Bagaimana Masa Depan AI Membantu Peran Manusia? Ini Fakta Menariknya

- AI di Indonesia tumbuh pesat, manfaatnya nyata, tapi tantangannya ikut membesarDi Indonesia, adopsi AI terus meningkat. Studi IBM Unlocking Indonesia's Economic Potential for Future Prosperity mencatat bahwa 85 persen pemimpin bisnis telah mengalami peningkatan kinerja operasional dari implementasi AI.
- Human-centered AI menegaskan manusia tetap pemegang kendaliPendekatan ini menekankan bahwa AI dibangun untuk bekerja bersama manusia, bukan menggantikan manusia. AI digunakan untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas manusia, sementara manusia tetap memegang kendali atas tujuan, keputusan, dan penilaian akhir.
- Masa depan AI ditentukan oleh kesiapan manusia,
Medan, IDN Times- Perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kini melaju sangat cepat. Namun, pertanyaan besarnya bukan lagi seberapa canggih AI, melainkan bagaimana teknologi ini bisa benar-benar membantu manusia. Menariknya, di Indonesia, jawabannya mulai terlihat jelas.
“Human-centered AI” berarti membangun AI yang bekerja bersama manusia, bukan menggantikan manusia. Ini tentang menggunakan AI untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas manusia, sambil memastikan manusia tetap memegang kendali atas tujuan, keputusan, dan penilaian akhir,” jelas Yean Feng, Head of Corporate Social Responsibility & University Programs, IBM Asia Pacific.
1. AI di Indonesia tumbuh pesat, manfaatnya nyata, tapi tantangannya ikut membesar

Di Indonesia, adopsi AI terus meningkat. Studi IBM Unlocking Indonesia's Economic Potential for Future Prosperity mencatat bahwa 85 persen pemimpin bisnis telah mengalami peningkatan kinerja operasional dari implementasi AI, sementara 93 persen menyatakan keyakinan pada kesiapan organisasi mereka untuk mengimplementasikan teknologi tersebut.
Temuan ini sejalan dengan semakin meluasnya penggunaan AI dalam proses kerja dan kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan anak muda seperti Generasi Z. Namun, seiring dengan pesatnya adopsi AI, muncul tantangan baru, yakni bagaimana memastikan AI digunakan secara bertanggung jawab, adil, dan tetap relevan dengan kebutuhan manusia.
2. Human-centered AI menegaskan manusia tetap pemegang kendali

Kekhawatiran atas dampak AI mendorong pendekatan human-centered AI, sebuah konsep yang menempatkan manusia sebagai pusat teknologi. Pendekatan ini menekankan bahwa AI dibangun untuk bekerja bersama manusia, bukan menggantikan manusia. AI digunakan untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas manusia, sementara manusia tetap memegang kendali atas tujuan, keputusan, dan penilaian akhir.
Pendekatan ini juga menuntut transparansi, akuntabilitas, keadilan, serta penghormatan terhadap privasi. Dalam praktiknya, kolaborasi manusia dan AI terlihat ketika manusia menetapkan arah dan konteks, sementara AI menangani analisis data dan pekerjaan teknis yang kompleks. Dengan model ini, AI tidak lagi sekadar mesin otomatis, melainkan mitra strategis yang membantu manusia bekerja lebih cerdas.
3. Masa depan AI ditentukan oleh kesiapan manusia, terutama generasi muda

Agar prinsip AI yang berpusat pada manusia dapat diterapkan secara nyata, dibutuhkan metodologi yang mampu menjembatani kebutuhan manusia dengan kemampuan teknologi. Salah satu pendekatan tersebut diterapkan melalui Enterprise Design Thinking (EDT), yang menekankan empati, pemahaman konteks kerja, serta pengalaman pengguna menggunakan kerangka seperti Empathy Maps, Hills, Playbacks, dan Sponsor Users.
Keberhasilan AI tidak hanya diukur dari kecanggihan fitur, tetapi dari dampak nyata yang dirasakan dalam kehidupan dan pekerjaan. Dalam konteks pengembangan talenta, IBM SkillsBuild hadir untuk menjawab kebutuhan generasi muda Indonesia di tengah percepatan transformasi digital. Program ini mempersiapkan generasi muda menghadapi perubahan dunia kerja berbasis AI, seiring riset global IBM yang menunjukkan sekitar 40 persen tenaga kerja membutuhkan reskilling.
SkillsBuild menawarkan kurikulum AI yang mutakhir, berbasis kebutuhan industri global, inklusif bagi peserta non-teknis, serta memberikan pengakuan kompetensi melalui sertifikasi digital berstandar global. Dengan membekali generasi muda keterampilan AI yang relevan dan berorientasi pada manusia, Indonesia memiliki peluang untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan berperan aktif dalam membentuk masa depan AI yang berdampak positif dan berkelanjutan.

















