Dunia Digital Berikan Pelajaran Baru dan Ciptakan Budaya Baru

Harus kita sendiri yang menyaring konten viral

Medan, IDN Times - Rangkaian Webinar sebagai bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital yang pada 20 Mei 2021 lalu telah dibuka oleh presiden Jokowi kembali bergulir. Kali ini di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan mengusung tema “Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan”.

Pada webinar yang menyasar target segmen mahasiswa serta masyarakat umum dan sukses dihadiri 433 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Ida Ayu Prasastiasih, S.I.Kom, M.P.P seorang communication specialist, Dr. H. Bambang Sadono S.H, M.H seorang Dosen Program Ilmu Magister Hukum, Fachri Yunanda, S.S, M.Hum seorang English Instructor at Stan Pro College Medan, Ali Daud Hasibuan, M.Pd Praktisi Pendidikan atau Dosen BKI FITK UNSU.

Pada Sesi pertama tampil Ida Ayu Prasastiasih memaparkan perlu diperhatikan ketika membuat konten, selain kita memiliki hak untuk memproduksi konten dan menyebarluaskan konten kita di media sosial kita juga harus berpartisipasi positif. Memberi dampak serta manfaat bagi masyarakat.

“Kita juga harus cek dan ricek konten yang kita buat, memperhatikan lisensi backsound, footage gambar dan sebagainya. Kita juga harus melihat subjek, tanggung jawab pada audiens dan pencipta karya yang disebut Triangle Etika,” ujarnya.

1. Masalah plagiarism dapat terjadi karena sengaja atau tidak sengaja

Dunia Digital Berikan Pelajaran Baru dan Ciptakan Budaya BaruPexels.com/Artem Beliaikin

Giliran pembicara kedua, Dr. Bambang Sadono menjelaskan dunia digital memberikan peluang yang luar biasa karena media digital bukan hanya media pembelajaran alternatif namun akan menjadi pilihan efektif dan potensial walaupun pasca pandemi. Selain banyak pelajaran baru, hal ini akan menjadi budaya baru yang muncul.

Tampil sebagai pembicara ketiga Fachri Yunanda mengatakan digital skills dalam mencari sumber referensi ilmiah jurnal di dunia digital dapat menggunakan science direct, doaj.org, e-resource perpusnas.go.id, LIPI, IJERN, google scholar, dan research gate.

Pembicara keempat Ali Daud Hasibuan, M.Pd menuturkan masalah plagiarism dapat terjadi karena sengaja atau tidak sengaja. Yang dilakukan secara sengaja karena kurangnya kompetensi, kejujuran, waktu dan keterampilan.

Yang dilakukan tidak sengaja, lupa untuk mencantumkan sumber atau belum bisa menulis referensi yang benar dan tidak melakukan parafrasa.

Baca Juga: Vaksinasi Massal di GOR Pemprov Ricuh, Ini Alasan Polrestabes Medan

2. Harus kita sendiri yang menyaring konten viral

Dunia Digital Berikan Pelajaran Baru dan Ciptakan Budaya BaruShutterstock/Denis Mamin

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.

Salah satunya dari Zahratunnisa memberikan pertanyaan kepada Ida Ayu Prasastiasih, banyak konten-konten humor yang menghibur, namun sepertinya menjatuhkan orang lain dan melanggar UU ITE kenapa tidak dibatasi dan masih viral? Narasumber menjawab konten edukatif terkadang masih kalah dengan konten viral yang mungkin mengandung sarkas.

Hal ini juga dipengaruhi oleh karakter netizen Indonesia yang literasi digitalnya sedang ditingkatkan.

“Jika content creator tidak bisa menyaring kontennya, harus kita sendiri yang melihat konten itu untuk menyaring konten viral tersebut dan lebih baik tidak berkomentar karena semakin banyak dilihat dan semakin banyak ditanggapi akan tetap viral. Bagi content creator harus sadar bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan konten kita aman dan baik bagi masyarakat,” jelasnya.

3. Webinar berlangsung secara simultan dan massif

Dunia Digital Berikan Pelajaran Baru dan Ciptakan Budaya Barupixabay/FirmBee

Webinar ini merupakan satu dari ribuan webinar yang secara simultan dan massif diselenggarakan di seluruh daerah di Indonesia.

Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan  kognitif-nya untuk  mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.

Baca Juga: Vaksinasi Massal Bikinan Polisi Ricuh, Ombudsman: Kenapa Kebobolan?

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya