Kematian Brigadir J, Massa di Medan Desak Tangkap Irjen Ferdy Sambo

Proses pengungkapan didesak berikan keadilan untuk korban

Medan, IDN Times – Kematian Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J masih dipenuhi misteri. Penyidikan dan penyelidikan yang panjang menuai pertanyaan di tengah publik.

Aksi-aksi dukungan terhadap Brigadir J terus digaungkan di daerah. Teranyar, massa dari Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Sumatra Utara menggeruduk Mapolda Sumut, Kamis (4/8/2022). Massa mendesak Polri segera mengungkap kasus itu.

1. Massa bawa poster tuntut Jokowi tangkap Ferdy Sambo

Kematian Brigadir J, Massa di Medan Desak Tangkap Irjen Ferdy SamboMassa dari Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Sumut berunjukrasa di depan Mapolda Sumut. Mereka menuntut pengungkapan kasus kematian Brigadir J bisa dilakukan dengan cepat dan transparan. (Istimewa)

Massa tiba di depan Mapolda Sumut sekitar puku 11.45 WIB. Mereka datang berorasi dan membentang poster berisi desakan.

Isi poster – poster itu di antaranya ‘Tangkap Ferdy Sambo’, Pak Presiden Jokowi Perhatikan Kasus Ini’  lalu poster bernarasi ‘Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Mendesak Kapolri Tangkap dan Usut Tuntas Pembunuhan Brigadir Josua Hutabarat’.

Setelah berorasi sekitar 20 menit, massa diterima perwakilan Polda Sumut. Setelah sempat berdiskusi, selanjutnya mereka membubarkan aksi dengan tertib, sekira pukul 12.45.

Mengenai poster bertuliskan tangkap Ferdy Sambo, Kordinator Lapangan aksi Rizky Yusuf Siregar mengatakan itu adalah aspirasi mereka.

“Awalnya isu-isu, asumsi yang dibangun, dalam artian, kan aspirasi kita aja. Dalam artian penentu ke depan kan, ada tim yang dibentuk dari Polri. Itu lah penentunya siapa tersangka ke depan,”katanya.

Baca Juga: Ini Ungkapan Permintaan Maaf Irjen Ferdy Sambo soal Kasus Brigadir J

2. Aliansi mengaku mengganti tuntutan dari copot Kapolri menjadi apresiasi

Kematian Brigadir J, Massa di Medan Desak Tangkap Irjen Ferdy SamboSuasana rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (15/7/2022). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Rizky juga mengatakan, awalnya tuntutan mereka meminta Presiden Joko Widodo mencopot Kapolri Jenderal  Listyo Sigit, namun setelah penetapan tersangka Bharada E beberapa waktu lalu, tuntutan mereka berubah.

“Kita apresiasi bapak Kapolri makannya isunya kita ubah, mendesak Kapolri agar segera mengungkap pelaku ke depannya dan apa motifnya. Dan kita juga tetap masih mengawasi dan mengontrol ini,” kata Rizky.

3. Penanganan kasus kematian Brigadir J begitu lamban, ada apa?

Kematian Brigadir J, Massa di Medan Desak Tangkap Irjen Ferdy SamboPengacara Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak menunjukkan bukti luka (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Massa menilai proses hukum kasus kematian Brigadir J begitu lamban dan berlarut-larut. Namun begitu, pihaknya sudah mendapatkan penjelasan dari Polda Sumut bahwa ada proses hukum yang harus lalui.

“Namun sudah dijelaskan tidak semudah membalikkan telapak tangan, dalam artian seperti yang disampaikan Dirintelkam Polda Sumut, Polri bersama rakyat,”kata Risky.

Ke depan, mereka akan tetap memantau kasus ini. Karena, bagi mereka, penetapan satu tersangka dalam kasus ini belum cukup.

“Belum,dalam artian masih di kontrol juga, bagaimana perkembangan ke depan masih kita pantau. Dalam artian sudah maju selangkah selama penantian yang kita pantau selama sebulan,”ujarnya.

Sebelumnya, Pengacara Keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, mengatakan, peristiwa tewasnya Brigadir J di rumah dinas Irjen Pol Ferdy Sambo hanya berlangsung selama 35 menit. Hal tersebut, kata dia, mengacu pada percakapan terakhir Brigadir J dengan keluarga, yakni pada pukul 16.35 WIB.

Sementara, saat peristiwa terjadi pada Jumat (8/7/2022) lalu, Polres Jakarta Selatan (Jaksel) menemukan jasad Brigadir J yang telah berlumuran darah di rumah yang ada di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan itu, pukul 17.00 WIB.

“Artinya cuma 35 menit. Pertanyaannya, kapan pelecehannya? Jam berapa? Kapan tembak-tembakannya?” kata Kamaruddin di Bareskrim Polri, Selasa (2/8/2022).

Tidak hanya mempertanyakan waktu pelecehan dan soal klaim peristiwa baku tembak, Kamaruddin juga mempertanyakan soal waktu kedatangan Ferdy Sambo. Termasuk ketika Sambo menghubungi Kapolres Jaksel nonaktif, Kombes Budhi Herdi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

“Kapan atau berapa menit Bu P (istri Sambo) telepon suaminya? Kapan atau berapa menit suaminya datang ke TKP? Kapan atau berapa menit Bapak Ferdy menelepon Kapolres? Kapolres Jaksel ada di mana sehingga dalam waktu singkat, jam 5 sudah menemukan mayat di rumah dinas dalam waktu 35 menit? Kami hitung dari sejak membaca percakapan keluarga. Apa mungkin semua peristiwa sebanyak itu hanya dalam 35 menit? Ini kan pakai logika,” ujar Kamaruddin.

Baca Juga: Kebakaran Medan Belawan, 4 Orang Sekeluarga Terbakar di Dalam Rumah

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya