Jual Baju Impor Bekas Dilarang, Bisa Menambah Pengangguran

Sumut salah satu sumber masuknya barang bekas impor

Medan, IDN Times- Pemerintah mulai melarang aktivitas bisnis baju bekas impor atau yang di Medan dikenal dengan monza karena dinilai mulai mengganggu tumbuh kembang produk lokal, industri tekstil dalam negeri, serta usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM).

Larangan ini menjadi ancaman bagi pedagang monza di Sumatra Utara dan sekitarnya. Yang di mana, jual beli barang bekas ini banyak bertebaran di Sumatra Utara, termasuk di penjualan secara online. 

Sementara, jika dihat secara langsung, sejumlah barang bekas dapat ditemui di beberapa tempat, di antaranya adalah Pasar Melati, Pasar Sambu, Pasar Simalingkar, Pasar Martubung, Pajus dan Pasar Sukaramai.

Lantas, bagaimana nasib para pedagang pakaian bekas di Sumut, khususnya Kota Medan apabila aktivitas bisnis ini dilarang? 

1. Sumut salah satu sumber masuknya pakaian impor nekas

Jual Baju Impor Bekas Dilarang, Bisa Menambah PengangguranTengah People and Place menghadirkan puluhan thrif yang berasal dari Kota Medan. (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Menganggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Sumatra Utara, Wahyu Ario Pratomo mengatakan, Sumatra Utara merupakan salah satu sumber masuknya barang bekas impor tersebut.

Ia mengatakan perdagangan barang bekas impor seperti pakaian dan sepatu bekas cukup banyak ditemukan di Sumut. Aktivitas ini dinilai dapat melibatkan banyak tenaga kerja.

Baca Juga: Pejuang Thrifting di Medan, Ada yang Sekedar Hobi Hingga Raup Cuan

2. Wacana ini dinilai dapat menambah pengangguran

Jual Baju Impor Bekas Dilarang, Bisa Menambah PengangguranTengah People and Place menghadirkan puluhan thrif yang berasal dari Kota Medan. (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa jika aktivitas ini diberhentikan, maka akan banyak mengurangi pendapatan masyarakat, bahkan dapat menambah pengangguran.

"Untuk perekonomian di Sumut dan Tanjung Balai pun tentunya akan terpengaruh ketika larangan ini diberlakukan," ujarnya, Senin (20/3/2023). 

Katanya, aktivitas jual beli barang bekas impor ini ada banyak di Sumatera. Pajak Melati misalnya kalau di Kota Medan, demikian pula di Batam dan Tanjung Balai.

"Maka apabila ini distop akan banyak mengurangi pendapatan masyarakat dan perekonomian pun akan terpengaruh," ucapnya. 

3. Banyak orang mampu yang membeli barang impor branded

Jual Baju Impor Bekas Dilarang, Bisa Menambah Pengangguranilustrasi thrifting (pexels.com/cottonbrostudio)

Lebih lanjut, katanya, keberadaan barang bekas impor atau Monza memang dapat mempengaruhi permintaan baju dan sepatu yang branded. Sebab, banyak orang yang mampu saat ini memilih barang tersebut khususnya yang masih dalam kondisi baik. Sedangkan pakaian bekas yang kurang baik dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

"Pakaian bekas branded ini masih dijual dengan harga cukup mahal. Oleh karena nya, memang pakaian bekas branded tersebut dijual di mal dan online melalui media sosial bahkan sampai ke e-commerce," tuturnya. 

Wahyu menambahkan, terkait pemberantasan barang bekas impor yang hendak dilakukan oleh pemerintah saat ini, ia tidak begitu yakin akan berhasil.

"Sebelumnya pemerintah juga pernah menerbitkan peraturan menteri perdagangan tentang larangan impor pakaian bekas pada tahun 2015 lalu, tapi nyatanya tidak pernah berhasil dengan baik karena ini menyangkut bisnis dan pekerjaan banyak orang," pungkasnya. 

Baca Juga: Fenomena Thrift Shop, Bisnis Fashion Bekas yang Kini Naik Kelas

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya