Harimau Terjerat di Dekat TNBG, Dievakuasi dengan Luka di Kaki
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mandailingnatal, IDN Times – Satu individu harimau sumatra (panthera tigris) terkena jerat di kawasan Desa Pastapjulu, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailingnatal, Jumat (19/5/2023). Harimau itu berhasil dievakuasi pada Sabtu (20/5/2023).
Sebelum terjerat, satwa predator puncak itu diketahui berkeliaran di perkebunan yang dikelola warga. Perkebunan itu, berbatasan langsung dengan Taman Nasional Batanggadis (TNBG).
Kemunculan harimau membuat masyarakat tidak pergi ke kebun. Sekolah di desa itu juga harus diliburkan.
1. Harimau memangsa babi sebelum terjerat
Camat Tambangan Muslih Lubis menjelaskan, harimau malang itu sebelumnya memakan babi liar di perkebunan warga. Namun harimau itu tidak langsung menghabiskan mangsanya.
“Babinya tidak habis di situ. Kamis balik lagi,” kata Muslih, Minggu (21/5/2023).
Pada hari Jumat, harimau itu juga terlihat mandi di sungai yang ada di dekat perkebunan. Kemudian dia terkena jerat yang ada di perkebunan. Jerat dengan kawat sling itu disebut Muslih bukan untuk harimau. Melainkan untuk babi atau pun rusa.
2. Kaki harimau terluka karena jerat
Setelah terjerat, warga kemudian melapor ke pihak pemerintah desa dan kecamatan. Laporan itu dilanjutkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Warga juga takut mendekati lokasi. Mereka khawatir jika harimau terlepas dari jerat dan menyerang.
Setelah BKSDA datang, mereka kemudian melakukan pembiusan. Harimau itu kemudian dipindahkan ke kandang angkut yang dibawa.
“Setelah dicek di kakinya ada luka. Karena terjerat itu,” ungkap Muslih.
3. Kemunculan harimau sudah sering terjadi di Kecamatan Tambangan
Harimau yang terjerat, kata Muslih dibawa ke BKSDA Padangsidimpuan. Kata dia, pihak BKSDA akan menyembuhkan luka di kaki harimau yang diperkirakan berusia remaja itu.
Bukan kali ini saja kemunculan harimau terjadi di Desa Pastapjulu. Ini adalah kali ketiga dalam beberapa bulan terakhir. Mulai dari Oktober 2022, Februari 2023 dan Maret 2023.
Tidak hanya di Pastapjulu, kemunculan harimau juga terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Tambangan. Mulai dari Desa Tambangantongah, Panjaringan dan Rawraw Dolok. Harimau muncul di perkebunan yang lokasinya tidak jauh dari pemukiman.
“Kalau yang ini jaraknya sekitar satu kilometer dari pemukiman,” ungkapnya.
Pasca evakuasi harimau di Pastapjulu, pihak kecamatan sudah mengizinkan warga beraktifitas. Namun, jika ingin beraktifitas, Muslih mengimbau agar masyarakat tidak sendirian. Dia khawatir masih ada individu lainnya di lokasi tersebut.
Sampai saat ini belum ada informasi resmi dari BKSDA ihwal evakuasi harimau tersebut. Kepala Bidang KSDA Wilayah III Padangsidimpuan Hermanto Siallagan yang dikonfirmasi mengatakan, masih menunggu arahan dari pimpinan terkait penyebaran informasi evakuasi harimau tersebut.
4. Butuh penguatan upaya mitigasi konflik di tengah masyarakat
Konflik harimau dan manusia yang terjadi di Mandailingnatal menjadi sorotan Voice of Forest (VoF). Founder VoF Bim Harahap mengatakan penanganan konflik harus mengutamakan upaya mitigasi. Sehingga perlu penyadartahuan kepada masyarakat tentang langkah mitigasi.
Ketidaktahuan terkait upaya mitigasi seringkali berujung pada tindakan yang tidak diinginkan.
"Problem utama yang sering terjadi adalah minimnya pengetahuan tentang tindakan apa yang harus dilakukan oleh masyarakat saat satwa liar memasuki perkebunan atau pemukiman warga, terutama contact person otoritas terkait,"
Kemudian, dia juga mendorong soal respon cepat dari otoritas terkait penanganan konflik. Sehingga ada kepastian keamanan baik untuk masyarakat dan satwa.
“Beberapa kasus konflik satwa liar terjadi hingga menyebabkan kematian satwa, ataupun korban masyarakat kerap disebabkan adanya jeda penanganan yang mempengaruhi psikologis warga,” katanya.
5. Aksi kolaboratif multipihak harus terus didorong
Salah satu penyebab konflik satwa adalah laju kerusakan habitat yang masih terus terjadi. Degradasi hutan akibat aktifitas manusia dinilai belum menjadi sorotan penting dalam upaya mitigasi konflik.
Bim berpendapat, harus ada langkah tegas dalam menindak para perusak hutan yang menjadi habitat harimau. “Otoritas terkait harus menegakkan regulasi yang ada untuk perlindungan habitat,” ungkapnya.
VoF juga mendorong peran pemerintah daerah dalam upaya penanganan konflik. Masing-masing pemangku kebijakan harus mengambil langkah strategis dalam penanganan konflik.
“Jika ditarik lebih jauh, untuk level provinsi saja kita belum juga memiliki satuan tugas mitigasi konflik satwa liar,” imbuhnya.
Baca Juga: Dekranasda Belu NTT Promosi Tenun Hampir Punah di Medan