lainnya di Indonesia, yakni orangutan Kalimantan dan orangutan Sumatera yang habitatnya di Sumut dan Aceh.

Perbedaan ini bahkan sudah terjadi secara genetika sejak jutaan tahun yang lalu. Dalam buku terbitan YEL/SOCP (Yayasan Ekosistem Lestari/Sumateran Orangutan Conservation Program) menyebutkan, pemisahan genetika orangutan Tapanuli dari orangutan Sumatera terjadi sekitar 3,38 juta tahun silam, sedangkan pemisahan dari orangutan Kalimantan terjadi sekitar 670 ribu tahun yang lalu.

Melalui kemajuan teknologi di bidang genetika dan penelitian mendalam baik secara morfologi, ekologi, serta perilaku orangutan, belakangan diketahui orangutan tapanuli memiliki ciri-ciri berbeda dengan ciri umum Orangutan Sumatra. Diberi label Pongo tapanuliensis, “spesies baru” ini hanya ditemukan di ekosistem Batang Toru di tiga kabupaten, yakni Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.

Oleh karena itu pula nama latin mereka dibedakan. Orangutan Tapanuli dengan nama latin Pongo Tapanuliensis, orangutan Sumatera dengan sebutan Pongo Abelii, dan orangutan Kalimantan dengan nama Pongo Pygmaeus.

Dibandingkan orangutan lainnya, populasi Pongo Tapanuliensis sangatlah kecil. Berdasarkan riset terakhir, di habitatnya tinggal tersisa sekitar 800 ekor. Merujuk situs International Union for Conservation of Nature (IUCN), satwa yang sebagian besar habitatnya berada di atas 850 meter ini telah masuk daftar merah dengan keterangan sangat terancam punah (critically endangered).

Usia hidupnya ditaksir mencapai umur 50-60 tahun. Dengan perilaku betina orangutan tapanuli baru punya anak pertama di usia 15 tahun, dan jarak antarmelahirkan anak sekitar 8 atau 9 tahun, maka bicara upaya konservasi sudah tentu membutuhkan kerja ekstra keras dari semua pihak.

Meski sama-sama berada di Pulau Sumatra, secara fisik Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera memiliki perbedaan.

Berikut IDN Times mengulas 5 potret perbedaan antara Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera, dikutip dari buku Membingkai Satwa Primata Indonesia dalam Tiga Pilar: Biologi, Konservasi, Biomedis yang ditulis oleh Wanda Kuswanda & Tri Atmoko. 

Karya photostory ini didukung oleh GardaAnimalia melalui Bela Satwa Project. Yuk simak:

1. Tengkorak dan tulang rahang Orangutan Tapanuli lebih halus daripada Orangutan Sumatra

Potret Orangutan Tapanuli (kiri) dan Orangutan Sumatra (Kanan) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Wanda Kuswanda membeberkan dari ciri-ciri fisik Orangutan Tapanuli tengkorak dan tulang rahangnya lebih halus dibanding Orangutan Sumatra.

Tetapi Bulu Orangutan Sumatra juga cenderung lebih tebal daripada kerabatnya di Tapanuli.

2. Kepala Orangutan Tapanuli lebih kecil dan bobot lebih ringan

Potret Orangutan Tapanuli (kiri) dan Orangutan Sumatra (Kanan) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Kedua, orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) memiliki ukuran tubuh dan warna rambut yang menyerupai Orangutan Sumatra, namun mereka memiliki rambut kusam, kepala lebih kecil, wajah datar dan bobot lebih kecil.

Orangutan Sumatra Jantan memiliki bobot maksimal rata-rata 90 kg sementara Orangutan Tapanuli jantan rata-rata hanya 80 kg.

3. Orangutan Tapanuli memiliki kumis dan jenggot yang menonjol

Potret Orangutan Tapanuli (kiri) dan Orangutan Sumatra (Kanan) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Kumis dan jenggot orangutan Tapanuli juga berbeda dari Orangutan Sumatra. Orangutan Tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol, dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang.

4. Orangutan Tapanuli jantan memiliki panggilan jarak jauh (long call) yang berbeda dengan panggilan Orangutan Sumatera jantan

Potret Orangutan Tapanuli (kiri) dan Orangutan Sumatra (Kanan) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Keempat, Orangutan Tapanuli jantan memiliki panggilan jarak jauh (long call) yang berbeda dengan panggilan Orangutan Sumatera jantan.

Rata-rata jarak jelajah harian orang utan di Batangtoru berkisar antara 760,7–1.089,3 m/hari, dengan jarak jelajah harian orangutan betina yang terbesar. Wilayah jelajah (homerange) orangutan sangat bervariasi bergantung pada kondisi habitatnya, struktur umur, status sosial dalam komunitas lokal serta gangguan manusia terhadap habitatnya yang dapat mencapai 2–3 km2 dan saling tumpang tindih.

5. Orangutan Tapanuli sangat menyukai durian

Potret Orangutan Tapanuli (kiri) dan Orangutan Sumatra (Kanan) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dan kelima, orangutan tapanuli ternyata juga memakan jenis tumbuhan yang selama ini belum pernah tercatat sebagai sumber makanan bagi dua sepesies orangutan lain, di antaranya seperti biji aturmangan (casuarinaceae), buah sampinur tali/bunga (podocarpaceae), dan agatis (araucariaceae). 

Menurut Wanda Kuswanda, proporsi jenis pakan antara daun dan buah juga lebih berimbang. Termasuk durasi waktu untuk mencari makan dan waktu istirahat juga berimbang. Hal ini sebagai bentuk adaptasi karena Orangutan Tapanuli lebih banyak menempati habitat tersisa di hutan dataran tinggi.

Sedangkan Orangutan Sumatra proporsi memakan pakan buahnya lebih banyak dibanding pakan daun. Durasi mencari makannya lebih pendek dibanding Orangutan Tapanuli.

Yang menarik, Orangutan Tapanuli sangat menyukai durian. Bukan hanya buah yang sudah matang, melainkan juga buah yang masih mentah pun mereka konsumsi. Pada pohon durian yang sudah dikunjungi orangutan, sebanyak 80–90 persen dari buah yang ada akan habis, baik habis dimakan maupun yang jatuh karena dahannya patah.

Demikian juga pohon aren yang sudah didatangi orang utan maka buah mudanya akan habis, tangkai buah menjadi rusak dan tidak bisa disadap untuk diambil niranya.

Nah itulah 5 perbedaan orangutan Tapanuli dengan Orangutan Sumatra. Penemuan Orangutan Tapanuli diawali dari penelitian populasi orangutan sumatra, sebagai hasil kerja sama antara KLHK, LIPI, IPB, Universitas Nasional, serta Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi Orangutan Sumatra (YEL-SOCP), yang telah berlangsung sejak 1997. Sebelumnya orangutan di hutan Tapanuli dianggap sebagai populasi orangutan paling selatan dari orangutan sumatra, yaitu termasuk spesies Pongo abelii.

Merujuk sumber sumatranorangutan.org, perbedaan genetika adalah alasan pertama untuk menjadikan orangutan tapanuli sebagai spesies tersendiri yang berbeda dengan spesies Pongo abelii. 

Beberapa ahli memperkirakan, sejarah geologis Danau Toba yang terbentuk dari beberapa letusan gunung api yang terjadi sekitar 1,2 juta tahun lampau telah menyebabkan terjadinya proses pemisahan populasi orangutan sumatra. Bukan saja pada akhirnya menimbulkan perbedaan genetik di antara mereka, tapi juga morfologi dan perilakunya.

Menariknya, hasil penelitian Alexander Nater dkk (2011) menunjukkan adanya bukti bahwa secara genetik spesies orangutan tapanuli justru lebih dekat dengan spesies orangutan kalimantan.

Share
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us