Begini Kronologis Bentrokan di Natumingka Menurut Security PT TPL

Lima orang pekerja TPL mengalami luka-luka dan trauma

Toba, IDN Times - Bentrokan terjadi di Desa Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Selasa (18/5/2021). Bentrokan terjadi antara petugas keamanan dan karyawan PT Toba Pulp Lestari (TPL) dengan masyarakat Desa Natumingka.

Bermula dari akan dilakukannya penanaman rotasi eucalyptus yang keenam di lahan konsesi namun mendapat penolakan dari warga.

Terdapat korban luka-luka dari kedua belah pihak akibat bentrokan ini. Kejadian ini meninggalkan rasa trauma bagi pekerja/buruh harian lepas perusahaan pulp yang menjadi korban.

Dikabarkan 5 orang mengalami luka parah dan luka ringan. Tiga orang pekerja security (pengaman) dan dua orang buruh menanam. Kelimanya orang tersebut dari pihak perusahaan TPL.

Baca Juga: Penjualan Vaksin Gratis di Sumut, Tersangka Raup Untung Rp238 Juta

1. Pekerja harian lepas jadi korban pengeroyokan

Begini Kronologis Bentrokan di Natumingka Menurut Security PT TPLBentrokan antara masyarakat dan PT TPL pecah di Desa Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Selasa (18/5/2021). (Dok AMAN Tano Batak)

Informasi yang diperoleh awak media, kelima orang pekerja dan buruh itu telah dilarikan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Dan juga telah melaporkan kasus kekerasan fisik yang diduga dilakukan sekelompok masyarakat tak bertanggungjawab ke pihak kepolisian setempat.

"Tiga Security perusahaan kita dalam kejadian tersebut mengalami luka-luka pada bagian kepala pecah, wajah lembam dan sekujur tubuhnya memar-memar akibat dipukul benda keras dan tumpul. Pekerja harian lepas perusahaan bagian penanaman juga menjadi korban, dipukuli oleh sekelompok orang," ungkap Alisman Nainggolan selaku Chief Security PT TPL ketika dihubungi via seluler, Jumat (21/5/2021).

2. Begini kronologis yang memicu kericuhan

Begini Kronologis Bentrokan di Natumingka Menurut Security PT TPLBentrokan antara masyarakat dan PT TPL pecah di Desa Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Selasa (18/5/2021). (Dok AMAN Tano Batak)

Alisman yang merupakan mantan Kapolres Toba membeberkan, pihak security berada di areal konsesi awalnya sedang melakukan pengawasan kepada para buruh yang melakukan penanaman pohon Eucalyptus. Sekaligus pengamanan pimpinan yang turun ke lokasi yang sedang dikunjungi dinas KPH dan lainnya.

Di lapangan ternyata sudah ada ratusan orang dari sekelompok masyarakat yang mengaku menguasai lahan hutan milik negara dengan alasan tanah adat. Padahal, areal tersebut merupakan konsesi HTI yang diberikan pemerintah kepada perusahaan.

Saat berlangsung dialog antara pihak perusahaan, dinas terkait dan masyarakat, bongkahan batu beterbangan menghujani pekerja yang sedang melakukan penanaman. Spontan terjadi kekerasan yang dilakukan sekelompok orang menyerang security dan buruh perusahaan dengan menggunakan kayu.

"Puluhan security kami tak mampu menghalau amukan massa. Walaupun di lapangan ada pihak kepolisian tapi juga tidak bisa mengatasinya. Karena jumlah kelompok massa itu sangat banyak. Syukurnya masih kami bisa selamat," sebut purnawirawan polisi ini.

3. Pekerja yang menjadi korban mengalami trauma

Begini Kronologis Bentrokan di Natumingka Menurut Security PT TPLDialog antara masyarakat dan PT TPL sebelum terjadi bentrok di Desa Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Selasa (18/5/2021). (Dok. IDN Times)

Alisman mengaku, kejadian ini membuat sebagian besar pekerja mengalami trauma, walaupun tugas pengamanan adalah tanggungjawab kami sebagai security.

Alisman mengaku heran, konflik panas ini terjadi beberapa tahun belakangan ini antara perusahaan dan sekelompok masyarakat yang mengklaim punya tanah adat.

"Dulu waktu saya menjabat Kapolres kejadian seperti ini tidak pernah terjadi. Bahkan, perusahaan sudah melakukan penanaman pohon bahan baku pulp untuk keljma kalinya. Nah, ketika penanaman rotasi yang keenam kok diributkan," ucapnya.

Ia berharap, pemerintah dan kepolisian mengambil langkah dan kebijakan dari persoalan ini, agar para pekerja tidak menjadi korban.

"Kami hanya menjalankan tugas untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kami di perusahaan mencari rejeki. Jangan lah kami menjadi korban dari konflik ini," ungkapnya.

4. Begini kronologis versi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak

Begini Kronologis Bentrokan di Natumingka Menurut Security PT TPLIDN Times/Ardiansyah Fajar

Kronologis versi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak menyebut, bentrokan terjadi saat petugas keamanan dan karyawan PT TPL yang diperkirakan berjumlah 500 orang datang ke lahan itu. Mereka juga membawa truk penuh dengan bibit eukaliptus.

Namun masyarakat tidak pernah sepakat dengan klaim sepihak jika lahan mereka masuk dalam konsesi PT TPL. Lantaran, sudah ratusan tahun lahan itu dikelola oleh masyarakat adat Natumingka.

“Di sana sudah ada 13 generasi dan ada juga yang sampai 14. TPL mengklaim itu konsesi mereka. Di wilayah adat itu TPL mengklaim 600 hektare sebagai wilayah konsesi,” ujar Roganda Simanjuntak, Ketua AMAN Tano Batak, Rabu (19/5/2021) petang.

Roganda mengatakan, saat itu warga yang jumlahnya kurang dari 100 orang tetap bertahan agar PT TPL tidak masuk. Pihak kepolisian pun mengajak kedua pihak untuk bermediasi. Namun saat mediasi berlangsung, pihak PT TPL diduga melakukan provokasi. Roganda bilang, ada teriakan ‘serang’ dari pihak PT TPL.

“Saat teriakan serang itu batu dan kayu langsung beterbangan ke arah warga. Warga langsung berhamburan. Warga banyak yang terluka karena lemparan itu,” ujarnya.

Korban luka-luka langsung dievakuasi. 

Baca Juga: Bentrok Masyarakat Natumingka Vs PT TPL, Besan Luhut Jadi Korban

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya