Cerita Ramadan: Tempus Tergiur Duit hingga Cari Modal Beli Kaset Game

Ramadan di masa kecil selalu tak terlupakan

Ramadan selalu mendapat tempat tersendiri bagi saya dan keluarga untuk dirindukan. Setiap tahunnya suasana Ramadan selalu berbeda. Keramaian di masjid, macetnya jalanan saat mencari makanan dan minuman buka puasa, hingga bermain bersama teman.

Ingatan saya soal Ramadan selalu melayang ke masa lampau. Saat masih kanak-kanak bersama rekan sebaya, Ramadan selalu menyenangkan. Saat pikiran belum dipenuhi cicilan seperti saat sudah dewasa.

Saya sudah berpuasa penuh sejak sebelum masuk SD. Sekitar umur 5 tahun, menjadi puasa penuh pertama saya. Bapak dan Ibu tak pernah memaksakan harus penuh, dan tak juga menjanjikan hadiah. Saya lahir di keluarga besar Muhammadiyah.

Bagi saya menjadi pencapaian pribadi saja. Dari kecil ternyata saya sudah punya target-target pribadi. Bukannya riya, maka akan sangat aneh jika saat sudah dewasa saya malah tidak bisa berpuasa penuh.

Menjadi kebanggaan tersendiri saat saya berhasil melawan ajakan tempus (tembak puasa) dari teman-teman. Begitupun memang ada beberapa momen saya goyah. Itu ketika memasuki SMA.

Ceritanya, ada teman saya bernama Putra yang sejak kecil sudah bareng ke mana-mana. Kawan saya ini terkadang memang tidak berpuasa. Tapi dia gak pernah bisa menggoyahkan saya. Sampai pada suatu momen saya tergoda ajakannya. Saat itu kami berhasil menjual Nokia N-Gage miliknya di salah satu pusat perbelanjaan.

Usai mendapatkan uang, dia kemudian mengajak saya makan Ikan Bakar. Kalau sekadar ajakan makan, saya sama sekali tidak tergoda. Namun yang bikin goyah saat dia bilang akan memberikan uang kalau saya berani tempus. Saya pun bimbang. Mana mau lebaran lagi. Lumayan untuk duit beli CD game playstation, pikir saya.

Maka, untuk pertama kali goyahlah pertahanan saya. Pikir saya, tak apalah sekali ini aja tempus. Sudah dapat makan, dapat duit lagi. Deal, puasa saya pun batal. Kami makan di kawasan Jalan Darussalam. Habis itu sampai rumah, tentu pura-pura puasa lagi. Astaghfirullah, setelah itu baru menyesal.

Cerita Ramadan: Tempus Tergiur Duit hingga Cari Modal Beli Kaset GameSega Genesis (pixabay.com/wikimediaimages)

Selain itu cerita masa kecil saya saat Ramadan juga diwarnai beberapa kenakalan. Ceritanya, ketika SD, kami sering keluar mencari uang tambahan. Maklum uang jajan kami pas-pasan.

Caranya, mengumpulkan kaleng-kaleng bekas minuman soda lalu menggepreknya dengan kaki. Kami kumpulkan sampai kiloan lalu ditukarkan ke tukang botot, atau kalian biasa mengenalnya tukang loak. Duitnya dikumpulkan untuk beli kaset SEGA, konsol game yang kami biasa mainkan.

Usai Salat Subuh, biasanya kami sudah keluar. Mencari-cari bekas kaleng soda. Biasanya kami sekitar 5-6 orang. Saya, Putra, Hendra, Fandy, Ian, dan Wanda melakukannya hampir di setiap hari selama Ramadan.

Sampai suatu ketika, teman saya bernama Ian bilang kalau ngumpulkan kaleng saja duitnya lebih dikit. Dia lalu mengajak kami mengumpulkan kuningan. Kalau dijual lebih mahal. Yang masuk kategori itu adalah tutup meteran. Sebelum berbahan plastik saat ini, dulu tutup meteran dari kuningan.

Maka, kami bergerak sejak pagi mengintai setiap meteran di rumah-rumah orang lain. Teman-teman bergantian mematahkannya. Saya sendiri sebenarnya gak terlalu setuju, tapi karena ikut teman saja tak ada pilihan lain.

Sampai giliran saya, rasa takut kena marah pemilik rumah dan takut dosa, saya menangis saat coba mematahkannya. Akhirnya kami memang dapat duit lebih banyak setelah menukarkannya ke tukang loak dari hasil tutup meteran itu dan kami bagi rata untuk beli kaset SEGA saat lebaran.

Setelah itu aksi jual tutup meteran itu tak kami lakukan lagi. Bagaimanapun kami bukan anak yang nakalnya kebangetan. Masih takut dosa.

Itulah sederet kenangan masa kecil saya yang tak terlupa. Buang buruknya, ambil baiknya dan kenangan menjadi bagian dari perjalanan saya hingga dewasa dan kini berkeluarga.

Di setiap Ramadan saya selalu berusaha menjadi orang yang lebih baik. Ramadan akan selalu saya rindukan datangnya setiap tahun. Semoga kita dipertemukan lagi dengan Ramadan-ramadan berikutnya.

Baca Juga: Sulit Dilupa, Buka Puasa di Masjid Bareng Keluarga

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya